Thursday, June 30, 2011

Cara Budidaya Jamur Merang Dengan Mudah

Sejarah mengatakan bahwa JAMUR telah di konsumsi sejak ribuan tahun yang silam baik itu jamur tiram maupun kamur yang lain.Pada awalnya JAMUR adalah makanan yang biasa di konsumsi oleh raja-raja mesir kemudian menyebar luas menjadi makanan masyarakat umum.

Cina sejak ribuan tahun silam telah menggunakan jamur sebagai bahan obat-obatan. Jamur pertama yang di budidayakan di daratan cina adalah jamur Merang (Volvariella volvaceae) pada pertengahan abad 17. Di Indonesia jamur merang mulai dibudidayakan kira-kira sejak tahun 1950 an.

Jamur tiram dapat di olah menjadi berbagai macam masakan, misalnya cah jamur saus tiram, mie ayam jamur dll. Kebutuhan jamur tiram di pasaran terus meningkat sehingga pembudidayaan jamur tiram terus di kembangkan di sana sini. Membudidayakan jamur tiram untuk dijadikan usaha keluarga adalah pilihan yang bagus Sebab usaha jamur tidak ada matinya, kebutuhan pasar akan jamur sangat besar selain untuk di olah menjadi masakan, jamur juga bias di jadikan baha obat-obatan.

Jika anda kesulitan mencari bibit jamur merang, anda dapat mencarinya di internet dengan pembelian secara online. Caranya ketikkan saja “Jual bibit jamur merang “ di google, maka anda akan mendapatkan banyak sekali penawaran bibit jamur merang. Nah jika anda berminat membudidayakan jamur merang, maka anda perlu belajar bagaimana Cara budidaya jamur merang dengan baik. Perhatikan beberapa hal penting di bawah ini :

I. Pembuatan Kumbung

A. Penentuan Lokasi :
1. Sumber jerami
2. Sumber air
3. Jalan

B. Persyaratan Kumbung :
* Dinding dalam dan atas menggunakan plastik polyetilen.
* Dinding luar menggunakan sterofoam.
* Kumbung lebih baik ditempat

C. Perbedaan kumbung :
* Kumbung atas lancip : bila panas maka uap akan mengalir ke samping. Digunakan untuk kumbung yang memiliki satu rak ditengah.
* Kumbung atas datar : uap air akan jatuh ketengah-tengah kumbung. Digunakan untuk kumbung yang memiliki dua rak

II. Media

1. Jerami
2. Kapur CaCO3
3. Dedak
4. Limbah kapas

a) Jerami mengandung :
* Lignin
* Selulosa
* Silicca

b) Alternatif jerami :
* Alang-alang
* Eceng gondok
* Batang jagung
* Kelaras pisang

c) Alternatif limbah kapas :
* Hampas sagu
* Hampas tahu
* Hampas tempe
* Hampas kapuk

III. Pembuatan Kompos

1. Lapisan atas : kompos kapas
2. Lapisan bawah : kompos jerami

IV. Memasukkan Kompos

1. ±10 hari kompos jerami masuk kumbung, simpan setinggi ±40 cm/rak.
2. Lapisi ± 0,5 cm kompos kapas yang telah dikompos selama 1 bulan.
3. Pasteurisasi sampai suhu 70°C, pertahankan 4-5 jam.
4. Penanaman dilakukan bila suhu < 40°C.

V. Pasteurisasi / Steam

1. Lantai kumbung dibersihkan.
2. Peralatan untuk wadah penanaman bibit harus disertakan dalam pasteurisasi.
3. Semua ruang tertutup.
4. Drum pasteurisasi diisi penuh, salurkan pipa ke dalam kumbung.
5. Setelah mencapai 70°C (biasanya setelah 7-8 jam). Suhu dipertahankan selama 4-5 jam
6. Penanaman bibit dilakukan setelah istirahat 1 hari.

Catatan :
– bila penyeteaman tidak matang, maka jendela harus dibuka agar amoniak keluar.
- bila penyeteman matang, maka jendela ditutup saja.

Alat Pasteurisasi Jamur.jpg Peralalatan Pasteurisasi

VI. Penanaman Bibit

1. pH diusahakan mencapai 7 / netral.
2. Peralatan untuk penanaman yang telah di pasteurisasi disiapkan untuk diisi bibit.
3. Bibit log dihancurkan agar lembut. ( 1 log untuk 1m2)
4. Bibit ditabur pada 2/3 media dari tinggi media / tengahnya tidak di tabur.
5. Bibit sempilan di tanam di bawah media gulungan sebanyak 2 tempat tanam.
6. Bisa juga dibuat bantalan di tiang danditanami bibit.
7. Hari I : penanaman dilakukan sore hari.
8. Hari II : pertumbuhan miselium diperhatikan.
9. Hari III : – Bila bibit telah keluar miselium, maka langsung disiram.
- Bila bibit belum tumbuh, maka penyiraman dilakukan hari ke 4.
- Penyiraman bibit dilakukan pada tengah hari ± pkl 13.00
10. Hari IV : mulai hari ke 4, pintu & jendela dibuka antara pkl 06.00-06.15.
11. Hari V : jendela dibuka 15°. Pintu di buka pkl 00.00 selama ½ jam.
12. Hari VI : jendela di buka 30 °.
13. Hari VII : jendela di buka 45°.
14. Hari VIII : jendela di buka 60-90° / bila jamur tumbuh besar.
15. Panen selanjutnya jendela dibuka terus sampai selesai.

VII. Pemeliharaan Media

1. Penyiraman dilakukan 3 atau 4 hari setelah tanam.
* untuk mengubah masa vegetatif menjadi masa generatif. Karena penyiraman dilakukan pada siang hari sehingga jamur menjadi stress dan mengubah fase tanam.

2. Temperatur ruangan 34-36°C.
3. Temperatur media 34- 38°C.
4. Bila temperatur media mencapai 38°C atau lebih maka akan tumbuh cendawan Monilia,
tumbuh antara hari ke V – VIII.

VIII. Panen

1. Ciri jamur siap tanam :
* Bila masih ada tonjolan , panen dilakukan keesokan harinya.
* Bila bulat sudah merata , jamur siap panen.

2. Cara panen jamur :
* Lebih baik tidak menggunakan kuku tangan, tetapi menggunakan pisau yang telah disterilkan.
* Tinggalkan / sisakan sedikit pangkal buah jamur yang di panen.
* Media tidak boleh terangkat.

3. Penyebab menurunnya kualitas jamur merang (bercak-bercak):
* Pasteurisasi tidak matang
* Dedak tidak matang

4. Penyebab jamur pecah :
* Suhu terlalu tinggi
* Terlambat waktu panen.

Itulah beberapa hal penting yang perlu anda perhatikan jika hendak membudidayakan jamur merang. Tentunya tidak cukup itu saja, anda mesti mencari informasi secara lengkap tentang budidaya jamur merang ini sebelum memulainya. Selamat Mencoba.

Sumber : http://peluangusaha-oke.com/cara-budidaya-jamur-merang/

Tuesday, June 28, 2011

Cara Mudah Budidaya Ikan Mas

Ikan mas adalah jenis ikan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai usaha. Seperti untuk bisnis masakan hingga budidaya. Itu juga dikarenakan ikan mas yang mempunyai cita rasa yang tinggi sehingga disukai konsumen. Ikan mas memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga baik untuk dibudidayakan. Blogiztic akan membahas tentang budidaya ikan mas.

Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae, sub ordo Cyprinoidea, Ordo Ostariophysi sub kelas Teleostrei. Ikan Mas sudah lama dibudidayakandan terdomestikasi dengan baik di dunia. Diantara jenis ikan air tawar ikan mas merupakan ikan yang paling populer di masyarakat. Selain dikenal dengan nama ikan mas, ikan ini dikenal dengan nama dengan nama Ikan Karper ataupun ikan tombro. Kini telah banyak dikenal ras persilangan ikan mas antara lain Ikan Mas Merah, Si Nyonya, Taiwan, Majalaya, Kaca, Kumpai dan lain-lain.

Persyaratan Budi Daya Ikan Mas
Di alam aslinya ikan mas hidup di perairan sungai, danau maupun genangan air lainnya yang berada pada ketinggian 150-600m dpl, dengan suhu air berkisar 20 derajat sampai 25 derajat celcius. Ikan mas termasuk hewan Omnnivora atau pemakan segala sehingga di alam makanan Ikan mas berupa daun-daunan, lumut, serangga, cacing dan lain sebagainya. Pada model budidaya ikan mas lingkungan pemeliharaan dibuat menyerupai alam aslinya.

Model budidaya ikan mas bisa dipelihara dalam Kantong Jaring Apung, Kolam air deras, kolam tanah, kolam beton dan lain-lain tergantung ketersediaan lokasi. Makanan dalam budidaya ikan mas juga bermacam-macam mulai dari pemberian pakan alami sampai pemberian pelet buatan pabrik. Yang perlu diperhatikan adalah kualitas air pada media untuk budidaya ikan mas seperti PH air yang harus berada pada kisaran 7-8, kandungan oksigen terlarut yang cukup dan bebas dari kandungan zat kimia berbahaya.

Model Budi Daya Ikan Mas
Peluang usaha budidaya ikan mas dapat dipilih sesuai kondisi dan keinginan. Ada beberapa peluang usaha dalam budidaya ikan mas ini yaitu pembibitan dan pembesaran ikan mas untuk keperluan konsumsi.

1. Usaha Pembibitan Ikan Mas
Pembibitan ikan mas memiliki prospek yang cukup cerah, karena perputaran modal yang cukup cepat. Penyediaan bibit ikan mas dimulai dari burayak ikan mas baru saja menetas, burayak usia sekitar satu bulan, burayak usia dua bulan. Pada setiap usia ikan mas memiliki potensi ekonomi.

Persiapan induk Ikan Mas
Induk ikan mas yang akan dipijahkan dipelihara di kolam khusus secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa pellet dengan kandungan protein 25%. Dosis pemberian pakan ikan mas sebanyak 3% per bobot biomas per hari. Pakan tersebut diberikan 3 kali/hari. Ikan Mas betina yang diseleksi sudah dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot >2 kg. Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan dengan bobot > 0,5 kg. Untuk membedakan jantan dan betina dapat dilakukan dengan jalan mengurut perut kearah ekor. Jika keluar cairan putih dari lubang kelamin, maka ikan mas tersebut jantan.

Ciri-ciri ikan mas betina yang siap pijah atau matang gonad adalah:
- Pergerakan ikan lamban
- Pada malam hari sering meloncat-loncat
- Perut membesar/buncit ke arah belakang dan jika diraba terasa lunak
- Lubang anus agak membengkak/menonjol dan berwarna kemerahan

Sedangkan ciri-ciri untuk ikan mas jantan gerakan lincah dan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) dari lubang kelamin bila dipijit.

Pemijahan Ikan Mas
Dalam proses pemijahan ikan mas, ikan dirangsang dengan cara membuat lingkungan perairan menyerupai keadaan lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan rangsangan hormon. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemijahan ikan mas adalah :
* Mencuci dan mengeringkan wadah pemijahan (bak/kolam)
* Mengisi wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm
* Memasang hapa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam dengan ukuran 4 x 3 x 1 meter. Hapa dilengkapi dengan pemberat agar tidak mengambang.
* Memasang kakaban di tempat pemihajan (dalam hapa). Kakaban dapat berupa ijuk yangdijepit bambu/papan dengan ukuran 1,5 x 0,4 m.
* Memasukkan induk Ikan Mas jantan dan betina siap pijah. Jumlah induk Ikan Mas betina yang dipijahkan tergantung pada kebutuhan benih dan luas kolam yang akan digunakan dalam pendederan. Satu Induk Ikan Mas betina dipasangkan dengan 2 atau tiga ikan mas jantan atau bahkan lebih tergantung bobot indukan betina.
* Mengangkat induk yang memijah dan memindahkannnya ke kolam pemeliharaan induk.

Setelah telur berusia kurang lebih 4 hari maka telur ikan mas akan menetas menjadi larva, beberapa saat setelah menetas larva masih mendapatkan suplai makanan cadangan dari telur, setelah itu perlu diberi makanan tambahan berupa pelet untuk larva, kutu air atau kuning telur rebus. Setelah kurang lebih lima hari larva ikan mas siap ditebar di kolam pembenihan.

Pendederan Ikan Mas
Setelah larva cukup kuat saatnya untuk melakukan pendederan ikan mas, bisasanya dilakukan pada kolam lumpur atau sawah meski bisa juga dilakukan pada kolam semen. Persiapan kolam tanah adalah dengan meratakan tanah dasarnya, tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam, isi air setinggi kurang lebih 40 cm dan rendam selama 5 hari tanpa aliran air. Hal ini dimaksudkan agar plankton dan sumber makanan alami ikan mas tumbuh di kolam pendederan. Untuk ukuran kolam lumpur 100 m2 tebar 100.000 ekor larva pada pagi hari, berikan makanan tambahan berupa tepung pelet atau pelet yang telah direndam. Pada usia telah mencapai 3 minggu bibit ikan mas siap dipanen, untuk dijual atau dipelihara kembali pada kolam berbeda. Hal yang sama dilakukan untuk membesarkan benih ikan mas pada ukuran yang lebih besar, hanya saja kepadatan ikan perlu dikurangi.

2. Usaha pembesaran Ikan Mas
Usaha pembesaran ikan mas merupakan upaya memenuhi kebutuhan permintaan ikan mas konsumsi, ikan mas konsumsi bisa bervariasi mulai ukuran 300 gram sampai 1 kg. Usaha pembesaran ini bisa dilakukan di Kolam Lumpur, Keramba Jaring apung atau Kolam Air Deras.

Pembesaran Ikan Mas di Keramba Jaring Apung
Pembesaran Ikan Mas dapat dilakukan dalam keramba Jaring Apung yang biasa dipasang di perairan umum. Pemilihan lokasi penempatan jaring dalam suatu perairan akan sangat menunjang berhasilnya proses produksi. Beberapa karakteristik perairan yang tepat antara lain adalah air bergerak dengan arus terbesar, tetapi bukan arus kuat, Penempatan jaring dapat dipasang sejajar dengan arah angin, badan air cukup besar dan luas sehingga dapat menjamin stabilitas kualitas air, kedalaman air minimal dapat mencapai jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan 1,0 meter, kualitas air mendukung pertumbuhan seperti suhu perairan 270C sampai 300C, oksigen terlarut tidak kurang dari 4,0 mg/l, dan kecerahan tidak kurang dari 80 cm.

Usaha Pembesaran Ikan Mas Di Kolam Air Deras
Pemeliharaan ikan mas di kolam air deras harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain lokasi dekat dengan sumber air (sungai, irigasi, dan lain-lain) dengan topografi yang memungkinkan air kolam dapat dikeringkan dengan cara gravitasi, kualitas air yang digunakan berkualitas baik dan tidak tercemar (kandungan oksigen terlarut 6-8 ppm) dan dengan debit air minimal 100 liter permenit.

Bentuk kolam air deras bermacam macam tergantung kondisi lahan, bisa segitiga, bulat maupun oval. Ukurannya bervariasi disesuaikan dengan kondisi lahan dan kemampuan pembiayaan. Umumnya KAD berukuran 10-100 m 2 dengan kedalaman rata-rata 1,0 – 1,5 meter. Dinding kolam tidak terkikis oleh aliran air dan aktivitas ikan. Oleh karena itu harus berkontruksi tembok atau lapis papan. Dasar kolam harus memungkinkan tidak daerah mati aliran (tempat dimana kotoran mengendap). Oleh karena itu kemiringan kolam harus sesuai (sekitar 2 – 5 %). Padat tebar ikan ukuran 75 -150 gram/ ekor sebanyak 10 – 15 kg /m3 air kolam. Dosis pakan yang diberikan sebanyak 4% bobot biomass /hari. Frekuensi pemberiannya 3 kali/hari. Satu unit Keramba Jaring Apung minimal terdiri dari kantong jaring dan kerangka jaring. Dimensi unit jaring berbentuk persegi empat dengan ukuran kantong jaring 7 x 7 x 3 M3 atau 6 x 6 x 3 M3. Satu unit Keramba Jaring Apung terdiri empat set kantong dan satu set terdiri dari dua lapis kantong Bagian badan kantong jaring yang masuk kedalam air 2,0 sampai 2,5 meter. Kerangka jaring terbuat dapat dibuat dari besi atau bambu dan pelampung berupa steerofoam atau drum. Bahan kantong jaring berasal dari benang Polietilena. Frekuensi pemberian pakan minimal dua kali per hari. Sedangkan cara pemberian pakan agar efektif disarankan menggunakan Feeding Frame yang dapat dibuat dari waring dengan mesh size 2,0 mm berbentuk persegi empat seluas 1,0 smpai 2,0 m2. Alat ini di pasang di dalam badan air kantong jaring pada kedalaman 30 sampai 50 cm dari permukaan air. Dengan penebaran bibit seberat 300 kg dalam waktu 3 bulan akan menghasilkan ikan mas konsumsi 1.5 sampai 2 ton.

Usaha Pembesaran Ikan Mas Di Kolam Lumpur
Jika tidak memungkinkan dibesarkan pada jaring apung atau air deras ikan mas bisa dibesarkan di kolam tanah. Kolam ukuran 1.000 m2, diolah, dan ditebarkan kotoran ayam kemudian diisi air setinggi 60 cm dan rendam selama kurang lebih 5 hari. Benih ikan mas seberat 100 kg dimasukkan ke dalam kolam, beri pakan 3 sampai persen dari berat benih ikan mas setiap hari, panen dapat dilakukan panen setelah 3 bulan. Dengan model pemeliharaan seperti ini kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi sebanyak 400 – 500 kg.

Sumber : http://www.blogiztic.com/wirausaha/ternak/budidaya-ikan-mas.html

Monday, June 27, 2011

Cara Pembenihan Ikan Gurame

1. SEJARAH SINGKAT
Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merah sawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan / keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain.

Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami, Gurameh, orang Sumatra ikan kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris menyebutnya “Giant Gouramy”, karena ukurannya yang besar sampai mencapai berat 5 kg.

2. SENTRA PERIKANAN
Daerah di Indonesia yang menjadi sentra perikanan yaitu: Sumatera, NTB dan Jawa. Sedangkan di luar negeri yaitu: Thailand, Jepang dan Filipina.

3. JENIS
Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut:
Klas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy (Lacepede)

Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa, gurami jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Empat terakhir banyak dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibanding gurame jenis lain, porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika induk bastar dalam tiap sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur, porselen mampu 10.000 butir. Karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan paling banyak diunggulkan.

4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

5. PERSYARATAN LOKASI

1.Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.
6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.
7. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kolam
Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:
a)Kolam penyimpanan induk
Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.
b) Kolam pemijahan
Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan
adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.
c) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
d) Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
e) Kolam/tempat pemberokan
Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan
Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:
a)Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m2).
b) Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.
c) Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.
d) Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.
e) Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.
f) Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.

Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),
seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

6.2. Pembibitan
Pemilihan Induk


Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
a)Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
b) Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
c) Ukuran kepala relatif kecil
d) Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidak luka.
e) Gerakan normal dan lincah.
f) Bentuk bibir indah sepertipisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
g) Berumur antara 2-5 tahun.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a)Betina
- Dahi meninjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecoklatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b) Jantan
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

Pemeliharaan Induk
Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m2) disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan. Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.

Pembenihan
Bila proses pematangan gonada (kandung telur dan sperma) di kolam penampungan sudah mencapai puncaknya, induk segera dimasukkan dalam kolam pemijahan. Adapun cara pemijjahan ikan gurame adalah sebagai berikut:
a)Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari, perbaiki tanggul dan dasar kolam.
b) Lakukan pengapuran dan pemupukan. Pemupukan dasar dengan pupuk kandang dosis 7,5 kg/100 meter persegi dan biarkan selama 3 hari.
c) Tanami dasar kolam dengan tanaman ganggang buntut anjng
d) Isikan air yang telah dicampur dengan pupuk buatan TSP sebantak 500 gram/100 meter persegi, biarkan selama 1 minggu kemudian isikan air hingga kedalaman 75 cm.
e) Untuk kolam seluas 100 meter persegi bisa disebar induk sebanyak 30 ekor betina dan 10 ekor jantan. Setelah pemijahan berlangsung, 1-2 hari induk betina akan melepaskan telur-telurnya ke dalam sarang yang kemudian disemproti sperma oleh si jantan sehingga terjadi pembuahan sel telur. 20-30 hari kemudian, induk-induk yang terpelihara baik akan berpijah lagi dan beberapa hari kemudian telur akan menetas.

Pemeliharaan Bibit
Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan pada kolam pendederan atau disawah sebagai penyelang. Dalam pelaksanaan pendederan adalah melakukan pengeringan kolam atau sawah, pemupukan, perbaikan pematang dan pemasangan saringan atau perbaikan pipa-pipa pada pintu pemasukan atau pengeluaran air.
Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30 ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan. Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan ratarata. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak tanah untuk 100 ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a)Polikultur
Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau lele. Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame yang cukup lambat.
b) Monokultur
Pada pemeliharaan gurame tersendiri, bibit yang disebar minimal harus berumur 2 bulan. Penebaran bibit sejumlah 500 ekor (ukuran 10-15 cm) diperlukan luas kolam sekitar 1500 meter persegi

Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk kandang. Pada umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan, dengan maksud untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan.
Tahap pertama pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada saat ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam, air disisakan sedikit demi sedikit sampai mencapai ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari.
Pada tahap berikutnya pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan seperti TSP atau pupuk Urea sebanyak 500 gram untuk setiap 100 m2 kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.

Pemberian Pakan
Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya, namun di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan alternatif yang sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap.
Pemberian makanan yang teratur dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk-induk gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama 5 tahun.

Pemeliharaan Kolam/Tambak
Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit
Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut.

Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya.
Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:
1)Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip.
2) Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu
3) Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri.
Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset.

Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:
1)Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK)
a.Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.
b. Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air.
c. Rendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut selama 30-60 menit dengan diawasi terus menerus.
d. Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari kemudian.
2) Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan 2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan tersebut dilarutkan dalam air hingga konsentrasi 0,1% Neguvon lalu disiramkan ke dalam kolam yang telah dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.
3) Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang sulit mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya: (1) siapkan wadah yang diisi air bersih. setiap 100 cc air bersih dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai rata; (2) ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat ini berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja. (3) Setelah itu segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk selanjutnya dipindahkan kembali ke dalam kolam; (4) pengobatan ulang dapat dilakukan 3-4 hari kemudian dengan cara yang sama.

7.2. Hama
Bagi benih gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari ikan liar/pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung pemangsa.

8. P A N E N

8.1. Penangkapan
Pemanenan benih dapat dilakukan setelah benih berumur 1 bulan. Caranya dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air masuk diperkecil. Pasanglah jaring lembut di pintu pengeluaran untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit di tengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Bibit yang terawat baik bisa mencapai bobot 0,3 gram/ekor pada saat dipanen.

Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame sangat tersantung dari ukuran yang diminta konsumen. Umumnya pemanenan dilakukan setelah ikan berumur 2-3 tahun, ikan yang berumur 2 tahun mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berat 0,3 kg/ekor, sedangkan untuk ikan yang berumur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan berat badan 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor.

Adapun cara penangkapan: air disurutkan sedikit demi sedikit, penangkapan dilakukan pada pagi hari. Hindari cara penangkapan yang dapat menyebabkan ikan terluka.

8.2. Pembersihan
Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil. Kemudian diserok dan dimasukkan ke dalam keranjang panen. Biasanya waktu panen tidak hanya gurame saja yang tertangkap, sehingga sebelum ikan dimasukkan ke kolam pemberokan, harus diseleksi dan dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan benih dilakukan selama 1 hari. tujuannya agar ikan tidak mabuk sewaktu diangkut ke pasar. Lamanya pembersihan disesuaikan dengan besarnya benih.

9. PASCA PANEN

9.1. Penanganan ikan hidup

Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a.Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
9.2. Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a.Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
9.3. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan pascapanen benih adalah sebagai berikut:
1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
b. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
1. Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
2. Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
3. Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
4. Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat
juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
5. Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya ikan gurame untuk 6 empang selama 1 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksi
1) Sewa lahan 6 empang @ Rp. 80.000,-/bulan Rp. 480.000,-
2) Benih per empang 4000 ekor @Rp 150,- Rp. 3.600.000,-
3) Pakan
- Postal per empang 7 karung @ Rp 10.000,-
- Rambo per empang 5 karung @ Rp 2.500,-
Rp. 420.000,-
Rp. 75.000,-
4) Obat
- Super tetra per empang 2 tablet @ Rp 1.000,-
Rp 12.000,-
5) Tenaga kerja 2 OH @ Rp 20.000,- Rp. 40.000,-
6) Lain-lain (pemeliharaan) Rp. 460.700,-
Jumlah biaya produksi Rp. 5.089.700,-

2. Penerimaan per empang 4000 ekor @ Rp. 400,- Rp. 9.600.000,-
3. Keuntungan Rp. 4.510.300,-
4. Parameter kelayakan usaha
B/C Rasio = 1,89

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan gurame, mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. disamping rasanya yang lezat dan empuk, ikan ini pun digemari banyak orang. Sudah menjadi tradisi dalam setiap kendurian, ikan gurame selalu menjadi syarat utama hidangan. Disamping rasanya itu, perawatannya pun tidak terlalu sulit dan tidak memakan banyak biaya, sehingga banyak petani ikan yang mulai menggemari, membudidayakan ikan ini, karena harga dari setiap bibitnya yang murah dapat menghasilkan keuntungan 3 kali lipat dari harga bibit. Harga dari ikan gurame di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bobot ikan tersebut.
Ikan gurame dengan berat 1,5 kg dapat mencapai harga Rp 6.000-Rp 8.000 tergantung keadaan pada saat itu.

11. DAFTAR PUSTAKA

1. RUSDI, Taufiq. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek, 1987
2. SITANGGANG, M. Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya, 1999
3. ____________. Kumpulan Gurame Kliping Ikan. Jakarta : trubus, 1997
12. KONTAK HUBUGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS; Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Sumber : http://budidayanews.blogspot.com/2011/01/cara-pembenihan-ikan-gurame.html

Sunday, June 26, 2011

Ikan Bandeng Potensial Dibudidayakan Dalam KJA di Laut

Budidaya ikan bandeng telah lama dikenal oleh petani dan seat ini telah berkembang di hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, utamanya di daerah Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi budidaya ikan ini juga telah mengalami perkembangan yang begitu pesat mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya mengandalkan pasok benih dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan penyediaan benih, pengelolaan air, dan pakan secara terencana. Ikan ini sangat digemari oleh masyarakat utamanya Sulawesi Selatan dan banyak sekali disajikan dalam bentuk ikan bakar di warung-warung makan untuk konsumsi masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah.

Harga ikan ini relatif murah, dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, sehingga dapat memberikan andil yang cukup besar dalam meningkatkan gizi masyarakat. Ikan bandeng sebagai komoditas budidaya yang telah mapan untuk tingkat petani tambak, upaya efisiensi budidayanya merupakan tuntutan utama, sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani dan nelayan.

Budidaya ikan bandeng tidak hanya berkembang di air payau saja namun saat ini juga sedang berkembang di air tawar maupun laut dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan bandeng sebagai komoditas budidaya mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan komoditas budidaya lainnya dalam hal :
1. Teknologi perbenihannya telah dikuasai dengan baik sehingga pasok benih tidak lagi tergantung pada musim dan benih dari alam.
2. Teknologi budidayanya baik di tambak maupun dalam KJA telah dikuasai dengan baik, secara teknis mudah diaplikasikan dan secara ekonomis menguntungkan.
3. Mampu mentolerir perubahan salinitas mulai dari 0-158 ppt sehingga areal budidayanya cukup luas mulai dari perairan tawar hingga ke perairan laut.
4. Mampu hidup dalam kondisi yang padat di keramba jaring apung (100-300 ekor/m3).
5. Pertumbuhannya cepat (1,6%/hari).
6. Efisien dalam memanfaatkan pakan FCR 1,7-2,2.
7. Pakan komersial untuk ikan ini sudah tersedia dalam jumlah cukup hingga ke pelosok desa.
8. Jaminan pasar baik dalam maupun luar negeri masih terbuka.

Permintaan ikan ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan baik untuk tujuan konsumsi, umpan bagi industri perikanan tuna cakalang maupun untuk pasar ekspor, sementara areal budidayanya di darat semakin hari semakin menciut akibat banyaknya lahan tambak yang dikonversi untuk kebutuhan pembangunan lain seperti untuk perumahan, industri, dan pariwisata yang pada gilirannya akan berdampak pada penurunan produksi.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi budidaya bandeng adalah dengan memanfaatkan perairan laut seperti muara sungai, teluk, laguna, dan perairan semacamnya yang memenuhi persyaratan baik teknis, sosial ekonomi, legalitas, maupun lingkungannya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perairan seperti tersebut di atas layak untuk dijadikan lokasi budidaya dengan sistem keramba jaring apung. Pengkajian tentang kelayakan lokasi, tata lelak, dan desain keramba telah banyak dilakukan.

Penggunaan keramba jaring apung untuk budidaya bandeng di laut memiliki beberapa kelebihan di antaranya:
1. Efisien dalam penggunaan lahan
2. Mudah dalam pemanenan baik selektif maupun total
3. Mudah dipantau dan tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus seperti di tambak
4. Produktivitasnya tinggi (350-400 kg/keramba 6 m3/musim tanam 6 bulan)
5. Skala usaha dapat disesuaikan dengan kemampuan modal dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi budidaya.

Demikian halnya dengan ikan bandeng yang diproduksi dalam keramba jaring apung dapat memiliki standar kualitas ekspor yaitu:
1. Sisik bersih dan mengkilat
2. Tidak berbau lumpur
3. Kandungan asam lemak Omega-3 relatit tinggi jika dibandingkan dengan bandeng yang diproduksi pada tambak
4. Dagingnya kenyal dengan aroma yang khas sehingga sangat digemari sebagai ikan bakar di warung-warung sea food
5. Ukurannya bisa mencapai 600-800 g/ekor sesuai dengan permintaan pasar

PROSPEK PENGEMBANGAN

Peluang Pasar
Pasar untuk komoditas bandeng ini dibutuhkan dalam beberapa tipe dan ukuran sesuai dengan tujuan pemanfaatannya.
Hasil penelitian sederhana yang dilakukan oleh Atjo & Syahrun (2000), diperoleh data bahwa kebutuhan ikan bandeng untuk pasar spesifik berupa rumah-rumah makan sea food, hotel, don pasar swalayan khususnya di Kota Madya Makassar diperkirakan mencapai 6 ton per hari, dan saat ini baru terpenuhi 25%. Selanjutnya dikatakan bahwa problem utama yang dihadapi adalah kontinyuitas produksi, konsistensi mutu, utamanya dalam hal bobot, rasa, ukuran, dan penampilan fisik. Kriteria-kriteria yang dipersyaratkan tersebut akan dapat dipenuhi dan hasil budidaya bandeng yang berasal dari keramba jaring apung di laut.

Potensi Sumber Daya
Hasil identifikasi yang telah dilakukan terhadap wilayah pesisir dan laut, nampak bahwa lahan yang potensial untuk kegiatan budidaya laut diperkirakan mencapai 1,9 jute ha. Dari potensi tersebut yang layak untuk budidaya ikan adalah 369.500 ha dan tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.
Dari luasan tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan dalam keramba jaring apung seluas 1% atau 3.695 ha.

Dukungan Iptek
Teknologi budidaya bandeng dengan sistem keramba jaring apung di laut mulai dirintis oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros sejak tahun 1993, dan sejak saat itu rutin dilakukan percontohan di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini budidaya bandeng dengan sistem KJA tersebut telah berkembang di beberapa daerah seperti Maluku, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Batam, Riau, Bali, dan daerah lainnya di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah seperti Bali telah diproduksi secara rutin bandeng tanpa duri hasil budidaya di KJA. Beberapa hasil penelitsan BRPBAP sebelumnya menunjukkan bahwa ikan bandeng memang dapat diproduksi dalam keramba jaring apung di lahan seperti teluk, laguna, muara sungai, maupun perairan semacamnya dengan hasil yang cukup menggembirakan

PERMASALAHAN
Walaupun usaha budidaya bandeng dalam keramba jaring apung telah banyak dilakukan oleh masyarakat, namun masih terbentur pads beberapa masalah diantaranya:
1. Harga pakan yang relatif masih mahal, sehingga masih diperlukan pengkajian lanjutan yang lebih intensif khususnya bagaimana memanfaatkan bahan baku lokal yang tersedia dalarn jumlah yang memadai sebagai bahan pakan guna menekan biaya pakan yang diperkirakan dapat mencapai 70% dan biaya operasional
2. Belum terciptanya suatu sistem yang berorientasi agribisnis yang mampu menjamin keberlanjutan produksi mulai dari penyiapan benih dari panti benih, penggelondongan, pembesaran, panen, dan pemasaran sebagai upaya peningkatan efisiensi dalarn mengantisipasi pasar bebas
3. Pemenuhan benih yang bermutu, tepat waktu, jumlah, ukuran, harga, dan tempat belum terpenuhi akibat panti-panti benih tidak terdistribusi secara merata
4. Penataan ruang untuk budidaya laut belum dikelola secara baik dengan mengacu pada hasil kapan ilmiah yang kokoh dan profesional
5. Ketersediaan informasi pasar yang belum akurat dan tepat waktu, khususnya untuk pasar domestik dan ekspor yang belum memadai
6. Pengadaan modal untuk petani guna menjamin kesinambungan produksi belum memadai. Untuk itu perlu dibangun suatu kemitraan antara pengusaha dan petani ikan yang dapat menciptakan keberlanjutan usaha dan pembagian keuntungan yang proporsional antara pemilik modal dengan pembudidaya
7. Kontinyuitas produksi, konsistensi mutu utamanya dalarn hal bobot, rasa, ukuran, dan penampilan fisik belum dipertahankan

KESIMPULAN
Melihat beberapa keunggulan yang dimiliki komoditas ikan bandeng, aspek potensi lahan, sumber daya manusia, jaminan pasar, dan dukungan teknologi maka pengembangan budidaya bandeng dengan sistem keramba jaring apung di laut memiliki peluang yang cukup besar. Untuk itu perlu segera ditumbuhkembangkan pada petani dan pengusaha, sehingga dapat berdampak pada peningkatan produksi dan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan lapangan kerja, perolehan devisa negara serta peluang kesempatan usaha.

Sumber : Warta Penelitian Perikanan Budidaya Volume II Nimor 1, 2005
http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/ikan-bandeng-potensial-dibudidayakan-dalam-kja-di-laut/

Meraih Keuntungan Budidaya Ikan Hias

Budidaya ikan hias air tawar ternyata mampu memberikan kehidupan bagi banyak orang yang menekuninya. Selain orang suka akan keindahan ikan hias ,banyak pula orang yang menggantungkan hidupnya dari membudidayakan dan memasarkan ikan hias yang jenisnya bermacam-macam. Tak jarang beberapa petani yang semula menekuni budidaya ikan konsumsi seperti ikan lele, ikan nila, guramih dan lain sebagainya beralih menekuni budidaya ikan hias. Semua itu dilakukan karena peluang usaha dan potensi ekonomis budidaya ikan hias lebih menggiurkan dibandingkan dengan ikan konsumsi. Dengan pola pemeliharaan dan pemberian makanan yang hampir sama dengan ikan konsumsi , budidaya ikan hias mampu menghasilkan pemasukan yang lebih besar karena harga ikan hias lebih mahal. Kunci membudidayakan ikan hias adalah telaten dan senang di dalam memeliharanya.

Ikan Hias Lebih Menguntungkan

Jika dibandingkan dengan budidaya ikan konsumsi pemeliharaanya hampir sama sedangkan masalah penjualan biasanya ikan konsumsi dihargai dengan sistem kiloan, ikan hias dihargai dengan sistem per ekor, dengan demikian bisnis budidaya ikan konsumsi lebih menekankan kuantitas, sehingga memerlukan lahan yang luas dan sarana yang lebih banyak.

Hasil budidaya Ikan hias lebih menekankan kualitas sehingga bisa dilakukan di lahan sempit dan bisa dilakukan sebagai usaha sampingan. Jika tidak memiliki kolam yang luas, budidaya ikan hias bisa dilakukan di dalam akuarium atau bak semen yang cukup kecil. Jika lahan yang tersedia cukup kecil, kita harus lebih selektif dalam memelihara ikan hias. Ikan-ikan hias yang dipelihara cukup yang berkualitas bagus sedangkan yang berkualitas kurang bagus harus segera diafkir karena memakan tempat.

Jenis Ikan Hias Yang Cukup Poluper

Ada beraneka ragam Ikan Hias Bernilai ekonomi cukup tinggi antara lain ikan Koi, Manfish, Koki, Niasa, Redfin, Lemon, Komet, Sumatra barb, Black Ghost , Aligator, Arwana dan ikan hias jenis lainnya. Ikan-ikan hias tersebut merupakan ikan hias yang biasa dicari penghobi dan dibudidayakan petani ikan.

Salah satu alasan mengapa budidaya ikan hias dipilih selain memiliki nilai jual yang tinggi, proses pemijahan dan perawatan benih tidak terlalu membutuhkan modal yang besar dan usaha pembenihan/dibudidayakan ikan hias tersebut masih di didaerah tertentu saja sehingga masih memiliki potensi yang luas. Karena suka terkadang penggemar ikan hias bersedia mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk memiliki seekor ikan hias yang diidam-idamkannya.

Hal inilah yang terkadang membuat harga ikan hias melambung tinggi. Selain faktor kesukaan faktor keindahan ikan hias juga turut andil dalam menentukan harga. Secara umum ikan hias yang memiliki bentuk, warna, corak yang indah akan berharga cukup mahal. Di sinilah letak kunci keberhasilan budi daya ikan hias, menghasilkan ikan-ikan yang indah dan berkualitas bagus.
Bukan Hanya Untuk Hobi

Keberadaan ikan hias sendiri saat ini tidak lagi sebagai hiburan atau hobi semata tetapi telah berkembang menjadi objek yang dimanfaatkan bagi kepentingan dunia pendidikan, penelitian, medis maupun keperluan konservasi alam. Sampai saat ini ikan hias air tawar merupakan salah satu jenis komoditas ekspor nonmigas bidang perikanan yang mampu menyumbang devisa negara yang cukup besar. Dengan kekayaan ikan hias yang berlimpah maka peluang Indonesia sebagai pengekspor komoditas ini sangat terbuka lebar. Sehingga Budidaya Ikan Hias layak digencarkan di masyarakat.

Usaha budidaya ikan hias merupakan salah satu usaha yang memberikan alternatif sumber penghasilan untuk meningkatkan pendapatan petani/pengusaha ikan hias. Usaha budidaya ikan hias cukup prospek dikembangkan. Hal ini disebabkan dalam budidaya ikan hias memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut :
* Teknologinya mudah diserap dan diterapkan, karena teknologi yang digunakan cukup sederhana
* Budi daya Ikan Hias Dapat diusahakan skala rumah tangga/ usaha kecil, tidak membutuhkan lahan yang luas
* Perputaran modal cepat, dapat dipanen dalam jangka waktu yang singkat.
* Budi daya ikan Hias mampu Menyerap tenaga kerja.
* Pasar yang menjanjikan baik domestik maupun ekspor.

Profil Beberapa Peternak Ikan Hias

Salah satu contoh peternak ikan hias yang cukup sukses adalah Peternak ikan hias di Kota Bekasi, saat ini mulai mendapat pesanan dari luar negeri seperti Jepang dan Inggris, sedangkan ikan hias yang diminati adalah ikan air tawar jenis tetra, botiya dan zebra. Seorang peternak ikan hias, di Rawa Lumbu, Kota Bekasi, Miskun, mengatakan, permintaan ikan hias mulai datang dari pembeli luar negeri dan baru-baru ini ia telah mengirim sebanyak 10 box ikan ke Jepang.P emasaran ikan hias hingga keluar negeri itu berawal dari ketertarikan peminat ikan dari luar negeri dengan keindahan ikan yang dibudidayakan di Bekasi serta harganya yang relatif murah. Upaya budidaya ikan hias tersebut telah mampu meningkatkan ekonomi warga setempat dan bahkan Bekasi mulai dikenal sebagai pemasok ikan hias berkualitas.

Contoh lain adalah Kelompok Tani Mina Makmur dibentuk oleh Dinas Perikanan Dati I Kabupaten Tulungagung yang beranggotakan pembudidaya ikan hias dan sejenisnya di Desa Bendiljati Wetan.Pemilik usaha pembenihan dan budidaya ini pada awal mendirikan usahanya memanfaatkan 2 petak kolam yang ada, dari hasil keuntungannya pemilik menambahkan modal untuk membuat kolam di belakang dan depan rumahnya, sekarang memiliki 40 petak kolam di sekitar rumah dan dilokasi lain 45 petak kolam dengan luas lahan seluruhnya 3 ha. Perkembangan budidaya ikan hias ini semakin hari semakin meningkat mengingat usaha tersebut dijadikan sebagai mata pencaharian pokok yang mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Lain lagi cerita kesuksesan Kelompok Tani Sangkuriang Koi Breeder, Kelompok Tani yang memiliki sekretariat di Jln. Sangkuriang No. 1 RT 7 RW 5 Kel. Cipageran, Kec. Cimahi Utara, Kota Cimahi. Kelompok tani yang merupakan kumpulan Petani Ikan Hias Koi ini memiliki latar belakang keprihatinan pendirinya melihat peternak ikan koi Jawa Barat yang kurang maju. Padahal ikan koi blitar yang terkenal unggul di Indonesia saat ini, benihnya berasal dari Jawa Barat. Setelah melewati proses yang panjang kini Sangkuriang Koi Breeder memperoleh peringkat dua dalam lomba Ikan Koi tingkat internasional di Tangerang Februari 2009. Kejuaraan ini merupakan kejuaraan Koi bertaraf Internasional yang kebetulan dilaksanakan di Indonesia.

Menurut Ule, Pendiri Kelompok Tani Sangkuriang Koi Breeder budi daya ikan koi memiliki prospek yang menguntungkan karena pasarnya banyak dan tidak terbatas. Selain itu, penjualan ikan koi relatif stabil jika dibandingkan dengan ikan louhan yang hanya booming sesaat. Demikian pula, perawatannya juga relatif murah dibandingkan ikan arwana. Setiap bulan kelompok tani yang dikelola Ule bisa menghasilkan keuntungan minimal Rp 15 juta.(Galeriukm).

Sumber :
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/dedikasi/article/viewFile/95/107_umm_scientific_journal.pdf
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail-terkini.php?id=15935
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=87371
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc=3c4
http://galeriukm.web.id/peluang-usaha/meraih-keuntungan-budidaya-ikan-hias

Saturday, June 25, 2011

Peluang Usaha Ikan Mas Koki

Ikan Mas Koki adalah termasuk ikan hias yang unik. Mempunyai bentuk yang indah, seperti warna sirip, ekor, da gerakan tubuhnya yang gemulai lemah lembut sehingga banyak yang jatuh cint adengan ikan mas koki.

Ikan Mas Koki mempunyai nilai peluang usaha yang besar. Banyak sekali yang asalnya penghobi ikan mas koki dengan hanya menoleksi saja, beralih menjadi pebisnis ikan mas koki sampai menghasilkan omset yang tidak sedikit.

Ditinjau dari aspek investasi dan permodalan bisnis ikan hias tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar. Lahan yang diperlukan tidak luas, sehingga cocok untuk diusahakan di pekarangan rumah tangga dengan skala usaha kecil.

Ikan Koki MutiaraNamun demi kelancaran usaha hendaknya diperhitungkan beberapa hal yang penting antara lain: kontinyuitas ketersediaan benih dan mudah didapat, harga layak, kualitas memenuhi standar yang ditentukan. Setiap usaha pasti mengandung risiko, namun risiko dapat diperkecil dengan manajemen usaha yang baik.

Oleh karena itu, diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat diperoleh dengan upaya peningkatan SDM melalui pelatihan teknis dan manajemen usaha. Demikian pula dengan dukungan modal. Karena sekecil apapun bentuk usaha, tentu memerlukan dukungan modal. Di sinilah pentingnya kemitraan usaha antara penyedia modal (perbankan/lembaga keuangan lainnya) dengan para pembudidaya ikan.

Jenis-jenis ikan mas koki yang banyak digemari di sini antara lain :
1. Ras bulldog (mata terlihat melotot)
2. Spencer (adanya jambul di kepala dan sisik yang menarik)
3. Mutiara (banyak butiran daging disekujur tubuhnya sehingga tampak seperti mutiara yang menempel)
4. Red head (adanya bintik merah di bagian kepala)
5. Buble eyes (mata kantong,karena tampak gelembung besar dibagian kantung matanya).
6. Veil tail (dengan sirip punggung dan ekor yang agak panjang berumbai)
7. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Ikan mas koki sedikit manja dalam pemeliharaannya sehingga tak urung sering membuat orang putus asa jika menginginkan umur yang panjang untuk hewan air yang satu ini. Tapi kalau kita tahu mudah kok pemeliharaannya bahkan untuk budidaya atau tujuan bisnis sekalipun.

Berikut ini yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ikan mas koki :

Sirkulasi air yang lancar dengan cara dibantu menggunakan filter air. Serta pemenuhan oksigen yang memadai dengan dibantu dengan aerator akan menjadikan si gendut lucu ini sehat .

• Pemberian pakan tidak berlebihan sehingga tidak membuat air cepat kotor dan menjadikan subur dan berkembangnya bakteri ataupun jamur

• Perhatikan koloni yang ditempatkan bersamaan dengan ikan mas koki yang sering usil dengan menitili tubuh si gembrot yang berakhir dengan luka,sakit terus koit. Terutama jenis ikan-ikan kecil yang suka memburu makanan atau parasit yang menempel di tubuh ikan mas koki.

• Pisahkan segera begitu mengetahui ada ikan yang terinfeksi dengan jamur atau bakteri untuk diberi perawatan khusus.

• Penggantian air jangan seratus persen dengan yang air yang baru. Lebih-lebih air pam yang kandungan kaporitnya tinggi sekali. Begitu ditaruh ke dalam aquarium biasanya sebentar saja sudah kelenger. Sisihkan air yang lama ± 30 % dicampur dengan air yang baru 70% dengan syarat kalau menggunakan air pam harus diendapkan 3 s/d 4 jam terlebih dahulu lalu diambil bagian permukaannya saja.

• Pemberian obat-obatan yang cepat dan tepat akan menjaga kesehatan klagenan lucu ini hidup lebih lama.

Sumber : http://peluangusaha-oke.com/budidaya-ikan-mas-koki/

Thursday, June 23, 2011

Beternak Bebek Petelur Secara Intensif

Bebek adalah hewan penurut, bahkan mereka bisa baris lho… Bebek mudah di ternakkan dan dipelihara. Banyak sekali sumber daya yang bisa kita ambil dari bebek ini, ada telurnya, dagingnya bahkan kotorannya bisa di jadikan pupuk. Penggemar daging dan telur bebek sekarang semakin banyak, karena rasa dari dagingnya yang sangat lezat. Telurnya pun bisa dibikin telur asin yang tak kalah lezat dengan dagingnya. Kebutuhan akan ketersediaan daging dan telur bebek ini sangatlah tinggi, nah inilah kesempatan Anda karena bisnis ini masih sangat potensial untuk dijalankan.

Umumnya usaha peternakan bebek ditujukan untuk bebek petelur. Namun peluang bebek pedaging juga bisa diambil dari bebek jantan atau bebek betina yang sudah lewat masa produksinya. Selain itu bisa juga pebisnis mengambil bagian pembibitan ternak bebek sebagai fokus usaha.

Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan pemasaran hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur (umur 20 minggu ke atas).

Masa produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun. Produksi telur rata-rata bebek lokal berkisar antara 200-300 butir per tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, bebek alabio memiliki produktivitas tinggi di atas 250 butir per tahun dengan masa produksi telur hingga 68 minggu.

Pemeliharaannya tidak membutuhkan waktu yang lama, dimana hasil sudah bisa dipetik dalam waktu 2-3 bulan. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya relatif lebih baik daripada bebek betina. Berat badan sampai saat dipotong tidak kurang dari 1,5 kg. Dengan memanfaatkan bebek jantan, dalam waktu yang relatif singkat sudah dapat dicapai berat yang lebih dibutuhkan. Pemotongan pada umur yang relatif muda, menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih tinggi.

* Bebek Siap Telur = Rp 39.000,- S/d Rp 42.000,-
* DOD Betina = Rp 3700,-
* DOD Jantan = Rp 3200-
* Bebek Potong 1,2 kg s/d 1,3 kg = Rp 19.500,-
* Telur Tetas = Rp 1250,-
* Telur Konsumsi = Rp. 900,-

Usaha peternakan itik di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik, antara lain :

1. Seleksi Bibit

Bibit itik di Indonesia dibagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Itik Lokal

1). Itik Tegal (Tegal).
* Ciri-ciri : warna bulu putih polos sampai cokelat hitam, warna paruh dan kaki kuning atau hitam.

2). Itik Mojosari (Mojosari Jawa Timur).
* Ciri-ciri : warna bulu cokelat muda sampai cokelat tua, warna paruh hitam dan kaki berwarna hitam.

3). Itik Alabio (Amuntai Kalimantan Selatan).
* Ciri-ciri : badan lebih besar dibandingkan dengan itik Tegal.

4). Itik Asahan dikembangkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara.

b. Itik Persilangan

2. Pakan

a. Jenis Pakan : jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dll.

b. Pemberian Pakan :
* Umur 1 – 2 minggu 60 gr/ekor/hari.
* Umur 3 – 4 minggu 80 gr/ekor/hari.
* Umur 5 – 9 minggu 100 gr/ekor/hari.
* Umur 10 minggu 150-180gr/ekor/hari.

3. Perkandangan

a. Lokasi Kandang
* Jauh dari keramaian.
* Ada atau dekat dengan sumber air.
* Tidak terlalu dekat dengan rumah.
* Mudah dalam pengawasan.

b. Bahan kandang bisa terbuat dari kerangka kayu atau bambu, atap genteng dan lantainya pasir atau kapur.

c. Daya tampung untuk 100 ekor itik :
* Umur 1 hari – 2 minggu 1 -2 m.
* Umur 1 – 2 minggu 2 – 4 m.
* Umur 2 – 4 minggu 4 – 6 m.
* Umur 4 – 6 minggu 6 – 8 m.
* Umur 6 – 8 minggu 8 – 10 m.

Itik dara sampai umur 6 bulan 5 – 10 ekor/m.

4. Tatalaksana Pemeliharaan

a. Secara ekstensif yaitu pemeliharaan yang berpindah-pindah.
b. Secara intensif yaitu secara terus-menerus dikandangkan seperti ayam ras.
c. Secara semi intensif yaitu dipelihara di kandang yanga ada halaman berpagar.

Perbandingan jantan dan betina (sex ratio) adalah 1 : 10 dan dipilih ternak itik yang berproduksi tinggi.

5. Kesehatan

a. Penyakit Berak Kapur.
Penyebab : Bakteri Salmonella Pullorum. Tanda-tanda : Berak putih, lengket seperti pasta.
Pencegahan: Kebersihan kandang, makanan, minuman, vaksinasi, dan itik yang sakit dipisahkan.

b. Penyakit Cacing.
Penyebab : Berbagai jenis cacing.
Tanda-tanda : Nafsu makan kurang, kadang-kadang mencret, bulu kusam, kurus, dan produksi telur menurun. Pencegahan: Kandang harus bersih, kering tidak lembab, makanan dan minuman harus bersih dan sanitasi kandang.

c. Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.
Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar air mata berlebihan.
Pencegahan : Pemberian sayuran / hijauan dalam bentuk segar setiap hari.

6. Pasca Panen

a. Telur itik dapat diolah menjadi telur asin, telur pindang, dll.
b. Bebek dapat diolah menjadi bebek panggang dll
c. Bulu dapat diolah menjadi kerajinan tangan
d. Tinja/kotoran itik dapat menjadi pupuk.

Sumber: http://peternakandody.blogspot.com/2008/05/peluang-beternak-itik.html

Wednesday, June 22, 2011

Potensi Bisnis Ternak Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang bertubuh kecil, memiliki bulu yang berwarna kecoklatan dan tidak dapat terbang layaknya jenis burung lainnya. Burung puyuh sendiri berasal dari daratan Amerika, dan mulai dibudidayakan di wilayah Indonesia pada tahun 1979. Meskipun demikian, saat ini jenis burung puyuh yang banyak dikembangkan para peternak Indonesia adalah Contrunix Japonica (jenis burung puyuh dari Jepang). Mengingat jenis burung puyuh Jepang relatif lebih tahan penyakit dan memiliki kemampuan produksi yang sangat bagus.

Permintaan daging dan telur puyuh yang cukup tinggi banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai salah satu peluang bisnis ternak unggas yang menjanjikan untung besar. Hewan yang dikenal masyarakat Jawa dengan sebutan burung Gemak ini juga memiliki masa pertumbuhan yang relatif singkat yaitu sekitar 42 hari (6 minggu) saja. Dan setiap tahunnya dapat memproduksi telur sebanyak 200-300 butir. Selain itu ternak puyuh juga relatif cukup mudah dan memiliki resiko bisnis yang kecil. Sehingga tidak salah bila sebagian besar masyarakat menjadikan potensi bisnis ternak burung puyuh sebagai sumber mata pencahariannya.

Ternak puyuh tidak merepotkan

Yang perlu diperhatikan dalam berternak burung puyuh salah satunya pemilihan lokasi peternakan. Sebaiknya pilih lokasi yang jauh dari kebisingan agar burung puyuh tidak terkena stress, dan pastikan bahwa lokasi peternakan juga mendapat sinar matahari dan sirkulasi udara yang cukup baik. Selanjutnya usahakan suhu lingkungan peternakan berkisar antara 20-28° C dengan tingkat kelembapan 30-80%. Hal ini sangat penting agar lingkungan kandang benar-benar terjaga dan terhindari dari segala penyakit yang dapat menyerang burung puyuh.

ternak puyuhTernak puyuh petelur biasanya dilakukan di kandang yang berukuran 1 m2 dan memiliki tinggi 30-35 cm. Kandang bisa disusun 3 sampai 4 tingkat, dan tiap tingkatnya berisi 30 atau 35 ekor burung puyuh betina. Biasanya permukaan kandang dibuat dengan kemiringan 30°, sehingga lantai depan lebih rendah dari lantai belakang. Fungsinya agar telur puyuh yang dihasilkan bisa langsung turun ke penampungan telur yang ada di depan kandang.

Sedangkan untuk tempat makan dan minum sebaiknya diletakan di luar kandang, agar lingkungan tempat tinggal puyuh tidak ikut kotor. Biasanya para peternak menggunakan potongan ruas bambu dan wadah dari plastik untuk tempat makan serta minum burung puyuh. Jenis pakan yang diberikan pun berbeda, untuk puyuh usia 1-3 minggu diberi pakan Quail starter, puyuh usia 3-6 minggu diberi pakan Quail grower dan untuk puyuh yang berusia lebih dari 6 minggu diberi pakan Quail layer. Pemberian pakan pun juga terbilang sangat hemat, karena puyuh dewasa hanya diberi makan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Dan pemberian pakan untuk anakan puyuh dikakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.

Dengan bekal keuletan dan ketrampilan dalam membudidayakan burung puyuh, tidak ada ruginya bila Anda mengembangkan potensi bisnis tersebut di daerah tempat tinggal Anda. Karena dimanapun Anda berada selalu ada peluang yang dapat Anda manfaatkan untuk memulai sebuah usaha. Mulailah dari yang kecil, mulailah dari yang mudah,dan mulailah dari sekarang. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/potensi-bisnis-ternak-burung-puyuh.html

Tuesday, June 21, 2011

Hama Pada Jamur Kuping

Kehadiran hama pada budidaya jamur kuping tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan oleh aroma media tanam (baglog) dari jamur kuping yang khas sehingga menarik perhatian dari hewan (hama) di sekitar kumbung. Meskipun kumbung sudah di desain serapat mungkin toh masuknya hewan ini bisa terjadi saat kita keluar masuk ke kumbung. Oleh karena itu kita harus mengenali beberapa jenis hama bagi jamur kuping yang sering ditemui.

1. Lalat
Spesies lalat yang kerap menjadi hama adalah Sciarid, phorids, dan cecids. Lalat meletakkan telurnya di dalam baglog jamur kuping. Setelah menetas, larva lalat akan merusak miselium dan jamur dewasa. Efeknya jamur akan menjadi keriput dan batangnya berlubang. Selain itu lalat juga merupakan inang pembawa hama lain yaitu tungau (mite) pada perutnya.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengontrol keadaan kumbung. Jika ditemukan adanya lubang yang berpotensi sebagai tempat masuknya lalat, segera tutup atau diganti dengan yang baru. Bersihkan juga sisa-sisa media tanam yang tercecer saat melakukan pemanenan agar tidak ada telur atau larva lalat yang tertinggal.

Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Dichloros dengan dosis 90 ml/L air yang bisa disemprotkan ke 140 m3 media tanam.

2. Tungau
Tungau (mite) adalah serangga kecil lunak berwarna cokelat transparan dengan ukuran 0.18 s/d 0.5 mm. Tungau lebih dikenal dengan sebutan krepes di kalangan petani karena jika di pencet akan menimbulkan bunyi "kemletes". Tungau akan mengerumuni tubuh buah jamur dan mengakibatkan jamur menjadi rusak.

Karena tungau ini dibawa oleh lalat, maka pencegahannya sama dengan pencegahan kehadiran lalat. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyemprotkan metil bromida dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasannya. Pengalaman pribadi saya menggunakan merk dagang Talstar untuk membasmi Tungau ini.

3. Rayap
Serangga ini masuk ke dalam kumbung melalui permukaan tanah. Di dalam kumbung rayap akan memakan kayu, bambu, media tanam (baglog) dan tentu saja miselium jamur kuping. Oleh karena itu sebelum membangun kumbung harus dilakukan pengamatan secara teliti. Usahakan tidak membangun kumbung di atas rumah rayap. Pengendalian rayap dilakuakan dengan menyemprotkan insektisida khusus rayap, seperti Fenvarelate, Cypermethrin, Permethrin atau Chloorpyrifos dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

4. Laba-laba
Laba-laba memakan miselium dan tubuh buah jamur. Di dalam kumbung jamur kuping dan jamur tiram, laba-laba biasanya bersembunyi diantara susunan baglog. Selain menjadi hama, laba-laba juga menjadi inang jamur saprofit dan parasit.

Untuk mencegah kehadiran laba-laba, taburkan serbuk kapur di permukaan lantai kumbung. Jika terlihat ada sarangnya, cepat dibersihkan. Pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif dicofol, seperti kalthane atau malathion dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya.

5. Cacing
Cacing yang menjadi hama dalam budidaya jamur kuping adalah spesies Napropogus Nematodes dan Mychopogus nematodes. Cacing yang panjangnya hanya beberapa mm saja ini memakan miselium jamur sehingga tidak bisa tumbuh menjadi jamur. Hama ini berkembang dengan sangat cepat, dalam seminggu populasinya bisa meningkat sampai 100 kali lipat.

Pencegahan masuknya cacing ini dilakukan dengan memastikan sterilisasi media tanam berlangsung secara sempurna sehingga semua telur cacing mati. Sementara itu pengendaliannya dilakukan dengan menaburkan Furagan G dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

Dari pengalaman saya pribadi, beberapa hama diatas pernah menyerang kumbung jamur kuping saya. Antara lain tungau atau krepes, cacing dan rayap serta semacam siput tanpa cangkang. Akan tetapi hama siput ini saya belum dapat informasi yang jelas. Untuk penangulangannya pun saya lakukan dengan manual mengambil satu per satu. Serangan yang paling ganas adalah tungau atau krepes dan sampai sekarang masih menjadi momok bagi petani jamur. Selalu cek kondisi baglog satu per satu agar jika ada hama segera bisa dideteksi. Sampai saat ini itu merupakan tips paling jitu untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua

Sumber : Buku " Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, & Jamur Merang) oleh H. Parjimo & Drs. Agus Andoko, Penerbit AgroMedia Pustaka

Monday, June 20, 2011

Metode Pemeliharaan Ikan Mas Koki

Metode pemeliharaan ikan mas koki bisa bermacam2, walaupun secara prinsipnya, seperti pemeliharaan ikan hias lainnya, hanya ada 1 cara yaitu memelihara kualitas air.

Ikan mas koki memiliki karakter yang khas yaitu sangat rentan terhadap kadar ammonia terlarut di dalam air. Hal inilah yang seringkali membuat persepsi di kalangan penggemar ikan hias bahwa memelihara ikan mas koki tersebut susah, gampang mati.

Untuk mengatasi masalah kadara ammonia tersebut, hal yang dapat dilakukan ada 2, yaitu menetralisirnya, atau mengganti airnya. Menetralisir kadar ammonia bias dilakukan dengan menggunakan biofiltrasi atau dengan menumbuhkan lumut air, yang akan menyerap zat2 yang dapat meracuni ikan tersebut.

Beberapa teknik yang digunakan oleh hobbyist, dan terbukti berjalan dengan baik adalah sbb:

1. Biofiltrasi :
Teknik2 biofiltrasi yang baik berasal dari penggemar2 ikan koi. Kunci dari teknik ini adalah penggunaan media filtrasinya. Salah satu media terbaik adalah menggunakan matt sintetis buatan Jepang, yang saat ini banyak dijumpai di toko2 ikan hias. Media ini akan melakukan penyaringan kotoran2 ikan dan memperangkapnya, yang kemudian akan menstimulasi pertumbuhan bakteri2 nitrobacter di dalamnya. Aerasi yang dijalankan harus cukup banyak dan saat biofilter tersebut telah ter-cycled, maka environment akuarium/ kolam ikan tersebut sudah menjadi stabil. Untuk hobiis yang malas menguras air ikan, metode ini tentunya sangat cocok, karena tidak memerlukan pengurasan air sama sekali. Namun demikian kelemahan yang ada adalah bahwa dengan air tidak pernah diganti, menyebabkan zat2/ mineral2 yang diperlukan ikan, yang bisa didapatkan dari air baru, tidak tersedia, sehingga dapat menyebabkan warna ikan menjadi kurang cerah, dsb. Teknik ini bisa diimbangi dengan penggantian air parsial secara rutin.

2. Air Hijau/ greenwater method :
Teknik ini adalah teknik yg umumnya dipakai di farm2 ikan maskoki dimanapun. Ini adalah metode yang paling primitif, yaitu membiarkan ikan didalam kolam sampai dengan airnya hijau (karena pertumbuhan lumut). Perlu diperhatikan bahwa lumut yang tumbuh adalah lumut air, bukan lumut dinding kolam. Biasanya di farm, setelah air menjadi hijau, maka air akan diganti total dengan air baru. Metode ini dapat dikembangkan dengan berusaha untuk secara konsisten menjaga tingkat ke-hijau-an air, dengan cara pada saat air hendak diganti, disimpan 1 ember air lama untuk nantinya dicampurkan dengan air baru. Dengan demikian diharapkan pertumbuhan lumut dapat terjadi lagi segera setelah kolam baru dikuras. Keuntungan lain dari metode ini adalah dengan memaintain air hijau tadi, maka warna ikan menjadi lebih cerah, yang disebabkan karena ikan memakan lumut yang berada di air tersebut. Metode ini sangat baik untuk kesehatan ikan, namun tidak favorit di kalangan penggemar, karena dengan air hijau tersebut, ikan maskoki yang berada didalamnya tidak dapat dilihat.

3. Mekanikal filtering :
Mekanikal filtering adalah menyaring kotoran2 padat yg ada di kolam/ akuarium, sehingga air selalu terlihat jernih. Metode ini tidak menyaring kotoran2 terlarut didalam air, sehingga banyak hobiis terjebak dengan melihat air jernih, tetapi kadar ammonia tinggi, yang dapat menyebabkan ikan sakit/ mati. Mechanical filtering ini harus dibarengi dengan penggantian air secara rutiin, bisa dengan penggantian 2 persen setiap hari dan dibarengi dengan pencucian media filter.

4. Ganti air :
Karena kadar ammonia di air disebabkan oleh kotoran ikan, maka teknik yg bisa dipakai adalah membuang kotoran ikan tersebut dengan di-siphon, serta dilakukan penggantian air secara rutin. Salah satu hobiis di Jakarta menggunakan teknik ini , yaitu melakukan siphon & penggantian air 80% sebanyak 2 kali sehari. Teknik ini berjalan dengan baik sekali dan pertumbuhan ikan di dalamnya relatif lebih baik dari metode2 yang dipakai oleh hobiis yang lain.

Sumber: http://www.indoforum.org/

Sunday, June 19, 2011

Bisnis Jamur Kuping Bikin Tergiur

Bingung agribisnis mana yang akan dipilih? Tak ada salahnya bila Anda mencoba usaha tani jamur konsumsi. Menurut H.M Kudrat Slamet, Ketua Umum Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI), jenis jamur yang diminati konsumen, yaitu jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia polytricha), champignon (Agaricus bisporus), dan shiitake (Lentinus edodes). Dari kelima jenis jamur tersebut, jamur meranglah yang banyak diusahakan petani. Sebab, dibandingkan jenis jamur lainnya, jamur merang lebih mudah dibudidayakan, dan siklus hidupnya pendek, hanya satu bulan. “Jamur merang mendominasi 55%—60% dari total produksi jamur nasional,” ungkap Kudrat. Peringkat berikutnya adalah jamur tiram putih. Produksi jamur yang pengembangannya mulai dirintis sejak 1997-an itu, sekitar 30% dari total produksi jamur Indonesia. Jamur kayu yang banyak dibudidayakan di daerah berketinggian 800—1.300 m di atas permukaan laut ini mempunyai siklus hidup 5 bulan dengan masa panen 4 bulan.

Tinggal Pilih
Petani jamur merang banyak dijumpai di daerah dataran rendah, seperti di pantai utara Jawa (Pantura). Khususnya di Jabar, sentra produksi jamur merang dapat ditemui di Bekasi, Karawang, Subang, dan Cirebon. Sementara sentra jamur tiram putih berada di Kabupaten Bandung (Cisarua, Lembang, Ciwidey, Pangalengan), Bogor, Sukabumi, Garut, dan Tasikmalaya. Di luar Jabar terdapat di Sleman, Yogyakarta, dan Solo. Untuk jamur kuping, bisa dijumpai di Jateng (Ambarawa dan Yogyakarta), serta di Ciwidey (Kab. Bandung).

Walaupun belum banyak, pelaku usaha jamur champignon, alias jamur kancing, dapat dijumpai di Bumiayu (Jateng) dan Randutatah, Malang (Jatim). Pun untuk jamur shiitake, contoh pelaku usahanya berada di Cibodas, Lembang, dan Malang. Champignon dan shiitake lebih banyak dihasilkan oleh perusahaan besar lantaran diproduksi untuk olahan (kalengan). Sementara jamur merang, jamur tiram putih, dan jamur kuping, lebih merakyat, sehingga banyak dipilih untuk diusahakan.

Bernilai Plus

Menurut MAJI, dalam tiga tahun terakhir, minat masyarakat untuk mengonsumsi jamur terus meningkat. Salah satunya dapat dilihat dari kreativitas para pedagang, yang sebelumnya hanya menjajakan jamur segar, sekarang sudah merambah ke olahan, seperti memproduksi keripik jamur. Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi jamur berpengaruh positif terhadap permintaan pasokan. “Permintaan jamur terus meningkat, berapa pun yang diproduksi oleh petani habis terserap. Kenaikannya sekitar 20%—25%/tahun,” papar Ir. N.S Adiyuwono, pemilik perusahaan Jamur Sinapeul di Ciwidey, yang mengusahakan jamur tiram dan jamur kuping.

Konsumen, lanjut Adi, menyadari bahwa jamur bukan sekadar makanan, tapi juga mengandung khasiat obat. “Dulu, banyak orang kalau ditawari jamur takut keracunan. Sekarang ada perubahan paradigma, ketika disodori jamur akan bertanya tentang khasiatnya,” imbuhnya.

Selain lezat, dewasa ini orang makan jamur lantaran pertimbangan kesehatan. Jamur mudah dicerna dan dilaporkan berguna bagi para penderita penyakit tertentu. Jamur merang misalnya, berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah. Memang, setiap jenis jamur mengandung khasiat obat tertentu (baca: Khasiat Jamur). Jamur mempunyai nilai gizi tinggi, terutama kandungan proteinnya sekitar 15%—20% (bobot kering). Daya cernanya pun tinggi, 34%—89%. Kelengkapan asam amino yang dimiliki jamur lebih menentukan mutu gizinya. Kandungan lemak cukup rendah, antara 1,1%—9,4% (bobot kering), berupa asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan fosfolipida. Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain thiamin, niacin, biotin, dan asam askorbat. Umumnya, jamur kaya akan mineral terutama fosfor, kalsium, dan zat besi.

Belum Terpenuhi

Sampai saat ini jamur lebih banyak diproduksi di Jawa. Berdasar data MAJI, setiap hari Jabar memproduksi 15—20 ton jamur merang dan 10 ton jamur tiram. Sementara jamur kuping, dengan sentra utama Jateng, setiap hari memproduksi 1 ton. Disusul jamur shiitake dengan produksi 500 kg/hari. Sebagian besar produksi jamur dipasarkan dalam bentuk segar. Kota-kota besar menjadi tujuan pasar utama jamur selama ini. Pasar Jakarta misalnya, dipasok dari Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi. Dari Cisarua-Bandung saja, setiap hari, tidak kurang dari 3 ton jamur tiram masuk Jakarta. Ir. Misa, M.Sc., petani jamur merang di Karawang, memprediksi, kebutuhan pasar Jakarta terhadap jamur merang sekitar 15 ton/hari. Sementara Karawang baru mampu memasok 3 ton. Untuk jamur kuping terutama diserap pasar Jateng lantaran banyak dibutuhkan industri jamu. Walau demikian, jamur kuping dari Jateng pun masuk Bandung, sehari tidak kurang dari 200 kg.

Selain dijual segar, sebagian pelaku usaha melakukan diversifikasi produk dengan memproduksi keripik dan tepung. Rina di Bandung misalnya, setiap hari memproduksi 50—100 kg keripik jamur tiram. Sampai saat ini dia mengaku belum mampu memenuhi permintaan yang mencapai 500 kg—2 ton. Sementara tepung banyak dibutuhkan industri untuk memenuhi kebutuhan kelompok vegetarian.

Walau banyak dibutuhkan, “Seluruh produksi jamur baru memenuhi 50% dari permintaan pasar,” ucap Kudrat. Belum lagi ditambah permintaan pasar luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Tabel 1). “Sampai saat ini permintaan itu belum bisa dipenuhi,” imbuh Basuki Rachmat, Sekjen MAJI. Misa yang juga Kepala Pusdiklat Budidaya Jamur Merang Indonesia, pun membenarkan permintaan pasar ekspor belum sanggup terpenuhi. “Untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri saja masih kurang,” imbuh lulusan Teknik Kimia ITB ini yang sudah bertani jamur sejak 1990 lalu.

Harga Stabil
Dibandingkan komoditas lain, harga jamur terbilang stabil. Mungkin lantaran jamur bukan komoditas pokok seperti beras, cabai, maupun bawang merah.
Dalam dua minggu pertama September, harga jamur merang di tingkat petani Rp9.000—Rp10.000/kg (BEP Rp6.000/kg). Selisih harga di tingkat pengumpul lebih tinggi Rp3.000—Rp4.000/kg. Di pasar, harganya menjadi Rp15.000—Rp20.000/kg. “Karena rantai tataniaganya cukup panjang, selama ini keuntungan dari bisnis jamur merang lebih banyak dinikmati para pengumpul,” tandas Kudrat.

Kalau jamur tiram, keuntungannya lebih banyak dinikmati oleh petani. Pengumpul paling memperoleh keuntungan Rp1.000—Rp2.000/kg. Harga jamur tiram di tingkat petani pada kurun waktu yang sama rata-rata Rp5.300/kg (BEP Rp4.000/kg). Di pasar induk Rp6.000/kg (subuh) dan di pasar kecil Rp10.000/kg.

Harga jamur kuping basah di tingkat petani rata-rata Rp6.000/kg. Di pasar Rp8.000/kg. Sedangkan jamur kuping kering berkisar Rp35.000—Rp50.000/kg. Menurut Adi, untuk menghasilkan sekilo jamur kuping kering diperlukan 6 kg yang basah. Sementara itu, Desianto FW, petani jamur kuping di Semarang, Jateng, menyatakan, harga jamur kuping lebih tinggi lagi pada tingkat pengguna akhir. Kisarannya Rp60.000—Rp80.000/kg.

Kendati harganya cukup menggiurkan, ada saat tertentu jamur segar kurang laku, yaitu 1—2 minggu setelah Lebaran. Setelah itu harganya normal kembali. Oleh sebab itu, diversifikasi produk menjadi sangat penting.

Stagnan
Dalam dua tahun terakhir, produksi jamur stagnan, bahkan cenderung menurun. Padahal petani pembudidaya sudah cukup banyak. Petani inti jamur merang sekitar 5.000 orang, jamur tiram 600 petani, jamur kuping 200 petani, dan pengusaha shiitake sekitar 10 pelaku.

Menurut Kudrat, yang mempengaruhi stagnasi produksi lantaran ada sekitar 30% petani jamur merang maupun tiram yangg kolaps karena mereka tidak mampu lagi untuk berproduksi. Ini lebih banyak diakibatkan oleh kesulitan memperoleh bahan bakar minyak tanah karena harganya naik. Padahal, “BBM merupakan 20% dari ongkos produksi,” tandas Adi.

Memang, minyak tanah bisa dikonversi dengan batubara atau kayu bakar. Namun itu bukan hal mudah. “Dulu, saya pernah menggunakan batubara, tapi ternyata panasnya tidak stabil, dan asapnya mempengaruhi kualitas media tanam,” aku Misa. Ditambah lagi, bila menggunakan batubara, selain susah didapat juga menghasilkan limbah debu. Sementara budidaya jamur harus benar-benar bersih.

Selain itu, para petani juga dihadapkan kepada persoalan akumulasi hama penyakit. Di Kabupaten Bandung misalnya, petani dipusingkan oleh serangan cendawan Aspergillus sp. Cendawan ini sangat mengganggu media tanam (baglog) sehingga pertumbuhan jamur tiram terhambat, bahkan mati. Hal ini terjadi saat kemarau panjang atau hujan berkepanjangan. Di lain pihak, “Sekitar 50% biaya produksi terdiri dari media tumbuh,” ucap Kudrat.
Pun di Yogyakarta, para petani jamur kuping kelimpungan oleh serangan hama krepes (tungau). Pengendalian dengan racun akarisida bukan solusi, lantaran jamur merupakan produk organik.

Usaha Sarana
Selain mengandalkan penjualan jamur segar, beberapa petani jamur memilih menjual bibit botolan dan baglog. Kudrat, yang juga pemilik perusahaan jamur CV Citi Mandiri di Cisarua-Bandung, selain memproduksi jamur tiram, pun menjual bibit dan baglog. Dari 15 kumbung yang diusahakan, setiap hari ia memproduksi 10.000 baglog dan bibit botolan.

Demikian pula Adiyuwono yang mulai merintis usaha sejak 2003. Setiap bulan ia memproduksi 100 ribu baglog, 10%—40% diantaranya untuk jamur kuping. Sementara produksi bibitnya sebanyak 30.000 botol/bulan. Bibit ia jual Rp4.000—Rp5.000/botol. Sedangkan baglog jamur tiram dijual Rp1.600 dan Rp1.400 untuk baglog jamur kuping. Selain diserap petani di Jawa, bibit itu dilempar sampai ke Sumatera dan Kalimanatan.

Hal serupa dilakukan Jemy Susanto, pemilik perusahaan Jamur Agro Lestari di Solo. Setiap bulan ia memproduksi bibit F2 1.000 botol dan 20.000 baglog. Bibit dan baglog ini ia pasarkan hingga ke luar Jawa. Jemy mematok harga bibit Rp59.000 untuk Jawa dan Rp69.000 luar Jawa.
Berdasar data MAJI, omzet perdagangan media tanam mencapai Rp4,4 miliar/tahun. Sedangkan omzet perdagangan bibit mencapai Rp750 juta setahun. Adapun omzet perdagangan jamur segar mencapai Rp17,3 miliar/tahun.

Dadang WI, Selamet Riyanto

Diambil dari: suwardi10.wordpress.com

Jalur Emas Budidaya Anggrek Di Pekarangan

Dilihat dari aspek lingkungan, secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.

Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 + 2°C dengan temperatur minimum 15°C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.

Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga keluar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain: Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp.,dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit.

Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain: Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.

Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
* Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30%, dan Oncidium sp. 60 – 75%.
* Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp., dan Arachnis sp. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100%, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
* Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.
* Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.

Persilangan

Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi.

Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain :
* Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman. Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh.
* Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur.
* Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, dan lain-lain.
* Bunga tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.
* Setiap mendapatkan varietas baru yang baik, sebaiknya didaftarkan pada "Royal Horticultural Society" di London, dengan mengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida dengan beberapa persyaratan lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyerbukan (polinasi) adalah sebagai berikut :
* Sediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi kecil atau tusuk gigi atau sejenisnya yang bersih.
* Cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka, dimana akan terlihat di dalamnya polinia yang berwarna kuning.
* Ujung lidi / tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di dalam lubang putih atau dengan sedikit air.
* Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih sebagai wadah di bawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada waktu diambil.
* Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).
* Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga yang berisi catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga yang diambil polinianya.

Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Apabila penyerbukan berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada yang masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.

Dalam memilih biji anggrek yang akan disemaikan dalam botol perlu diperhatikan sebagai berikut :
* Biji yang berwarna keputih-putihan dan kosong adalah biji yang kurang baik.
* Biji yang baik yaitu yang bulat penuh berisi, berwarna kuning atau kecoklat-coklatan.

Pembibitan

Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai berikut :

- Perbanyakan vegetatif
Yaitu melalui pemecahan / pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata.

Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.

- Perbanyakan generatif yaitu dengan biji
Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.

Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830.

Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).

Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh varietas baru.

Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.

Penanaman dan pemeliharaan

1. Persiapan Lahan
Tanaman anggrek dapat ditanam di sekitar rumah atau pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan naungan yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas cahaya tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek mempunyai potensi ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis tertentu dapat ditanam di dalam rumah kaca (green house). Selain untuk melindungi tanaman dari gangguan alam, juga akan mengurangi intensitas serangan OPT.

2. Persiapan Media Tumbuh
Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk pertumbuhan tanaman anggrek.

Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.

Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik.

Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula.

Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya.

Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang sudah tua.

Media tumbuh sabut kelapa, pakis, dan moss merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.

Serutan kayu atau potongan kayu kurang sesuai untuk media anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang baik, tetapi daya menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.

Media serutan kayu jati merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie. Pecahan arang kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup baik untuk media anggrek.

Penggunaan media baru (repotting) dilakukan antara lain sebagai berikut :
* Bila ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak tunas.
* Medium lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit.

3. Penyiraman
Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Frekuensi dan banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp., yaitu anggrek tipe monopodial yang tumbuh di bawah cahaya matahari langsung, sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari, terutama pada musim kemarau.

4. Pemupukan
Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengikat pertumbuhan anggrek sangat lambat.

Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan umumnya pupuk majemuk yaitu yang mengandung unsur makro dan mikro.

Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi tanaman yang berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:10:10. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk NPK adalah 10:30:30.

Jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya pupuk yang larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam pot. Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan yang baik pada anggrek Dendrobium sp.

Pengamatan dan pengendalian hama penyakit

1. Hama

a. Tungau merah (Tennuipalvus orchidarum Parf.)
Ordo : Acarina
Famili : Tetranychidae

1) Tanaman inang :
Jenis-jenis yang dapat diserang hama ini adalah Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Orchidium sp., Vanda sp. dan Granatophyllium sp., kapas, kacang-kacangan, jeruk, dan gulma terutama golongan dikotil.

2) Gejala serangan :
Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang antara lain tangkai daun dan bunga. Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas daun terdapat titik/bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning.

Pada permukaan bawah berwarna putih perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Pada daun Phalaenopsis sp. mula-mula berwarna putih keperakan kemudian menjadi kuning. Hama ini dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan serangan berkurang karena terbawa air. Kerusakan dapat terjadi mulai dari pembibitan.

3) Biologi :
Tungau berwarna merah, berukuran sangat kecil yaitu 0,2 mm sehingga sukar untuk dilihat dengan mata telanjang. Tungau dapat dijumpai pada daun, pelepah daun dan bagian-bagian tersembunyi lainnya. Telur tungau berwarna merah, bulat dan diletakkan membujur pada permukaan atas daun.

b. Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus) (= Acythopeus aterrimus Wat.)
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae

1) Tanaman inang :
Jenis anggrek yang diserang adalah anggrek epifit antara lain Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan kematian bagian tanaman yang dirusak. Serangan pada titik tumbuh dapat mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. dapat terserang berat hama ini. Serangan kumbang gajah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba.

3) Biologi :
Kumbang berwarna hitam kotor/tidak mengkilap dengan ukuran bervariasi 3,5-7 mm termasuk moncong. Kumbang bertelur pada daun atau lubang pada batang tanaman. Larva menggerek ke jaringan batang atau masuk ke pucuk/kuncup dan tangkai sampai menjadi pupa.

Fase larva (ulat), pupa (kepompong) sampai dewasa (kumbang) berlangsung dalam pseudobulb. Larva yang baru menetas menggerek pseudobulb, makan dan tinggal di dalam pseudobulb tersebut. Pupa terbungkus oleh sisa makanan dan terletak di rongga bekas gerekan di dalam pseudobulb.

c. Kumbang penggerek Omobaris calanthes Mshl.
Ordo : Colepotera
Famili : Curculionidae

1) Tanaman inang :
Jenis anggrek yang diserang terutama adalah anggrek tanah terutama jenis Calanthe sp. dan Phajus sp.

2) Gejala serangan :
Berbeda dengan kumbang gajah, larva kumbang ini menggerek masuk ke jaringan akar/umbi, pucuk dan tangkai bunga sehingga dinding gerekan menjadi hitam. Sedangkan kumbang dapat dijumpai di bagian tengah tanaman di antara daun bawah. Serangga membuat sejumlah lubang, seringkali berbaris di daun dan juga tunas utama yang masih terlipat yang kemudian dapat patah dan mati. Pada tahap awal seringkali merusak akar tanaman dan pada saat bunga masih kuncup. Serangan berat menyebabkan tanaman terlihat merana dan dapat mematikan tanaman anggrek secara keseluruhan.

3) Biologi :
Pertumbuhan larva dapat mencapai panjang 5 mm.

d. Kumbang Penggerek Akar Diaxenes phalaenopsidis Fish.
Ordo : Coleoptera
Famili : Cerambycidae

1) Tanaman inang :
Larva maupun kumbang ini dapat menyerang tanaman anggrek Renanthera sp., Vanda sp., Dendrobium sdp., Oncidium sp. dan lebih khusus anggrek Phalaenopsis sp.

2) Gejala serangan :
Larva menggerek akar sehingga akar mengering dan dapat mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini akan sangat berat jika tidak segera dikendalikan.

3) Biologi :
Telur berwarna hijau terang dengan panjang 2,4 mm dan diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning dan membentuk pupa dalam suatu kokon yang berserabut / berserat padat. Kumbang dapat hidup sampai 3 bulan dan daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ini bersembunyi dan pada malam hari memakan daun bagian atas dan meninggalkan potongan/bekas gerekan yang tidak beraturan di permukaan.

e. Kumbang penggerek Oulema (= Lema) pectoralis Baly.
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae

1) Tanaman inang :
Arachnis sp., Grammatophyllum sp., Vanda sp., Phalaenopsis sp., Calanthes sp. dan kadang-kadang menyerang Dendrobium sp.

2) Gejala serangan :
Larva membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunga. Serangga dewasa juga dapat memakan daun.

3) Biologi :
Kumbang berwarna hijau kekuningan. Tubuhnya diselubungi busa yang berwarna hijau tua. Larvanya membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunganya. Kumbang mempunyai tipe criocerin sepanjang punggung dan pronotum yang sempit. Serangga dari famili ini berasosiasi dengan rumput-rumputan dan monokotiledon lain. Larva yang semula berwarna abu-abu, dengan meningkatnya umur, akan berubah menjadi kuning. Tubuh larva senantiasa tertutup oleh kotorannya sendiri. Telur diletakkan terpisah-pisah pada bunga dan petiola. Telur berwarna kuning kehijauan dengan panjang 1,25 mm. Larva yang baru menetas membawa kulit telur di punggungnya. Daur hidup mencapai 30 hari.

f. Kutu perisai Parlatoria proteus Curt.
Ordo : Hemiptera
Famili : Diaspididae

1) Tanaman inang :
Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah, dan palem.

2) Gejala serangan :
Tanaman yang terserang berwarna kuning merana, kadang-kadang daun berguguran.

3) Biologi :
Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran + 1,5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai / tempurung, sehingga tidak terlihat dari atas. Larva tidak bertungkai, berbentuk bulat. Kutu dewasa betina tidak bersayap sedangkan yang jantan bersayap.

g. Pengorok Daun Gonophora xanthomela ( = Agonita spathoglottis)
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae

1) Tanaman inang :
Hama ini menyerang jenis-jenis anggrek Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, V. coerulea, Arundina sp. dan Aspathoglottis sp.

2) Gejala serangan
Larva mengorok bagian dalam daun dan meninggalkan bagian epidermis sehingga daun tampak transparan. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

3) Biologi :
Kumbang berukuran 6 mm, terdapat tanda hitam dan oranye. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan ditutupi kotoran.

h. Ulat bunga Chliaria othona
Ordo : Lepidoptera
Famili : Lycaenidae

1) Tanaman inang :
Ulat ini menyerang jenis-jenis anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., Arundina sp., Phajus sp.

2) Gejala serangan :
Ulat memakan bunga atau pucuk anggrek. Setelah menetas dari telur segera masuk dan merusak ke dalam pucuk sampai ke bunga.

3) Biologi :
Ulat berbentuk pipih. Larva yang baru menetas dari telur masuk ke dalam pucuk sampai bunga. Stadia pupa terjadi di daun dan umbi-umbian dalam lapisan anyaman dan pupa berbalut lapisan sutera.

i. Pemakan daun Negeta chlorocrota Hps.
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae

1) Tanaman inang :
Kerusakan paling banyak pada Dendrobium sp., dan Arachnis sp. dan serangga juga dijumpai pada Phalaenopsis sp. dan aneka anggrek liar.

2) Gejala serangan :
Larva memakan daun muda dan meninggalkan potongan-potongan daun yang putih dan transparan. Kerusakan disebabkan oleh instar selanjutnya pada daun yang lebih tua. Pucuk-pucuk muda juga diserang. Pada populasi tinggi larva menggerogoti daun, potongan oval dari daun yang tertinggal di atas dan digunakan untuk membentuk tempat pupa.

3) Biologi :
Ulat merupakan semi penggulung daun anggrek. Ulat instar lanjut berwarna hijau pudar dengan garis gelap membujur dan empat tanda di punggung. Seta (bulu) panjang tumbuh dari kecil dan hitam. Panjang larva + 35 mm. Ngengat muda tidak terbang sangat jauh. Telur berduri dan dijumpai di daun, pucuk dan bunga. Di Bogor siklus hidup mencapai 38 hari.

j. Kutu putih Pseudococcus sp.
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae

1) Tanaman inang :
Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah-buahan dan tanaman hias.

2) Gejala serangan :
Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar, bagian daun sebelah bawah dan batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna kuning dan akhirnya mati karena hama ini mengisap cairan sel.

Pada Phalaenopsis sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, sehingga menyebabkan tanaman mati.

3) Biologi :
Seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm, dan memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan (partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari.

k. Siput setengah telanjang (Slug) Parmarion pupillaris
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Bersifat polifag, selain menyerang anggrek juga pada kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar.

2) Gejala serangan :
Siput memakan daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak persemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah membusuk ataupun tanaman yang masih hidup.

3) Biologi :
Siput tidak memiliki cangkok, berukuran panjang 5 cm, berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput tidak beruas, badannya lunak, bisa mengeluarkan lendir, berkembang biak secara hermaprodit namun sering juga terlihat mereka mengadakan perkawinan dengan sesama. Siput menyukai kelembaban. Telur diletakkan pada tempat-tempat yang lembab. Siput biasanya pada waktu siang hari bersembunyi di tempat yang teduh dan aktif mencari makan pada malam hari. Alat untuk makan berbentuk seperti lidah yang kasar seperti parut yang disebut radula.

l. Siput telanjang Vaginula bleekeri atau Filicaulis bleekeri
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Selain menyerang anggrek, juga merusak persemaian sayuran seperti kol, sawi, tomat dan tembakau.

2) Gejala serangan :
Gejala serangan mirip Parmarion. Siput menyerang tanaman pada waktu malam hari. Bagian tanaman yang diserang adalah daun dan pucuk-pucuknya.

3) Biologi :
Bentuk siput seperti lintah, berwarna coklat keabuan, pada punggungnya terdapat bercak-bercak coklat tua yang tidak teratur dan ada sepasang garis memanjang, panjang tubuh + 5 cm.

m. Bekicot Achatina fulica atau A. variegata
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Bekicot selain merusak tanaman anggrek, juga tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, tomat.

2) Gejala serangan :
Bekicot banyak merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga makan tanaman yang telah mati.

3) Biologi :
Bekicot mempunyai cangkok (rumah), dengan ukuran panjang + 10-13 cm. Pada waktu siang hari bekicot ini sering istirahat pada batang pepaya, pisang dan dinding rumah. Pada waktu malam hari mencari makanan. Siang hari mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Bila diganggu mereka akan menarik kepalanya ke dalam rumahnya. Kadang-kadang dapat mengeluarkan suara.

Pada waktu musim kemarau yang panjang dan udara panas, kepala dan seluruh badan dimasukkan dalam rumah dan lubangnya ditutup dengan suatu lapisan membran yang tebal hingga ia dapat bertahan hidup selama musim kemarau + 6 bulan. Bila musim hujan tiba dalam beberapa jam mereka dapat segera mengakhiri masa istirahatnya dan mulai mencari makanan. Bekicot yang baru saja menetas bisa tahan tidak makan selama 1 bulan.

Bekicot yang besar bisa tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam bekicot akan mati dengan pelan-pelan. Telurnya berwarna kuning dengan diameter + 5 mm, biasanya terdapat dalam kelompok telur yang jumlahnya 100-500 butir gumpalan telur yang diameternya bisa sampai + 5 cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman atau dalam tanah gembur. Telur ini akan menetas dalam 10-14 hari.

n. Tungau jingga anggrek Pseudoleptus vandergooti (Oud)
Ordo : Acarina
Famili : Tertranychidae

1) Tanaman inang :
Anggrek Dendrobium sp. sangat peka terhadap serangan tungau jingga.

2) Gejala serangan :
Serangan hama ini mengakibatkan daun dan jaringan batang berubah warna.

3) Biologi :
Tungau berukuran 0,3 mm, hidup berkoloni pada daun-daun yang mati.

o. Thrips anggrek Dichromothrips (= Eugniothrips) smithi (Zimm)
Ordo : Thysanoptera
Sub Ordo : Terebrantia

1) Tanaman inang :
Thrips anggrek dari P. Jawa ditemukan pula di Taiwan. Thrips mengakibatkan kerusakan serius pada pembibitan anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Serangan hama ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, bunga berguguran, daun berubah bentuk dan berwarna keperakan. Pada musim kemarau serangan thrips dapat mengakibatkan penurunan produksi bunga.

3) Biologi :
Hama ini sangat kecil, dan berwarna abu-abu, ada juga yang berwarna kecoklatan. Panjangnya kira-kira 1-1½ mm. Trips mempunyai tiga pasang kaki, dan berbadan ramping.

p. Kepik anggrek Mertila malayensis Dist.
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae

1) Tanaman inang :
Kepik ini memiliki daerah penyebaran meliputi wilayah Asia Selatan dan Timur. Kepik dapat ditemukan pada anggrek Phalaenopsis sp., Bulbophyllum sp., Renanthera sp., Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Serangan kepik menimbulkan gejala bintik-bintik putih kuning pada permukaan atas dan bawah daun anggrek. Kadang-kadang titik-titik tersebut sangat rapat sehingga merupakan bercak putih. Tanaman yang terserang lama-lama menjadi gundul.

3) Biologi :
Kepik berwarna merah kehitaman. Telur diletakkan di daun, dan nimfa yang baru menetas berwarna merah mirip dengan tungau. Serangga biasanya hidup berkelompok, jika diganggu maka akan melarikan diri dengan cepat. Di Salatiga siklus hidup sekitar 4 minggu, dan serangga dewasa dapat hidup selama 2 bulan.

q. Kutu daun anggrek Cerataphis oxhidiarum (West)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphidoidea

1) Tanaman inang :
Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah.

2) Gejala serangan :
Kutu daun menempel pada daun, dan menyebabkan daun yang terserang berubah menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati.

3) Biologi :
Spesies kutu daun ini berwarna coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau. Penyebaran meliputi di daerah tropis.

r. Kutu tempurung Aspidiotus sp.
Ordo : Homoptera
Famili : Diaspididae

1) Tanaman inang :
Di daerah Bogor kutu tempurung ditemukan pada anggrek Renanthera sp. dan Vanda sp., kelapa, kelapa sawit, pisang, mangga, alpukat, jambu biji, kakao, karet, keluwih, jahe dan teh.

2) Gejala serangan :
Serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairan daun habis dan jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering dan kemudian rontok.

3) Biologi :
Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1,5 mm. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan ke luar dari perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering.

s. Siput kecil Lamellaxis (= Opeas) gracilis (Hutt.) dan Subulina octona Brug.
Phyllum : Mollusca

1) Tanaman inang :
Di daerah Deli (Sumatera Utara) sering ditemukan pada bedengan pembibitan tembakau, dan di daerah lain di Indonesia ditemukan menyerang sayuran di rumah kaca.

2) Gejala serangan :
Siput ini tinggal pada tanaman anggrek di antara media tumbuh dalam pot dan menyerang bagian akar. Malam hari siput naik ke permukaan pot dan menyerang bagian daun. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

3) Biologi :
Tempurung hama panjangnya 11 mm dan berwarna kuning terang. Kedua spesies hama ini di alam sering bercampur.


2. Penyakit

a. Busuk hitam Phytopthora spp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini terutama dijumpai pada anggrek Cattleya sp., Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Epidendrum sp. dan Oncidium sp.

2) Gejala serangan :
Infeksinya tampak dengan adanya noda-noda hitam yang menjalar dari bagian tengah tanaman hingga ke daun. Dalam waktu relatif singkat seluruh daun sudah berjatuhan. Cendawan ini menyerang pucuk tanaman dan titik tumbuh. Bagian pangkal pucuk daun terlihat basah dan bila ditarik mudah terlepas. Bila menyerang titik tumbuh, pertumbuhan akan terhenti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat bila keadaan lingkungan lembab.

Pada Cattleya penyakit dapat timbul pada daun, umbi semu, akar rimpang dan kuncup bunga. Penyakit ini juga dapat timbul pada persemaian sebagai penyakit busuk rebah. Pada daun terjadi bercak besar, berwarna ungu tua, coklat keunguan, atau hitam. Bercak dikelilingi halo kekuningan. Dari daun penyakit berkembang ke umbi semu, akar rimpang, bahkan mungkin ke seluruh tanaman. Jika penyakit mula-mula timbul pada umbi semu, maka umbi ini akan menjadi hitam ungu, dan semua yang terletak di atasnya akan layu. Seringkali daun menjadi rapuh dengan goyangan sedikit saja daun akan terlepas sedikit di atas umbi semu. Infeksi yang terjadi pada permukaan tanah dapat menyebabkan busuk kaki.

Pada Vanda, mula-mula pada pangkal daun terjadi bercak hitam kecoklatan tidak teratur, dengan cepat meluas ke seluruh permukaan daun dan pada daun-daun sekitarnya. Pada umumnya penyakit timbul di daerah pucuk tanaman. Pada bagian ini daun-daun berwarna hitam coklat kebasah-basahan dan mudah sekali gugur. Kadang-kadang penyakit juga timbul pada batang dan daerah perakaran.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Cendawan membentuk sporangium, mudah terlepas, bulat telur atau jorong, pangkalnya membulat, mempunyai tangkai pendek dan hialin. Spora Phytophthora dapat dipencarkan oleh angin, dan percikan air.

Akar rimpang dapat dapat terinfeksi karena patogen yang terbawa oleh pisau yang dipakai untuk memotong (memisahkan tanaman). Penyakit juga berkembang oleh kelembaban yang tinggi, karena air membantu pembentukan, pemencaran, dan perkecambahan spora.

b. Antraknosa. Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. (Stadium Sempurna : Glomerella cingulata)

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Dendrobium sp., Arachnis sp., Ascocendo sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp. dan Oncidium sp.

2) Gejala serangan :
Pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri dari tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan yang lembab tubuh buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul.

Pada bunga, penyakit menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil yang dapat membesar dan bersatu sehingga dapat meliputi seluruh bunga.

Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitik pada sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan (lembab), cendawan membentuk konidium yang apabila terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air hujan/air siraman, mungkin juga oleh serangga.

Cendawan adalah parasit lemah, yang hanya dapat mengadakan infeksi pada tanaman yang keadaannya lemah, terutama melalui luka-luka, termasuk luka karena terbakar matahari. Terjadinya penyakit juga dibantu oleh pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Colletotrichum gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian yang mati (nekrosis) yang berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang berseta sangat jarang atau tidak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat, memanjang atau tidak teratur, garis tengahnya dapat mencapai 500 µm. Seta mempunyai panjang yang bervariasi, jarang lebih dari 200 µm, dengan lebar 4-8 µm, bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung, hialin, tidak bersekat, berinti 1,9-24 x 3,6 µm. Konidiofor berbentuk tabung, tidak bersekat, hialin atau coklat pucat.

Colletotrichum gloeosporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada bermacam-macam tumbuhan inang, bahkan ada yang hanya hidup sebagai saprofit. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air, dan mungkin oleh serangga. Pembentukan konidium dibentuk oleh cuaca yang lembab, sedang pemencaran konidium dibantu oleh percikan air hujan maupun siraman.

c. Layu Sklerotium rolfsii Sacc. (Stadium Sempurna : Corticium rolfsii Curzi)

1) Tanaman inang :
Selain menyerang anggrek, penyakit ini diketahui menyerang pada tanaman pertanian lainnya. Pada anggrek terutama menyerang jenis-jenis terestrial, seperti Vanda sp., Arachnis sp. dan sebagainya.

2) Gejala serangan :
Tanaman yang terserang menguning dan layu. Infeksi terjadi pada bagian-bagian yang dekat dengan tanah. Bagian ini membusuk, dan pada permukaannya terdapat miselium cendawan berwarna putih, teratur seperti bulu. Miselium ini membentuk sklerotium, yang semula berwarna putih, kelak berkembang menjadi butir-butir berwarna coklat yang mirip dengan biji sawi.

Pada Phalaenopsis penyakit menyebabkan busuk akar dan pangkal daun. Jaringan menjadi berwarna kuning krem, berair, yang segera berubah menjadi coklat lunak karena adanya bakteri dan cendawan tanah.

Sklerotium bentuknya hampir bulat dengan pangkal yang agak datar, mempunyai kulit luar, kulit dalam dan teras.

Di daerah tropis Sklerotium rolfsii tidak membentuk spora. Cendawan dapat bertahan lama dengan hidup secara saprofitik, dan dalam bentuk sklerotium yang tahan terhadap keadaan yang kurang baik.

Sklerotium rolfsii umumnya terdapat dalam tanah. Cendawan terutama terpencar bersama-sama dengan tanah atau bahan organik pembawanya. Sklerotium dapat terpencar karena terbawa oleh air yang mengalir.

Sklerotium rolfsii terutama berkembang dalam cuaca yang lembab. Cendawan dapat menginfeksi tanaman anggrek melalui luka ataupun tidak, bila melalui luka infeksi akan berlangsung lebih cepat. Di Indonesia Oncidium sp. dan Phalaenopsis sp. sangat rentan terhadap S. rolfsii, Cattleya sp. agak tahan, sedangkan Dendrobium sp. sangat tahan.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Sklerotium rolfsii adalah cendawan yang kosmopolit, dapat menyerang bermacam-macam tumbuhan, terutama yang masih muda. Cendawan itu mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Cendawan tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih kelak menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1 mm. Butir-butir ini mudah sekali terlepas dan terangkut oleh air.

Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan selama 6-7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi justru akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada dalam lingkungan yang lembab.

d. Layu Fusarium oxysporum

1) Tanaman inang :
Penyakit layu Fusarium dapat dijumpai pada anggrek jenis Cattleya sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp. Selain itu juga menyerang kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, krisan, kelapa sawit, lada, kentang, pisang dan jahe.

2) Gejala serangan :
Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang yang baru saja dipotong, menyebabkan batang dan daun berkerut. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dengan daun-daun yang keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Perakaran busuk, pembusukan pada akar dapat meluas ke atas, sampai ke pangkal batang.

Jika akar rimpang dipotong akan tampak bahwa epidermis dan hipodermis berwarna ungu, sedang phloem dan xylem berwarna ungu merah jambu muda. Akhirnya seluruh akar rimpang menjadi berwarna ungu.

3) Epidemiologi :
Patogen dapat bertahan secara alami di dalam media tumbuh dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman peka, melalui akar yang luka dapat segera menimbukan infeksi. Penyakit ini mudah menular melalui benih, dan alat pertanian yang dipakai.

e. Bercak daun Cercospora spp.

1) Tanaman inang :
Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya.

2) Gejala serangan :
Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua.

3) Morfologi / Epidemiologi :
Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.

f. Bercak coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul

1) Tanaman inang :
Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. dan Catleya sp.

2) Gejala serangan :
Penyakit ini terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman yang terserang yaitu daun dan titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, dan pada daun yang terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan dan berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dengan cepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian yang sakit mengeluarkan lendir (eksudat), yang dapat menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman.

Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam dan kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, dan tidak mematikan tanaman.

3) Epidemiologi :
Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ini berkembang pada kondisi lingkungan yang basah dan suhu yang tinggi. Penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh dan benih yang terinfeksi.

g. Busuk Lunak Erwinia spp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dapat menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain yang lunak jaringannya.

2) Gejala serangan :
Penyakit ini menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair dan warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. Bakteri ini menimbulkan pembusukan pada jaringan yang lunak dan pada jaringan yang bekas digigit serangga.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Sel bakteri berbentuk batang, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri.

Bakteri patogen mudah terbawa oleh serangga, air, media tumbuh dan sisa tanaman yang terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri adalah 27°C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.

h. Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum dan Rhizoctonia solani.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. dan sebagainya.

2) Gejala serangan :
Pada tanaman muda ditandai dengan gejala damping off, yaitu tanaman mati dan roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, sehingga tidak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya.

3) Epidemiologi :
Patogen tersebut terpencar melalui air. Rhizoctonia solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh).

i. Bercak daun Pestalotia sp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp.

2) Gejala serangan
Pada daun-daun tua dijumpai bercak dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat.

3) Epidemiologi :
Patogen memencar dengan spora yang terjadi apabila ada perubahan yang mendadak dari keadaan basah kemudian kering dan disertai angin.

j. Bercak Botryodiplodia sp.

1) Tanaman inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. dan Arachnis sp.

2) Gejala serangan :
Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dengan bercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tidak terbatas pada bagian-bagian yang tua saja tetapi yang muda pun terserang.

3) Epidemiologi :
Penyakit memencar dengan sporanya yang berada di dalam badan buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca yang mendadak dari basah ke kering.

k. Bercak bunga Botrytis cenerea

1) Tanaman inang :
Penyakit ini terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. dan Cattleya sp.

2) Gejala serangan :
Pada mahkota bunga mula-mula terdapat bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dengan bintik yang sangat banyak, bunga akan busuk dan menghitam.

3) Epidemiologi :
Penyakit ini berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dengan sporanya yang sangat mudah diterbangkan angin.

l. Karat Uredo sp.

1) Tanaman inang :
Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. dan jenis-jenis lainnya.

2) Gejala serangan :
Pada permukaan daun terdapat pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Serangan yang hebat menyebabkan daun mengering.

3) Epidemiologi :
Spora patogen mudah melekat pada kaki serangga dan oleh tiupan angin. Kondisi lingkungan yang lembab sangat membantu perkembangan penyakit.

m. Virus mosaik cymbidium (Cymbidium mosaic virus= CyMV)

Virus mosaik cymbidium dikenal juga dengan nama "Cymbidium black streak virus" atau "Orchid mosaic virus".

1) Tanaman inang :
Virus ini dijumpai pada 8 genera, yaitu Aranthera sp., Calanthe sp., Cattleya sp.,Cymbidium sp., Gromatophyllum sp., Phalaenopsis sp., Oncidium sp., dan Vanda sp.

2) Gejala serangan :
Pada Cymbidium sp. gejala mosaik akan tampak lebih jelas pada daun-daun muda berupa garis-garis klorotik memanjang searah serat daun. Bunga pada tanaman Cattleya sp. yang terinfeksi biasanya memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat nekrosis pada petal dan sepalnya. Bunga biasanya berukuran lebih kecil dan mudah rontok dibandingkan dengan bunga tanaman sehat.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Partikel CyMV berbentuk filamen memanjang berukuran 13 x 475 nm. Virus ini menular secara mekanik melalui cairan atau ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui biji ataupun serangga vektor.

n. Virus mosaik tembakau strain orchid (Tobacco Mosaic Virus-Orchid = TMV-O)

Virus ini dikenal juga dengan nama virus bercak bercincin odontoglossum (odontoglossum ringspot virus = ORSV).

1) Tanaman inang :
Jenis-jenis anggrek lain yang dapat terserang virus ini mencakup Dendrobium sp., Epidendrum sp., Vanda sp., Cattleya sp., Oncidium sp. Cymbidium sp. dan Phalaenopsis sp.

2) Gejala serangan :
Pada beberapa jenis anggrek seperti Cattleya sp., gejala infeksi virus ini bervariasi, yaitu berupa garis-garis klorotik, bercak-bercak klorotik sampai nekrotik atau bercak-bercak berbentuk cincin. Pada Oncidium sp. bercak-bercak nekrotik berwarna hitam tampak nyata pada permukaan bawah daun. Di lapang persentase tanaman anggrek Oncidium sp. terinfeksi virus ini dapat mencapai 100%. Gejala pada bunga, misalnya pada anggrek Cattleya sp., berupa mosaik pada sepal dan petal. Bagian tepi bagian bunga ini biasanya bergelombang.

3) Morfologi/Epidemiologi :
Partikel virus berbentuk batang berukuran 18 x 300 nm. TMV-O mudah ditularkan secara mekanik melalui ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui serangga vektor ataupun biji.


3. Pengendalian hama penyakit anggrek

a. Fisik
Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149°C selama 1 jam.

b. Mekanis
Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan.

Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi.

Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.

c. Kultur Teknis
Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini.

Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang.

Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit.

d. Kimiawi
Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust), pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan.

Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2% atau desinfektan lainnya.

e. Hayati
Dilakukan dengan menggunakan :

* Predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae)
* Predator kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, dan laba-laba Lycosa sp.
* Predator kutu putih : Scymnus apiciflavus.
* Predator bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., dan bakteri Aeromonas liquefacicus.
* Parasitoid Thrips : Famili Eulophidae
* Parasitoid kutu daun : Aphidius sp. dan Encarsia sp.
* Parasitoid pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae).
* Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens untuk penyakit layu Fusarium sp. dan Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.

Panen dan pasca panen

Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek.

Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.

1. Bunga anggrek potong

a. Ketuaan bunga
Selama ini bunga anggrek dipanen setelah 75%-80% bunga telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp. Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp., bunga dipanen 3 sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga yang dipotong prematur akan gagal untuk mekar. Saat pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dari satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya disterilkan lebih dulu sebelum digunakan lagi pada pohon berikutnya.

b. Temperatur
Bunga potong Cymbidium sp. dan Paphiopedilum sp. dapat bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F (10C) dan 6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp., Cattleya sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. dan Phalaenopsis sp. umumnya bisa bertahan sampai 2 minggu kalau disimpan pada suhu 5–70C, sedangkan Dendrobium sp. potong cukup disimpan pada temperatur 10–130C.

c. Pasokan air dan hara
Bunga anggrek potong peka terhadap kekeringan. Air yang hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet yang dilarutkan dalam air dianjurkan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong.

d. Etilen dan kerusakan mekanis
Usahakan untuk menjauhkan bunga anggrek potong dari sumber / tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah dan kumpulan bunga yang sudah rusak dan layu. Ruangan untuk penanganan pasca panen (sortasi/grading dan pengemasan) hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap gas etilen dapat dikurangi dengan pemberian suhu dingin, baik setelah panen maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera dikeluarkan dari wadah pengemasnya dan diletakkan pada ruangan dingin yang bersuhu cocok untuk bunga anggrek.

e. Penyakit
Bunga anggrek potong peka terhadap penyakit, tidak saja karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan madu yang bergizi yang sangat baik untuk pertumbuhan patogen. Kerusakan akibat penyakit ini dapat dihindari dengan managemen kebersihan yang baik di rumah kaca maupun di kebun, pengendalian temperatur, dan minimalisasi terjadinya kondensasi pada bunga potong.

2. Tanaman anggrek pot berbunga indah

a. Kultivar
Berbagai karakter morfologi, seperti warna bunga, jumlah kuntum bunga dan waktu berbunga telah digunakan untuk mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar baru. Pada masa yang akan datang kriteria toleransi terhadap kondisi pengangkutan, tingkat cahaya interior yang rendah, etilen dan pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam penilaian.

b. Stadia pertumbuhan
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase bunga yang mekar masih rendah.

c. Temperatur
Temperatur perlu diturunkan selama siklus 2–3 minggu terakhir untuk memperkuat warna bunga dan meningkatkan kandungan karbohidrat tanaman, sehingga dapat mengakibatkan ketahanan simpan. Semua tanaman pot berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur yang lebih rendah dan kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman. Selanjutnya tanaman berbunga yang ditempatkan pada temperatur 270C atau lebih tinggi, umumnya mempunyai warna bunga lebih pudar, batang / tangkai lebih tinggi, daun cepat menguning dan rontok.

d. Media
Media berstruktur remah yang mudah dibasahi kembali oleh konsumen atau penata ruang sangat penting untuk menghasilkan penampilan optimum dari tanaman berbunga indah di dalam ruangan. Sejumlah gel polimer dapat digunakan untuk mempertahankan kelembaban media dan mencegah tanaman dalam ruangan menjadi kering. Irigasi dengan menggunakan wetting agent pada saat pemasaran berguna untuk memudahkan pembasahan kembali media.

e. Pemupukan
Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 1 sampai 3 minggu sebelum pembungaan, diubah menjadi 0,5 : 1. Nisbah ini mencegah masalah keracunan amonia dan meningkatkan masa simpan.

f. Kepekaan terhadap etilen
Tanaman pot anggrek berbunga indah peka terhadap etilen. Gejala yang ditimbulkan adalah kerontokan daun, kuncup dan bunga, dan kelayuan bunga, epinasti, peningkatan kerentaan terhadap mikroba dan aborsi bunga / kuncup.

Salah satu cara efektif untuk mengurangi kepekaan terhadap etilen, yaitu dengan menurunkan temperatur selama pengangkutan. Cara lain yang digunakan secara komersial adalah dengan penyemprotan daun menggunakan senyawa antagonis terhadap etilen, sehingga dapat menekan produksi etilen dalam bunga, serta mengurangi pengaruh buruk etilen.

g. Pengairan
Kurangnya penyiraman tanaman yang berbunga indah serta membiarkannya layu akan menurunkan umur peragaan. Sebaliknya kelebihan air akan menyebabkan rusaknya akar, sehingga tanaman cepat rusak. Sebaiknya tanaman diairi tiap hari atau tiap dua hari sekali, tergantung pada tingkat cahaya, temperatur dan kelembaban, juga ukuran dan media tumbuh. Pengairan dilakukan terhadap media tanpa membasahi bunga dan daun.

h. Cahaya
Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus dipertahankan untuk menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik, jumlah bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari

Sementara itu, diawali hobi merawat anggrek, ibu-ibu di Jrobang, Ngesrep, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, tertantang untuk menekuni budi daya anggrek. Mereka memanfaatkan bahan-bahan sederhana, seperti limbah sabut kelapa dan gelas air mineral untuk pembudidayaan anggrek tersebut.

Biasanya pembudidayaan anggrek membutuhkan lahan yang cukup luas. Namun kelompok ini cukup memanfaatkan lahan di pekarangan rumah. Ternyata hasilnya bisa bersaing dengan pengusaha atau pekebun anggrek di luar kota.

Setelah dirasa berhasil, kelompok ini kemudian mencari pasar. Lantaran berusaha sendiri cukup sulit, mereka membentuk kelompok-kelompok agar bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam jumlah besar.

Pangsa pasarnya pun cukup luas karena ada jaringan khusus untuk Kota Semarang. Setiap tahun, mereka bisa mengirim 10-15 ribu anggrek. Tak hanya itu, kelompok ini juga telah mendapat kepercayaan dari kelompok lain dan dinas pemerintah untuk menjalin kerja sama memberi pelatihan budi daya anggrek.

Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Semarang, kelompok ini akan membuat jalur emas atau jalur hijau untuk wisata anggrek di Semarang. Mereka mengajak kelompok-kelompok tani lain ikut berkreasi dan berproduksi, sehingga bisa mendukung Semarang menjadi sentra anggrek di Jateng. (fn/sc/lp)

www.suaramedia.com