Wednesday, December 30, 2009

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Pada Anak

Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negara menuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua. Peran orangtua dan guru Wirausaha diperlukan untuk menumbuhkan rasa penuh tanggung jawab dan penuh kreativitas pada anak. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.

Selain itu, peran lingkungan, misal guru-guru, juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Mereka bisa berperan dalam membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus kreatif mengajar dan membuat soal. Berikan kesempatan anak untuk berpikir alternatif. Dengan kreativitas orangtua dan guru, anak dilatih memiliki beberapa alternatif jawaban dan solusi atas masalahnya. Alternatif tersebut akan melatih anak mampu mengambil keputusan yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.
Copy atau
Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang baik, kreatif, inovatif, dan selalu mencari sesuatu hal baru untuk bisa dikembangkan. Pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilah modal dasar untuk menjadi enterpreuner. Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab.

Latihan bertahap
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilet training untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya agar anak mampu membuang kotoran ditempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahap dan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.

Latihan lain, misalnya melatih anak untuk dapat membereskan mainan selesai bermain dan meletakkan mainan di tempatnya. Hal ini juga merupakan latihan untuk bertanggungjawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan. Ini mainan saya diletakkan di sini. Ini mainan kakak, kalau mau pinjam, harus ijin dulu. Sifat tersebut adalah awal untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak.

Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu. Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli. Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainan atau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk tidak membelikannya. Aturan itu harus sudah disepakati sejak awal.

Latihan menabung
Setelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan menabung. David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat “Bank Ayah”, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yang dikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh pada anak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.

Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu dengan mengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambah saldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis. Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak-anaknya. Owen sendiri berhasil mendirikan sebuah perusahaan pialang saham yang bernama "Dad and”.




Tuesday, December 29, 2009

Sekilas tentang Business Plan

Apa itu Business Plan?
Rencana bisnis (business plan) adalah rencana kerja sebuah bisnis untuk melihat ke depan dan untuk mempersiapkan diri pada masalah-masalah dan peluang bisnis. Sayangnya, banyak orang berpikir bahwa rencana bisnis hanya untuk memulai usaha baru atau mengajukan pinjaman bisnis. Padahal, rencana bisnis juga penting untuk menjalankan bisnis, untuk menera seberapa besar kebutuhan bisnis, dan untuk keperluan pengajuan pinjaman baru atau investasi baru. Rencana bisnis diperlukan juga untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan prioritas bisnis.

Apa itu rencana startup?
Salah satu hal penting dalam rencana bisnis adalah rencana start up. Rencana startup secara sederhana mencakup ringkasan kegiatan bisnis, pernyataan misi, kunci sukses, analisis pasar, dan analisis impas. Rencana semacam ini baik digunakan untuk memutuskan apakah sebuah rencana dilanjutkan atau tidak. Dengan kata lain rencana stratup digunakan untuk mengetahui apakah ada nilai bisnis yang harus dikejar, tetapi dengan rencana startup tidak cukup untuk menjalankan bisnis.

Apakah ada rencana bisnis standar?
Sebuah rencana bisnis yang normal (yang mengikuti nasihat dari para ahli bisnis) mencakup seperangkat elemen standar, seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Format rencana bisnis standar memang bervariasi, tetapi umumnya mencakup komponen-komponen sebagai berikut: deskripsi perusahaan, produk atau layanan, prakiraan pasar, tim manajemen, dan analisis keuangan.

Garis besar rencana bisnis standar?
Komponen utama rencana bisnis standar meliputi:
1. Ringkasan Eksekutif: Bagian ini hanya satu atau dua halaman dan biasanya ditulis terakhir.
2. Company Description: Deskripsi perusahaan (company description) memuat landasan hukum pendirian, sejarah, rencana start up, dll
3. Produk atau Layanan: Bagian ini memuat apa saja yang dijual atau ditawarkan. Uraian difokuskan pada manfaat bagi pelanggan.
4. Analisis Pasar: Bagian ini memuat peluang pasar, kebutuhan pelanggan, di mana mereka (pelanggan) berada, bagaimana untuk menjangkau mereka, dll
5. Strategi dan Implementasi: Bagian ini disusun secara spesifik, disertakan tanggung jawab manajemen dengan tanggal dan anggaran.
6. Tim Manajemen: Sertakan latar belakang anggota tim kunci, strategi personil secara detail.
7. Rencana Keuangan: Sertakan laba rugi, arus kas, neraca, analisis impas, asumsi-asumsi, rasio bisnis, dll




Friday, December 25, 2009

Recognizing The Soul of "Entrepreneur" Since The Early

If we are asked by someone when we were little, "what ideals you?". What is our response? Many of us said, want to become doctors, presidents, engineers, pilots, or any other profession. But is there any of us who replied, "want to be a businessman?". Maybe some of us have the answers like that, but there certainly is not much. Because when we were little, become a businessman or an entrepreneur is a choice that "abstract" or options that are not clear among the various options other professions, we do not know, or lack of information about what an entrepreneur was.

Actually to be an entrepreneur we have learned from an early age. We remember when our school, we had been taught about the craft. The lesson of these crafts is one way of indirectly, to foster our entrepreneurial spirit. Because, in these lessons we are taught to create something and not infrequently also we are led to show our work to others. Without us realizing it, when we make these things, we think to create something favored by teachers and / or others. At that time the urge arises or the effort to make other people like it or like something that I had made. In addition, when we show our work to others, that's when we learn to introduce our work to others and indirectly we have learned to market what we have made to others.

If the work we do not get good grades or do not get many good comments from people who saw it, other times we'll try to make something that is preferred by teachers and others.

That was several points about entrepreneurship that we have got an early age. At that time, we have learned to understand and study the tastes of others and also we have learned to introduce our work to others. If we think carefully, actually what we have learned, we try and we made at the time, may have been a few times to produce works that can be used as inspiration for a business. By adding or expanding our work into a product that can be liked by others so that they can be marketed.

Actually, the basics of being an entrepreneur have we got an early age through high school. Now live how we implement business in the business world, by becoming an entrepreneur.
Hopefully !



Tuesday, December 22, 2009

Definition of Entrepreneurship

There are many interpretations and definitions of entrepreneurship. Entrepreneurship according to Onuoha (2007) is the practice of starting new organizations or revitalizing mature organizations, particularly new businesses generally in response to identified opportunities. According to intellectuals and business experts, the definition of entrepreneurship is simply the combining of ideas, hard work, and adjustment to the changing business market. It also entails meeting market demands, management.

Entrepreneurship is often a difficult undertaking, as a vast majority of new businesses fail. Entrepreneurial activities are substantially different depending on the type of organization that is being started. Entrepreneurship ranges in scale from solo projects (even involving the entrepreneur only part-time) to major undertakings creating many job opportunities. Many "high value" entrepreneurial ventures seek venture capital or angel funding in order to raise capital to build the business. Angel investors generally seek returns of 20-30% and more extensive involvement in the business.

Many kinds of organizations now exist to support would-be entrepreneurs, including specialized government agencies, business incubators, science parks, and some NGOs. Lately more holistic conceptualizations of entrepreneurship as a specific mindset (see also entrepreneurial mindset) resulting in entrepreneurial initiatives e.g. in the form of social entrepreneurship, political entrepreneurship, or knowledge entrepreneurship emerged.

The concept of entrepreneurship has a wide range of meanings. On the one extreme an entrepreneur is a person of very high aptitude who pioneers change, possessing characteristics found in only a very small fraction of the population. On the other extreme of definitions, anyone who wants to work for himself or herself is considered to be an entrepreneur.

The word entrepreneur originates from the French word, entreprendre, which means "to undertake." In a business context, it means to start a business. The Merriam-Webster Dictionary presents the definition of an entrepreneur as one who organizes, manages, and assumes the risks of a business or enterprise.