Kain sutera tentu sudah cukup akrab di tengah masyarakat kita, selain rasa nyaman pada saat dipakai kain sutera juga dikenal cukup halus. Sutera yang dibuat dengan alat tenun tradisional atau Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) semakin menambah daya tarik kain sutera. Sebagian orang tidak mengetahui bahwa kain sutera dibuat dari kokon ulat sutera, namun bagi sebagian orang budidaya ulat sutera telah menjadi lahan bisnis yang cukup menguntungkan. Bisnis budidaya ulat sutera ditujukan untuk memenuhi permintaan benang sutera sebagai bahan pembuat kain sutera dengan cara tenun tradisional.
Jika berbicara mengenai budidaya ulat sutera tentu tidak bisa dilepaskan dari pohon murbei sebagai makanan ulat sutera. Ulat sutera sangat menyukai daun murbei, sehingga ketersediaan pohon murbei menjadi syarat mutlak dalam budidaya ulat sutera.
Salah satu keunggulan pohon murbei adalah kemampuannya hidup pada lahan yang kritis, sehingga budidaya ulat sutera dapat sekaligus menjadi sarana untuk menghijaukan lahan tandus.
Ras Kupu-kupu sutra
Saat ini dalam budidaya ulat sutra dikenal empat jenis atau ras kupu‐kupu sutera unggul yang memiliki produksi kokon yang sangat tinggi dan dapat menghasilkan benang sutera dengan kualitas yang baik. Keempat ras kupu sutera tersebut adalah Ras Cina, Ras Jepang, Ras Eropa dan Ras Tropika.
Saat ini yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah kupu ras Cina dan ras Jepang. Dan hasil persilangan dari kedua ras kupu tersebut. Namun, belakangan ini hasil persilangan Ras Jepang dengan Ras Cina justru yang banyak dikembangkan.
Analisis Usaha Budidaya Ulat Sutra
Untuk memulai usaha budidaya ulat sutra diperlukan modal awal berupa pohon murbei sekitar 7.000 batang. Ini untuk sekali tanam (per kotak benih/telur ulat sutera) dan terus berlanjut hingga seterusnya.
Begitu juga dengan media/kotak pembesarannya, cukup dibuat sekali, untuk seterusnya. Harga satu kotak benih/telur urat berisi 25.000 butir telur, dapat dibeli seharga Rp 50.000. Dari satu kotak itu, kepompong yang bisa dihasilkan adalah seberat 40 – 50 kilogram.
Kisaran harga kepompong sendiri adalah Rp 30.000 – Rp 35.000 per kilogram kepompong. Siklus ulat sutera mulai dari menetas telur hingga menjadi kepompong adalah 25 hari. Dan, berapapun jumlah kepompong yang dihasilkan, pasar selalu siap menerimanya. (Galeriukm).
Sumber:
http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=2349&catid=3&
http://www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/ekonomi/investasi/sutra_alam.pdf
No comments:
Post a Comment