Friday, January 31, 2014

Tips Budidaya Udang Vannamei

Udang adalah binatang yang hidup di perairan, Khususnya, Sungai, Laut, Dan Danau. Udang dapat di temukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar, Baik itu di air tawar Air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, Dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.

Banyak crustaceae yang di kenal dengan nama Udang, Misalnya mantis shrimp dan mysid shrimp, Keduanya berasal dari kelas Malacostraca sebagai udang sejati. Tetapi berasal dari ordo yang berbeda, Yaitu, (Stomatopoda) Dan (Mysidaceae). Triops longicaudatus dan triops cancriformis juga merupakan hewan populer di air tawar, Yang di sebut dengan udang. Walaupun mereka berasal dari Notostraca, Kelompok yang tidak berhubungan.

Pendahuluan Udang Vannamei

Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Merupakan salah satu jenis udang introduksi yang Akhir-akhir ini sangat banyak di minati, karena mamiliki keunggulan, Seperti tahan dari penyakit. Pertumbuhanya cepat (Masa pemeliharaan 100-110 hari) Sintasan (Tingkat Kelulushisupan) selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-Nya) rendah (1:1,3). Namun demikian pembudidaya udang yang modalnya terbatas masih menganggap bahwa udang vannamei tersebut hanya dapat di budidayakan secara intensif. Ternyata tidaklah sepenuhnya itu benar, Karena hasil kajian menunjukkan bahwa udang vannamei juga dapat di produksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga harga perkilogramnya menjadi lebih Mahal.

Teknologi yang tersedia pada saat ini masih untuk pola intensif, Pada hal luas areal pertambakan di Indonesia yang mencapai sekitar (360.000 ha, %) Di garap oleh petambak yang kurang mampu. Informasi teknologi pola tradisional plus untuk budidaya udang vannamei sampai saat ini masih sangat terbatas. Di harapkan dengan adanya brosur ini dapat menambah wawasan pengguna dalam mengembangkan budidaya udang vannamei pola tradisional plus. Berikut di bawah ini Tips Terbaik Budidaya Udang Vannamei.

Persiapan Tambak

1. Pengeringan (Pengolahan Tanah Dasar) :
Air dalam tambak di buang, Dan Ikan-ikan liar di brantas dengan saponin, Lalu genangan air yang masih tersisa di beberapa tempat haruslah di pompa keluar, Kemudian Bak di keringkan sampai Retak-retak Jika perlu dengan cara di traktor sehingga H²S menghilang karena teroksidasi. Pengeringan secara sempourna juga dapat membunuh bakteri patogen yang ada di peralatan Tambak.

2. Pemberantasan Hama :
Pemberantasan Ikan-ikan dengan sapion 15-20ppm (7,5-10 kg/ha) Dengan tinggi air tambak 5 cm.
3. Pengapungan Dan Pemupukan :
Untuk menunjang perbaikan kualitas tanah dan air di lakukan pemberian kapur bakar (CaO), 1000 kg/ha Dan kapur pertanian sebanyak (320 kg/ha). Kemudian masukkan air ke tambak sehingga tambak menjadi Macak-macak, kemudian di lakukan pemupukan dengan pupuk urea (150 kg/ha) Dan pupuk kandang (2000 kg/ha).

4. Pengisian Air :
Pengisian air di lakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung, Dan air di masukkan kedalam tambak secara bertahap. Lalu ketinggian air tersebut di biarkan di dalam tambak selama 2-3 minggu dan sampai kondisi air Benar-benar siap di beri benih Udang. Tinggi air di petak pembesaran di upayakan (≥1,Om).

Penebaran :
Penebaran benur udang vannamei di lakukan setelah plangton tumbuh baik (7-10 hari) setelah penumpukan. Benur vannamei yang di pergunakan adalah PL10 - PL12 berat awal (0,001g/ekor) di peroleh dari hatchery yang telah mendapat rekomendasi bebas patogen, Spesific Pathogen Free (SPF). Kreteria benur vannamei yang bagus dan baik adalah Mencapai ukuran PL - 10 atau organ ingsangya telah Sempurna, Seragam atau rata, Tubuh benih dan usus terlihat jelas, Berenang melawan arus.

Sebelum benur di tebar terlabih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benuh di tambak dan menyiramnya dengan Berlahan-lahan. Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas di lakukan dengan membuka kantong, Dan di beri sedikit demi sedikit air tambak selama 15020 menit.

Selanjutnya kantong benur di miringkan dan berlahan lahan benur vannamei akan keluar dengan sendirinya. Pemberian benur vannamei dilakukan pada saat di siang hari. Padat penebaran untuk pola tradisional tampa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah (1-7 ekor/m²). Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada di bulan ke 2 pemeliharaan. Maka di sarankan dengan padat tebar (8-10 ekor/m²).

Pemeliharaan :
Selama pemeliharaan, Di lakukan monitoring kualitas air memiliki : Suhu, Slinitas, Transparasi, pH dan kedalaman air dan oksigen setiap hari. Selain itu juga, dilakukan pemberin pemupukan urea dan TPS susulan setiap 1 minggu sebanyak 5-10% dari pupuk awal. (Urea 150kg/h)dan hasil fermentasi probiotik yang diberikan seminggu sekali, Guna menjaga ke stabilan plangton dalam tambak.
Pengapuran susulan dengan dolomit super dilakukan apabila pH berfluktuasi. Dan pakan di berikan pada hari ke 70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami (plangton) telah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang di berikan 5-2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari yakni (30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40%pada jam 22.00).

Pergantian air yang pertama kali di lakukan setelah udang berumur 60 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total. sedangkan pda bukan berikutnya hingga panen, volume pergantian air di tingkatkan mencapai 15-20% pada setiap priode pasang. Sebelum umur pemeliharan mencapai 60 hari hanyaa di lakukan penambahan air sebanyak yang berkurang atau hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vannmei adalah silinitas optimal 10-25 ppt (Toleransi 50 ppt). Suhu 28-31 derajat C, Oksigen 4 ppm, Amoniak 0,1 ppm, Dan pH 7,5-8,2 Dan H²S 0,003 ppm.

Panen :
Panen harus mempertimbangkan aspek harga, Pertumbuhn dan kesehatan udang. Dan panen di lakukan setelah umur pemeliharaan (100-110 hari). Perlakukan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak (80 kg/ha) Dan (Tinggi air tambak 1 m), Dan mempertahankan ketinggian air (Tidak ada pergantian air) Selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami Ganti kulit atau (Molting) pada saat panen. Selain dari itu di persiapkan peralatan panen yang berupa keranjang Panen. Dan jaring di pasang di di puntu air, Jala lempar, stiroform, Ember, Baskon, Dan lampu penerangan di lakukan dengan menurunkan volume air secara grafitasi dan dibantu pengeringan dengan Pompa.

Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan penangkapan udang dengan Jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari, Yang bertujun untuk mengurangi resiko kerusakan mutu Udang, Karena udang hasil panen sangat peka terhadap sinar matahari lansung. Dan udang hasil panen (tangkapan) juga harus di cuci dan di rendam kedalam Es. Selanjutnya di bawa ke cold storage. Dengan pola tradisional plus produksi Udang Vannamei 836-1050 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-96%, Ukuran panen antara (55-65 ekor/kg).

Sekian terimakasih karena anda telah menyimak dan membaca artikel Tips Budidaya Udang Vannamei tersebut, Semoga banyak manfaatnya untuk anda.

Sumber :
http://sabdaalamnusantara.blogspot.com/2013/09/tips-terbaik-budidaya-udang-vannamei.html

Thursday, January 30, 2014

Budidaya Udang Vannamei Super Intensif SCI Panen 153 Ton Per Ha

Udang vannamei sering juga disebut udang vaname adalah jenis udang yang banyak dibudidayakan. Tambak udang super intensif Shrimp Club Indonesia (SCI), wilayah Sulawesi terletak di kabupaten Barru, Sulawesi Selatan KM 139, pada Sabtu, 2 Februari 2013 telah dipanen udang jenis Vaname sejumlah 15,3 ton per 1000 meter persegi atau 153 ton per ha dalam usia budidaya 93 hari dengan ukuran 44 ekor per Kg.

Pada siklus pemeliharaan sebelumnya di tempat yang sama juga berhasil di panen udang Vaname dengan produktifitas 10,4 ton atau 104 ton per ha dengan ukuran 50 ekor per Kg dalam usia budidaya 100 hari. Produktifitas yang telah dicapai diperkirakan tertinggi saat ini, melebihi yang dicapai di Meksiko sebesar 100 ton per Ha.

Bila perkiraan ini benar, maka prestasi ini sebagai tertinggi dunia tentunya bisa menjadi kebanggaan Negeri ini, karena inovasinya lahir dan murni sebagai kreatifitas dan rekayasa anak bangsa. Meningkatnya produktifitas ini antara lain disebabkan adanya penambahan peralatan suply oksigen, penambahan kedalaman air dan peningkatan padat tebar.

Sebelumnya untuk suply oksigen di tambak ini menggunakan 6 unit kincir, 2 unit turbo jet dan 1 unit blower berkekuatan 3 horse power (HP) ditingkatkan menjadi 8 unit kincir, 4 unit turbo jet dan blower berkekuatan 5,5 horse power. Kedalaman air ditingkatkan menjadi 260 cm dari 230 cm, selanjutnya padat tebar berdasarkan faktur pembelian menjadi 800.000 ekor benur dari 600.000 ekor untuk mengisi tambak 1000 meter persegi tersebut.

Kunci Sukses Budidaya Udang Super Intensif SCI
Budidaya super Intensif di tambak ketua SCI dimulakan tahun 2011, dan telah dilakukan budidaya selama empat siklus . Siklus pertama dengan produktifitas 4,2 ton; Siklus kedua meningkat menjadi 6,2 ton. Setelah dilakukan perbaikan konstruksi dengan menembok pematang dan dasar tambak produktifitas meningkat menjadi 10,4 ton.

Dan pada siklus keempat dengan sejumlah penyempurnaan meningkat menjadi 15,3 ton. Data-data ini tentunya penting untuk menetapkan sebuah rekomendasi baku berapa besar produktifitas yang ingin diterapkan agar teknologi ini dapat menjamin keberlanjutan usaha.

Setidaknya terdapat empat faktor yang menjadi kunci sukses di Tambak ketua SCI Sulawesi tersebut, yaitu :
(1) Kesesuaian Konstruksi,
(2) Pengendalian Lingkungan,
(3) Feeding Program dan
(4) Rekayasa Ruang.
Dari sisi konstruksi, tambak super intensif idealnya memiliki luasan antara 900 – 1.600 meter peresgi dan disarankan pematang dan dasar tambak dilapisi semen; Menggunakan central drain untuk pembuangan limbah; Dan kedalaman air pada saat budidaya minimal 250 cm.

Agar udang yang dibudidayakan tetap sehat meskipun hidup dalam kondisi berdesakan, maka lingkungan budidaya harus dikendalikan. Minimal ada tiga indikator lingkungan yang harus prima yaitu, Pertama konsentrasi bahan organik yang berasal dari kotoran udang dan plankton yang mati dapat dikendalikan melalui sistem pembuangan limbah yang dinamakan central drain model matahari.

Sebagai gambaran bahwa bila dalam sehari udang diberi makan sebanyak 400 kg, maka ada potensi bahan organik yang bersal dari kotoran udang dan makan yang larut sebesar 20 persen atau sekitar 80 kg dan harus dikeluarkan, karena bila tidak maka akan terjadi akumulasi yang akhirnya menjadi racun yang bisa menimbulkan penyakit dan menyebabkan kematian.

Selain itu juga dilakukan pemberian prebiotik atau bakteri pengurai bahan organik serta pergantian air antara 10 – 20 persen setiap hari. Kedua ketersediaan oksigen selalu terjaga, dan minimal ketersediaannya di media budidaya di saat titik kritis di subuh hari berada pada angka minimal 2,2 ppm (part per million).

Kecukupan kincir, turbo jet dan blower menjadi salah satu faktor penentu. Ketiga, temperatur media budidaya dapat dijaga pada kisaran 29 – 30 derajat celsius. Untuk mempertahankan kondisi itu, maka blower yang selain berfungsi mensuplay oksigen juga sekaligus mensuplay udara panas pada waktu tertentu yang dirancang secara khusus.

Feeding program berupa pengaturan volume dan frekuensi pemberian makanan juga menjadi kunci untuk efisiensi penggunaan pakan. Pada saat udang sedang berada pada fase ganti kulit massal (moulting) sebagai indikasi bahwa udang tersebut bertumbuh, maka volume makanan yang akan diberikan harus diturunkan sampai 30 persen, setelah itu disesuaikan kembali. Selanjutnya pemberian makanan harus menggunakan mesin pelontar makanan ( automatic feeder), karena frekuensinya dapat diatur atau diprogramkan sesusi kebutuhan sehingga ikut meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.

Rekayasa ruang, juga menjadi bagian yang menentukan produktifitas, karena itu dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, kontruksi yang ada ditambah dengan peralatan yang dimiliki, maka dapat dihitung daya dukung atau carrying capacity sebuah petakan tambak. Berdasarkan hasil perhitungan yang mempertimbangkan hal-hal itu, maka di tambak ketua SCI Sulawesi yang luasnya 1000 meter persegi tersebut memiliki daya dukung atau kemampuan memproduksi sebesar 8.000 kg.

Untuk meningkatkan produktifitasnya menjadi dua kali lipat misalnya, maka strategi yang ditempuh adalah melakukan penjarangan atau panen parsial (partial harvest). Pada kasus produktifitas 15,3 ton per 1000 meter persegi, maka pada umur 59 hari dilakukan penjarangan atau panen parsial pertama sebesar 30 – 35 persen atau sekitar 2,75 ton dengan ukuran 96 ekor per kg, kemudian di usia 74 hari dilakukan panen parsial kedua sebesar 2,70 ton ukuran 78 ekor per kg, selanjutnya di usia 81 hari parsial ketiga sebesar 2,55 ton ukuran 65 ekor per kg. Terakhir dilakukan panen di usia 93 hari volumenya sebesar 7,30 ton dengan ukuran 44 ekor per kg, sehingga total produksi yang diperoleh sejak panen parsial pertama sekitar 15,3 ton.

Nilai Ekonomi
Investasi yang dkeluarkan di luar lahan untuk membangun satu petak tambak super intensif termasuk dukungan peralatan seperti tambak ketua SCI Sulawesi adalah sebesar 320 juta rupiah. Modal kerja setiap siklus untuk pembelian benih, pakan, pembayaran listrik dan beberapa kebutuhan lainnya sebesar 350 juta rupiah.

Selanjutnya nilai rupiah yang diperoleh dari produksi 15,3 ton tersebut sebesar 675 juta rupiah, sehingga marjin yang diperoleh setelah dikurangi modal kerja tanpa penyusutan sebesar 325 juta rupiah.

Pada satu sisi produktifitas dengan menerapkan inovasi ini dapat mencapai 15,3 ton per 1000 meter persegi atau 153 ton per Ha, namun pada sisi lain perlu pengkajian lebih jauh seberapa besar angka produktifitas yang dapat direkomendasikan agar usaha ini dapat berkelanjutan dengan tidak menimbulkan dampak lingkungan. Oleh karena itu Lembaga Penelitian dan Pengembangan di Kementrian Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat melakukan pengkajian secara sinergi guna menemukan seberapa besar produktifitas yang direkomendasikan agar dapat berkelanjutan.

Industrialisasi dan Zero Waste
Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam mengembangkan komoditas termasuk udang menerapkan pendekatan Industrialisasi dan Zero Waste. Ada dua ciri Industrialisasi yaitu produktifitas dan nilai tambah. Selanjutnya zero waste adalah upaya meningkatkan nilai tambah produk, dengan memanfaatkan sejumlah limbah menjadi produk lain, sehingga secara akumulatif akan terjadi peningkatan daya saing dan meminimalkan dampak lingkungan serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Ditemukannya formula inovasi super intensif ini tentunya dapat menjadi penyemangat bagi pembudidaya untuk meningkatkan produksi udang, dengan harapan keluhan industri hilir yang sering menyuarakan kekurangan bahan baku dapat dijawab. Akan muncul semangat untuk memanfaatkan tambak-tambak yang menganggur, karena kegagalan-kegalan sebelumnya.

Sebagai catatan produksi udang Nasional tahun 2012 sekitar 450.000 ton dan memposisikan Indonesia di posisi keempat dunia setelah China, Thailand dan Vietnam. Pada l tahun 2013 diproyeksikan sebesar 550.000 ton dan tahun 2014 sebesar 700.000 ribu ton. Kita berkeyakinan bahwa target tersebut dapat dicapai bahkan melebihi, selama formula inovasi itu dilakukan secara benar.

Upaya meningkatkan Produktifitas secara massal tidak cukup hanya dengan inovasi, namun peranan lembaga keuangan dengan bunga yang layak sangat diharapkan. Demikian pula dengan peran Industri dalam negeri untuk memproduksi kincir air, pompa, automatic feeder (mesin pemberi makan otomatis) dan sejumlah peralatan lainnya yang selama ini masih di impor.

Perbaikan sistem logistik dan penyediaan listrik yang mudah dan murah juga menjadi faktor yang akan mempengaruhi pencapaian target tersebut. Semoga
(Sumber : DKP Sulteng)
http://budidaya-ikan.com/budidaya-udang-vaname-super-intensif-sci-panen-153-ton-per-ha/

Wednesday, January 29, 2014

Cara Pembenihan Ikan Tawes

Pembenihan ikan tawes memiliki beberapa cara, yakni pembenihan ikan tawes di kolam, pembenihan ikan tawes di sawah dan pembenihan ikan tawes di halaman. Berikut ini membahas Pembenihan Ikan Tawes di kolam.

1. MEMILIH INDUK
1) Untuk mendapatkan benih yang berkualitas bagus dengan jumlah yang banyak perlu dipilih induk yang baik dengan ciri-ciri Ikan Tawes:
a. Letak lubang dubur relatif lebih dekat ke pangkal ekor
b. Kepala lebih kecil dan meruncing
c. Sisik besar dan teratur
d. Pangkal ekor lebar dan kuat / kokoh

2) Ikan tawes jantan dipijahkan setelah umur lebih dari 1 tahun, dan induk tawes betina pada umur kurang lebih 1,5 tahun. Tanda-tanda bahwa induk ikan tawes telah matang kelamin dan siap untuk dipijahkan:
a. Induk Tawes betina
- Perutnya mengembang kearah genetal (pelepasan) bila diraba lebih lembek
- Lubang dubur berwarna agak kemerah-merahan
- Tutup insang bila diraba lebih licin
- Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan kehitam-hitaman.
b. Induk Tawes Jantan
- Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan berwarna keputih-putihan (sperma)
- Tutup insang bila diraba terasa kasar

2. MEMPERSIAPKAN KOLAM
1) Kolam pemijahan ikan tawes sekaligus adalah kolam penetasan dan kolam pendederan. Sebelum dipergunakan untuk pemijahan, kolam terlebih dahulu dikeringkan.
2) Perbaikan pematang dan dasar kolam dibuat saluran memanjang (caren/kamalir) dari pemasukan air kearah pengeluaran air dengan lebar 40 cm dan dalamnya 20-30 cm.

3. PELEPASAN INDUK
1) Induk ikan tawes yang telah terpilih untuk dipijah kemudian diberok pemberokan dengan penempatan induk jantan dan betina secara terpisah selama 4-5 hari
2) Setelah diberok kemudian induk ikan dimasukkan ke kolam pemijahan yang telah dipersiapkan
3) Pemasukan induk ke kolam pada saat air mencapai kurang lebih 20 cm
4) Jumlah induk yang dilepas induk betina 25 ekor dan induk jantan 50 ekor
5) Pada sore hari kurang lebih pukul 16.00 air yang masuk ke kolam diperberar sehingga aliran air lebih deras.
6) Biasanya induk ikan tawes memijah pada pukul 19.00-22.00
7) Induk yang akan memijah biasanya pada siang hari sudah mulai berkejarkejaran di sekitar tempat pemasukan air.

4. PENETASAN TELUR TAWES
1) Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam diperkecil agar telur-telur tidak terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam pemijahan juga
2) Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar kolam atau bagian lahan yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan sapu lidi di dasar kolam
3) Telur ikan tawes biasanya menetas semua setelah 2-3 hari
4) Dari ikan hasil penetasan dipelihara di kolam tersebut selama kurang lebih 21 hari.

5. PEMUNGUTAN HASIL BENIH IKAN
1) Panen dilakukan pada pagi hari
2) Menyurutkan/mengeringkan kolam
3) Setelah benih berada dikamalir/dicaren, benih ditangkap dengan menggunakan waring atau seser
4) Benih ditampung di hapa yang telah ditempatkan di saluran air mengalir dengan aliran air tidak deras
5) Benih lersebut selanjutnya dipelihara lagi di kolam pendederan atau dijual.

6. PENDEDERAN
1) Mula-mula kolam dikeringkan selama 2-3 hari
2) Perbaikan pematang, pembuatan caren/saluran
3) Dasar kolam diolah dicangkul, kemudian dipupuk dengan Urea & SP 36 10 gr/m2 dan pupuk kandang 1 - 1,5 kg/m2 tergantung kesuburannya.
4) Setelah kolam dipupuk kemudian diairi setinggi 2-3 cm dan dibiarkan 2-3 hari kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman 50 cm
5) Kemudian benih ditebar di kolam pendederan dengan padat tebar 10-20 ekor/m2
6) Pemeliharaan dilakukan kurang lebih 3 minggu - 1 bulan.
7) Selanjutnya dapat dipanen dan hasil benih dapat dijual atau ditebar lagi di kolam pendederan II.

Simber :
http://perikanantawar.blogspot.com/2012/03/cara-pembenihan-ikan-tawes.html

Tuesday, January 28, 2014

Mengenal Usaha Budidaya Ikan Tawes

Pengenalan Jenis Ikan Tawes
Nama daerah dari ikan tawes ini adalah wader atau putihan, selama ini nama spesiesnya puntius javanicus dan puntius goniotatus, dan masuk dalam genus puntius.

Gambar 1. Ikan Tawes
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Puntius
Spesies : Puntius javanicus

Ikan ini memiliki ciri-ciri, badan memanjang, pipih kesamping (kopressed), bentuk punggung merupakan busur, tinggi badan 1 : 2,4 - 2,6 kali panjang standar. Mocong runcing, mulut terletak di ujung terminal (tengah) kecil dan mempunyai dua pasang sungut yang sangat kecil.

Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk yang kesepuluh sirip punggung berbentuk seperti jari-jari. Sirip dubur bercagak, permulaan sirip ini berhadapan dengan sisik line lateralis ke-19, sirip ekor bercagak dalam dengan lobus membulat, sisik garis rusuk (line lateralis) berjumlah 29-31.

Sisik berwana putih keperak-perakan, di bagian punggungya warna lebih gelap sedangkan dibagian perut berwarna lebih putih, dasar sisik kelabu sampai gelap.

Minimal ada 4 jenis ikan tawes yang pernah ditemukan diperairan, meskipun masih ada beberapa diantaranya yang sulit ditemukan karena populasinya tidak begitu banyak, selain jarang masyarakat yang membudidayakanya, kehadiranya atau keberadaanya sering di abaikan. Namun ada juga jenis-jenis yang sudah sangat umum dan banyak ditemukan diperairan karena juga sudah bisa dibudidayakan oleh masyarakat. Malah jenis-jenis inilah yang menjadi bentu umum ikan tawes.

Adapun keempat jenis ikan tawes tersebut dapat disebutkan antara lain:

Tawes Biasa
Ikan ini memiliki sisik yang berwarna kelabu dan sudah menjadi bentuk umum dari tawes yang yang sering di budidayakan di masyarakat. Tawes ini dengan mudah ditemukan pada para petani ikan diseluruh Indonesia, misalnya, jakarta, jawa barat, jawa tengah,(Ngrajek,Muntilan), dan lain-lain tempat.

Tawes Bule
Ikan ini memiliki sisik albino, dan jarang terdapat diperairan umum maupun dikolam-kolam masyarakat, namun ikan ini diduga mulai ada sejak tahun 1936.

Tawes Silap
Tawes silap mempunyai sisik yang berwarna putih kelabu, seperti tawes biasa, namun sisik yang berwarna putih ini bercampur dengan sisik yang berwarna keperakan, sehngga sulit membedakan ikan tawes silap ini dengan ikan tawes biasa. Seperti halnya ikan tawes bule, ikan tawes silap ini pun jarang ditemukan.

Tawes Kumpay
Seperti halnya ikan mas kumpay, ikan tawes kumpay mempunyai sirip dada dan sirip ekor yang relatif panjang. Ikan ini berwarna putih kelabu dan jarang ditemukan di kolam petani maupun di perairan umum.

Kebiasaan Hidup Ikan Tawes Di Alam
Ikan tawes ini pada alam aslinya merupakan ikan penghuni sungai yang biasanya bearus deras. Ikan ini mempunyai ketahanan hidup diair payau hingga 7 permil. Sebagai buktinya, ikan ini berkembang pesat di cengkareng (jakarta), yang dikenal berair asin sehingga ikan ini sangat cocok ontuk di pelihara diwaduk-waduk, kolam dengan air agak asin, dan sawah. Pada penebaran bibit ikan didaerah jawa tengah, waduk gajah mungkur misalnya, ikan tawes dipilih sebagai ikan yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan biak.

Kebiasaan Makan Ikan Tawes
Banyak orang yang menyangka ikan tawes ini sebagai ikan pemakan segala, ini mungkin dikarenakan ikan ini dapat menerima makanan dalam bentuk apapun. Namun kalau kita telusuri lebih jauh akan ketahuanlah bahwa ikan sungai ini lebih banyak memakan tumbuhan-tumbuhan air seperti hydrilla verticillata Ipresl dan ceratophyllum demersum L, dan lain-lainya.

Ikan dewasa juga sering di temukan memakan daun-daunan tanaman darat seperti daun singkong, rumput-rumputan lunak. Larva memakan alga bersel satu (unicellular) dan Zoo Plankton yang halus. Sedangkan ikan dan benih-benih dan ikan dewasa memakan tumbuhan air, dengan melihat kebiasaan makan bahwa ikan tawes tergolong sebagai herbivora dan bukan omnivore.

Kebiasaan Berkembang Biak
Ikan tawes di kenal sebagai ikan yang mudah berkembang biak di alam, oleh karenanya tidak sulit juga mengembangkanya dikolam pemeliharaanya. Ikan ini dialam pada umumnya berbiak pada awal musim hujan, saat permukaan air naik yang menibulkan rangsangan karena adanya bau tanah, namun demikian ikan ini mudah dikawinkan disetiap saat tanpa mengenal musim dengan terlebih dulu melakukan manipulasi lingkungan.

Dialam ikan ini mulai matang kelamin pada umur yang relatif muda sekitar satu tahun, pada ikan jantan kematangan kelamin terjadi lebih cepat, yaitu sekitar 6-8 bulan. Ikan ini dapat dikembangkan tanpa mengalami kesulitan pada tempat berketinggian tidak lebih dari 1.100 m dari permukaan air lau, namun dari penelitian lebih jauh diperoleh keterangan bahwa ikan ini sangat jika dibiakan pada tempat dngan ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.

Jika akan melakukan pemijahan, ikan ini tidak memerlukan alat bantu khusus untuk mempercepat proses pemijahan atau pun untuk melindungi telur-telurnya. Ini dikarenakan ikan tawes mempunyai telur yang bersifat demersal atau melayang didasar kolam. Sama sekali tidak berperekat seperti halnya telur ikan mas, maka bila air kolam tersebut kita gerakan telur ikan tawes yang tengelam di dasar kolam akan kembali melayang. Karena sifat telurnya yang demikian itu, maka untuk pemijahan ikan tawes secara terkontrol yang mempergunakan rangsangan exstra kalenjar hipofisa, telur-telurnya biasanya diteteskan pada corong penetasan yang dilengkapi dengan aliran air dari bawahnya, cara itu tidak lain untuk menjaga agar telur-telur ikan tawes tetap mengapung dan tidak terkumpul didasarnya yang menyebabkan telurnya membusuk.

Memilih Induk Ikan Tawes
Meskipun ikan tawes tersebut sudah diketahui bisa dipijahkan pada umur 6 bulan untuk jantan dan setahun untuk ikan betina, namun sebaiknya mempergunakan induk yang berumur lebih dari sepuluh bulan untuk jantan dan 14 bulan untuk betina. Induk jantan yang di pergunakan untuk pemijahan sebaiknya jangan terlalu tua dan tidak terlalu sering dikawinkan, sebagai batas yang ideal maka sebaiknya induk betina tidak lebih 6 kali perkawinan. Ikan yang sudah tua biasanya berwarna kusam, tidak becahaya sisiknya, selain harus cerah sisiknya pun harus tersusun dengan teratur dan relatif besar, jangan ada cacat pada badanya, sebab dikhawtirkan akan menularkan pada keturunanya. Sebaiknya dipilih induk yang gesit gerakanya yang menandakan badannya sehat.

Selain harus berbadan sehat persyaratan bentuk tubuh pun harus dipenuhi bagi ikan yang akan memasuki kolam pemijahan. Badan dilihat punggunya harus tinggi terlihat kokoh , dan tak terlihat adanya tulang yang bengkok atau cacat pada bagian insang, bentuk kepala membulat dan panjang dengan lubang anus terletak jauh di belakang, ini biasanya terlihat pada induk betina yang sudah matang gonad, ditambah lagi perut betina ini biasaya membulat jika sudah dipenuhi dengan telur, tingkah induk betina yang matang telur biasanya jinak sedangkan induk jantan sebaliknya, gesit, galak, sedikit garang dan terlihat enerjik.

Untuk membedakan induk jantan dan betina ikan tawes selain perbedaan bentuk perut bagi yang sudah matang gonad dapat juga dengan meraba pipi ikan yang akan dijadikan induk. Induk jantan mempunyai pipi yang kasar sedangka induk betina mempunyai pipi yang halus.

Ikan jantan yang telah matang gonad akan mengeluarkan cairan berwarna putih seperti santan yang tidak lain adalah sperma, apabila kita mengurutnya dari arah perut kelubang dubur. Sedangka induk betina yang sudah matang gonad akan menunjukan bentuk badan jelek karena mengembangya perut selain kearah samping juga kearah perlepasan. Selain itu juga pada lubang gental berwarna kmerah-merahan atau terdapat bintik merah sebelah belakangnya. Kalau kita menyepatkan diri untuk meraba perutnya ikan matang kelamin biasanya perutnya kenyal dan tidak mengembang.

Pemijahan Ikan Tawes di Kolam
Seperti kenyataan ikan yang tergolong keluarga cyprinidae, ikan tawes pun memerlukan pemasukan air yang baru dan segar selama proses pemijahan. Selain air baru tersebut kolam yang akan dipergunakan untuk pemijahan harus mendapatkan perlakuan khusus terlebih dahulu ini bertujuan agar pelaksanaan pemijahan dapat berlangsung dengan baik tanpa hambatan.

Seperti telah di singgung di atas, ikan tawes mempunyai telur yang bersifat demersal atau melayang didasar kolam. Maka tidak perlu disediakan alat penempel telur apapun bahan pembuat sarang karena induk ikan tawes ini tidak punya keahlian atau merawat keturunanya. Tetapi bukan berati kita boleh becerobah begitu saja dalam mempersiapkan kolam pemijahan justru disinilah kita ditantang untuk berfikir praktis namun tepat dalam menyediakan tempat pemijahan dengan melihan terlebih dahulu kebiasaan berkembangnya dialam.

Pembuatan Kolam
Membuat sebuah kolam pada jakikatnya adalah membuat suatu pematang yang kokoh, yang mampu menahan masa air yang besar, oleh karena itu faktor tanah yang merupakan bahan baku maupun dasar dari kontruksi kolam yang akan dibuat, haruslah mendapatkan perhatian dalam pembuatan kolam ini.

Untuk mendapatkan kolam yang memenuhi syarat teknis yaitu mudah di isi air dan dikeringkan, haruslah dengan memadukan antara kegiatan pengalian tanah dan penimbunan tanah, kegiatan ini peting dilakukan dan di perhatikan khususnya bagi yang pertama kali akan membangun kolam di pekarangan karena sangat berpengaruh bukan saja dari segi teknis yaitu sesuai tidaknya kolam tersebut, tetapi juga akan menyangkut anggaran pengeluaran yang sia-sia jika terjadi kesalahan. Bayangkan saja jika kita harus mengali tanah sedalam satu meter, ditambah lagi harus membuang tanah ketempat yang jauh, padahal dua kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan seirama, dalam arti kata tanah yang digali hanya separuhnya dengan tambahan penimbunan tanah hasil galian itu sendiri untuk mendapatkan kolam yang sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki ada juga orang yang membuat kolam dengan jalan membangun pematang hasil timbunan tanah yang entah didapat dari mana, tentu saja perkerjaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikitpadahal itu tidak begitu di butuhkan dalam kegiatan budidaya.

Kontruksi Kolam Pemijahan
Karena selama proses perkawinan harus ada pengantian air atau dengan kata lain pemasukan air baru maka konsetrasi kolam harus ada pintu pemasuk air yang berhubungan langsung dengan saluran permukaan air, dan pintu permukaan air yang juga harus berhubungan dengan saluran pembungan, air yang dipergunakan sedapat mungkin berasal dari saluran pemasukan air, ini dimaksudkan untuk mendapatkan air yang segar dalam arti beum tercemar oleh gas-gas yang tidak dikehendaki dan masih kaya akan oksigen.

Bentuk kolam sebaiknya empat persegi panjang dengan luas tidak kurang dari 200 m2. Dasar kolam sebaiknya tidak terlalu berlumpur karena akan menyebabkan telur tidak menetas jika tertutup lumpur, dasar kolam pemijahan dibuatkan kemalir atau saluran tengah yang berukuran lebar 40 cm dan dalam 20 cm, yang menghubungkan pintu pemasukan dan pengeluaran air. Saluran ini berguna pada saat penangkapan benih nantinya, karena benih dapat berkumpul disaluran ini sehingga mudah mengurusnya, jika kemalir ini tidak beres alamat akan banyak korban berjatuhan pada saat penangkapan benih, kemalir ini harus mengikuti kemiringan kolam yaitu bagian terendah terletak pada pintu pengeluaran air, dasar kemalir hurus sama dengan dasar pintu pengeluaran ini dimaksudkan bila kolam dikeringkan atau pada saat penangkapan benih, air berjalan dengan lancar dan kolam dapat dikeringkan seluhnya tanpa ada air yang tersisa, jika dasar pintu pemasukan terletak lebih tinggi dari dasar kemalir, maka pada waktu penangkapan benih dilakukan akan mengalami gangguan karena benih tidak dapat berkumpul dikemalir.

Persiapan Pemijahan Ikan Tawes
Dalam pesiapan pemijahan berbeda dengan ikan emas yang membutuhkan luas kolam hanya beberapa meter persegi ikan tawes ini membutuhkan kolam yang relatif luas untuk pemijahanya yaitu berkisaran 200-300 m2, harap maklum saja kolam pemijahan ikan tawes ini dipergunakan juga sebagai kolam penetasan dan pedederan atau, lebih tepatnya perawatan benih. Jika kalau diumpamakan kolam pemijahan ikan tawes seperti ini kolam pendederan ikan mas yang dipergunakan untuk mempertemukan induk jantan dan betina. Pengeringan dasar kolam dilakukan selama 2-3 hari namun harus dijaga agar dasar kolam ini akan menyebabkan sebagian telur tawes yang jatuh kedalamnya akan tertutup lumpur, setelah kering air mulai dimasukan pada pagi hari, jika air telah mencapai kedalaman 20 cm, induk sudah boleh dimasukan, namun pemasukan air masih terus dilakukan dan monnik diatur agar ketinggian air tetap 70 cm dibagian pengeluaran dan 40 cm di bagian pemasukan, pintu pemasukan air ini sedapat mungkin ditepatkan agak ketengah kolam mengingat ikan tawes ini punya kebiasaan unik mengejar arus, sehingga sering kali melncat keluar kolam.

Pemijahan Ikan Tawes
Pada jam 16.00 pemasukan air kedalam kolam diperbesar untuk memberikan rangsangan alami pada ikan tawes ini, biasanya pada saat itu induk sudah mulai berkejar-kejaran didalam kolam. Banyaknya induk tawes berdasarkan perbandingan berat, biasanya jumlah induk jantan lebih banyak karena ukuran masih relatif kecil pada saat matang kelaminya.

Jika tidak ada aral melintang dan penyimpangan yang prinsipal maka ikan tawes tersebut akan memulai misinya pada sekitar jam 19.00-22.00 yang biasanya ditandai dengan suara berdengungap seperti indian apache melakukan peryerbuan. Pemijahan ini biasanya terjadi ditepi yang dangkal didepan pintu pemasukan air , ini sangat menguntungkan karena telur yang hanyut keluar kolam dapat dicegah. Namun tidak jarang pemijahan ini terjadi justru didekat pengeluaran air, dan ini yang sangat tidak diharapkan karena sebagian telur akan hanyut terbawa air. Rupanya ikan rawes ini akan memijah di tempat yang dekat dengan bunyi air, untuk menghindarka pemijahan ini ditempat yang tidak diinginkan.

Ikan tawes yang telah selesai memijah tetap di biarkan di dalam kolam pemijahan bersama dengan telur-telurnya, telur ikan tawes ini akan menetas dalam tempo yang relatif singkat sekitar 13 jam, pada suhu antara 24-23oc . penetasan yang relatif singkat ini dimungkinkan karena telur ikan tawes berdinding sangat tipis. Makanan tambahan bagi induk diberikan dedak, daun singkong, kangkung, dan sebagainya. Anak-anak ikan yang sudah bersama –sama induknya tersebut juga diberikan makanan tambahan dedak halus. Dan setelah 25 hari barulah kolam boleh dikeringkan untuk dipanen benihnya. Sedangkan induk-induk ikan dikembalikan kekolam pemeliharaan induk untuk menunggu kematangan telur induk betina sehingga kembali dipijahkan.

Penetasan Telur
Setelah terjadi proses pemijahan pada indukan tawes, proses berikutnya adalah penetasan telur.
Hal-hal yang perlu dicermati pada tahapan penetasan telur yaitu :
§ Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam diperkecil agar telur-telur tidak terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam pemijahan juga
§ Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar kolam atau bagian lahan yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan sapu lidi di dasar kolam
§ Pada umumnya, telur ikan tawes menetas semua setelah 2-3 hari
§ Dari ikan hasil penetasan dipelihara di kolam tersebut selama kurang lebih 21 hari

Pemungutan Hasil Benih
Setelah telur ikan menetas semua dan benih berkembang, benih ikan siap berumur 21 har ini siap diangkat. Dalam pengangkatan benih ini perlu diperhatikan hal-hal berikut :
· Sebaikknya proses pemanenan dilakukan pada pagi hari
· Pemanenan dilakuakan dengan cara menyurutkan/mengeringkan kolam
· Setelah benih berada dikamalir/dicaren, benih ditangkap dengan menggunakan waring atau seser
· Selanjutnya benih ditampung di hapa yang telah ditempatkan di saluran air mengalir dengan aliran air tidak deras
· Benih lersebut selanjutnya dipelihara lagi di kolam pendederan atau dijual.

Pendederan
Bibit yang diperoleh selanjutnya dipelihara kembali atau dikenal dengan istilah pendederan.
Ø Mula-mula kolam dikeringkan selama 2-3 hari
Ø Dilakukan perbaikan pematang, pembuatan caren/saluran
Ø Kemudian, dasar kolam diolah dicangkul, kemudian dipupuk dengan Urea & SP 36 sejumlah 10gr/m2 dan pupuk kandang 1 – 1,5 kg/m2 tergantung kesuburannya.
Ø Setelah kolam dipupuk kemudian diairi setinggi 2-3 cm dan dibiarkan 2-3 hari kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman 50 cm
Ø Kemudian benih ditebar di kolam pendederan dengan padat tebar 10-20 ekor/m2
Ø Pemeliharaan dilakukan kurang lebih 3 minggu – 1 bulan.
Ø Selanjutnya dapat dipanen dan hasil benih dapat dijual atau ditebar lagi di kolam pendederan II.
Dalam pembibitan ikan tawes ini, penjualan bibit ikan dapat dilakuakan dalam beberapa kurun waktu tergantung dari permintaan

Pembesaran Ikan Tawes
Pembesaran ikan tawes biasanya dilakukan dengan menebarkan benih yang berukuran 8 cm dengan kepadatan 3-4 ekor/m2, atau bisa juga dilangsungkan dari pendederan ikan yang berukuran 5 cm . ketinggian air dikolam ini berkisaran antara 40-60 cm dengan aliran air yang stabil dan debit air yang tidak terlalu besar . pembesaran ikan tawes ini dimaksudkan untuk mendapatkan ikan yang berukuran komsumsi dan jika memungkinkan mendapatkan indu-induk tawes baru. Pembesaran biasanya berlangsung cukup panjang yaitu antara 4-6 bulan, makanan tambahan harus diberikan setiap hari misalnya daun singkong, kangkung , dan dedak. Pemberian daun-daunan cukup diberikan dibeberapa tempat, tanpa perlu menyebarkan diseluruh permukaan kolam, sedangkan pemberian makanan dedak dapat disebarkan merata keseluruh kolam. Pemberian makanan ini sebaiknya dilakukan disore dan pagi hari. Ikan-ikan tawes sangat kelihatan sekali rakusnya sedang diberikan makanan tambahan.

Setelah ikan berumur 6 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan atau dijadikan ikan lauk di meja makan, jika produksi ikan tawes meningkat maka jalan penyelamatanya selain sebagian di ambil sebagai induk baru, dapat juga diawetkan sebagai ikan asin yang sangat digemari oleh masyarakat, untuk pemasaran ikan tawes ini tidak begitu susah karena ikan ini sudah lama dikenal oleh masyarakat dan cukup banyak peminatnya.

DARTAR PUSTAKA
http. Kontruksi Kolam Budidaya Ikan Tawes. Com. Pdf. Di Ungah Pada Tanggal 5 Oktber 2011. Pekanbaru Tehnik Budidaya Ikan air Tawar Dipekarangan. Com.
SUSANTO, HERU. Budidaya ikan di pekarangan. Jakarta: penebar Swadaya, 2003.150 Hal.
WWW. Budidaya Ikan Air Tawar. Com. Pdf, Di Akses Pada tanggal 8 Oktober 2011. Pekanbaru
WWW. Usaha Budidaya Dipekarangan Rumah. Com. Di Akses Pada Tanggal 8 Oktober 2011. Pekanbaru
http://nardy-nardi.blogspot.com/2011/12/budidaya-ikan-tawes-diperkarangan.html

Monday, January 27, 2014

Mengenal Ikan Tawes (Barbonymus Goniono Bleeker)

Ikan tawes (Barbonymus goniono Bleeker, 1850) merupakan salah satu jenis ikan sungai yang biasa dikonsumsi di daerah Asia Tenggara. Ikan tawes mempunyai ukuran tubuh sedang dan mudah dibudidayakan di kolam-kolam.

Menurut catatan FAO, ikan ini pernah diintroduksi ke Filipina (1956) dan ke India (1972). Ikan ini masih berkerabat dengan ikan nilem. Pieter Bleeker telah mengidentifikasi hewan ini pada abad ke-19 dan memberi nama berbeda untuk yang ditemukan di Indonesia (Barbus gonionatus, dengan alternatif Puntius gonionatus, Barbonymus gonionatus, serta Barbodes gonionatus, 1850), dan di Jawa (Barbus javanicus, dengan alternatif Puntius javanicus, 1855). Garibaldi (1996) merevisi P. gonionatus sebagai Barbus gonionatus], namun Kottelat (1999) merevisi kembali dengan menggabungkan kedua spesies dengan dua spesies lain sebagai satu spesies, Barbonymus gonionatus. Nama terakhir ini adalah nama yang dianggap valid.

Nama-nama lainnya, di antaranya lawak, lalawak (melayu); turub hawu (Sunda.); dan tawes, badir (Jawa.). Ada juga yang menyebutnya lampam jawa. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dinamai Java Barb, Silver Barb, atau juga Tawes. Ikan ini juga masih berkerabat dengan ikan nilem.

Klasifikasi Ilmiah Ikan Tawes
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Barbonymus
Spesies : Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1850); Barbus gonionotus Bleeker, 1850; Barbus javanicus Bleeker, 1855; Barbus koilometopon Bleeker, 1857; Puntius jolamarki Smith, 1934; Puntius viehoeveri Fowler, 1943

Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala kecil, moncung meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½ buah diantara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuknya sempurna berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna keperakan agak gelap di bagian punggung. Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang sangat kecil. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, sirip dada berwarna kuning dan sirip dubur berwarna oranye terang.

Di alam, tawes ditemukan hidup di jaringan sungai dan anak-anak sungai, dataran banjir, hingga ke waduk-waduk. Agaknya ikan ini menyukai air yang diam menggenang. Tercatat pula migrasi ikan ini meski tidak terlampau jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, saluran, dan dataran banjir, khususnya di awal musim hujan. Penyebaran alaminya tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa.

Tawes bersifat herbivora, utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Tawes mau juga memangsa aneka invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 °C.

Sifatnya sebagai herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air. Penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, mendapatkan bahwa ikan tawes dan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus telah memakan aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpeluang untuk digunakan sebagai pembersih air danau.

Meski sebenarnya ikan tawes adalah ikan yang termasuk herbivore atau pemakan tumbuhan, namun ikan tawes yang sudah dikembang biakkan di kolam dapat diberi makan pelet atau makanan alami berupa daunt talas. Perkembangan ikan di kolam akan jauh lebih cepat karena pola makan yang cukup dan teratur dan tujuannya adalah sebagai ikan konsumsi menyebabkan ikan tawes jarang di gunakan sebagai ikan pancingan di kolam–kolam pancing.

Ikan ini termasuk satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand. Sebagaimana ikan nila, tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan mahal, menjadikannya ikan kolam yang populer di Bangladesh. Taksiran produksi ikan tawes dari pemeliharaan di wilayah Asia Tenggara dan Bangladesh adalah lebih dari 50.000 ton di tahun 1994.

Sumber :
http://www.bibitikan.net/mengenal-ikan-tawes-barbonymus-goniono-bleeker/

Sunday, January 26, 2014

Mengenal Morfologi, Tingkah Laku dan Habitat Penyebaran Ikan Betok

Ikan betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti betok atau betik (Jawa), puyu (Melayu) atau pepuyu (Banjar), bale ceppe’ (Bugis). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus.

Ikan betok (Anabas testudineus) memiliki beragam keistimewaan diantaranya dilengkapi dengan organ labirin untuk membantu dalam proses pengambilan udara pada saat perairan mulai dangkal dan kekeringan. Ikan betok dikenal sebagai predator dalam perairan tawar yang mampu bergerak bebas dan aktif dalam mencari makanannya. Sama halnya dengan ikan lain, kebiasan makan dan cara memakan ikan betok secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup.

Morfologi Ikan Betok
Ikan betok umumnya berukuran besar, panjang hingga sekitar 25 cm, berkepala besar dan bersisik keras kaku, bentuk badan agak lonjong. Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan.

Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.

Ikan betok memiliki tipe warna abu-abu sampai kehijauan, dengan satu titik hitam pada bagian dasar ekor dan titik lainnya lagi hanya pada bagian belakang lempeng insang. Bagian ujung sisik dan sirip berwarna cerah.

Pada bagian operkulum dan preoperkulum keduanya bergerigi. Pada bagian pertama/depan dorsal dan anal kedua-duanya pnjang. Model tubuh cekung ke dalam, mulut berukuran lebih lebar dengan gigi berbentuk villiform. Memiliki elaborasi organ labirin pada bagian cekungan atas bagian pertama sampai bagian ketiga tulang lapis insang.

Menurut (Saanin, 1954) betok hanya memiliki satu sirip punggung atau dua sirip punggung yang bersambungan dengan sirip perut yang tidak bersatu. Ikan ini dapat mengambil udara di luar air (mempunyai alat labirin). Sirip punggung dan sirip dubur berjari-jari. Sirip perut dengan 6 jari-jari, sirip punggung dan sirip dubur dengan satu atau lebih dari satu jari-jari keras, sirip perut dengan 5 jari-jari atau kurang dari 5 jari-jari lemah dan 1 jari-jari keras. Rongga di atas rongga insang beralat berbentuk labirin, berbentuk gepeng, agak panjang, lubang insang sempit karena bagian gabungan daun insang lebar.

Ikan betok dalam keadaan normal menggunakan insang sebagai alat untuk bernafas, namun dalam kondisi ekstrim ia menggunakan labirin yang dimilikinya untuk mengambil oksigen langsung di udara. Dengan cara ini pula ia bertahan hidup dalam kondisi air yang minim dan sesekali berpindah dengan menggunakan siripnya sebagai alat untuk bergerak.

Kemampuan ikan betok untuk seperti berjalan didukung oleh gerakan ekornya, sirip dada dan tutup insang yang keras. Namun daya kekuatannya didaratan memang hanya beberapa jam saja, jika terlalu lama maka ia akan mati. Ikan betok bersifat predator dan sebagai hama di kolam budidaya.

Tingkah Laku dan Habitat Penyebaran Ikan Betok
Betok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengansaluran air terbuka.

Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Ikan betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar. Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang.

Akan tetapi, seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan betok memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair.

Ikan betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam “kaki depan”. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.

Ikan betok merupakan ikan danau atau rawa (blackfishes), namun keika musim kemarau dan ketinggian air berkurang, ikan ini akan berusaha menuju sungai besar melalui sungai-sungai kecil yang merupakan penghubung menuju sungai induk. Ketika musim hujan ikan ini sering terlihat di wilayah daratan yang hanya dipenuhi beberapa sentimeter air saja, namun ketika musim kemarau ikan ini biasanya berada di perairan yang berlumpur (Inger dan Kong, 1962).

Di Indonesia, ikan ini dapat ditemukan di Sulawesi, Daratan Sunda, Sumatra, Kalimantan, dan termasuk ikan introduksi untuk Irian Jaya. Penyebaran ikan betok di dunia cukup luas mulai dari India, Tiongkok, Srilangka, Cina bagian Selatan, Philipina, Asia Tenggara lainnya, dan juga sepanjang garis Wallacea. Ikan ini merupakan ikan asli di wilayah Asia Tenggara, Sri Langka, Filipina, Cina.Ikan ini menyebar di kepulauan Indo-Australia (Berra, 2001).

Sumber :
http://akumasihwaras.blogspot.com/2013/01/pengaruh-jenis-makanan-terhadap.html

Saturday, January 25, 2014

Proses Pembenihan Ikan Betok

Ikan Betok merupakan ikan tawar yang hidupnya liar di sungai, kali, waduk ataupun danau alam. Ikan betok sangat jarang dipelihara sebagai ikan hias atau ikan peliharaan. Ikan betok ini salah satu ikan yang termasuk kedalam ikan pemangsa atau ikan karnivora. Ikan betok mempunyai nama dan sebutan lain yaitu ikan puyu dari bahasa melayu, ikan betik dari bahasa jawa dan ikan pepuyu dari bahasa banjar, sedangkan dalam bahasa Inggris ikan ini mempunyai nama Climbing Gouramy dikarenakan ikan betok yang sanggup untuk memanjat ke daratan dan bahasa latin dari ikan ini adalah Anabas Testudineus. Ikan betok ini adalah ikan lokal air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama di daerah Kalimatan, namun masih belum banyak orang yang membudidayakannya. Di Kalimantan ikan ini sangat digemari dan mempunyai harga jual yang tinggi. Ikan ini disukai karena dari rasa dagingnya yang terbilang enak dan juga gurih, karenanya ikan jenis ini sangatlah potensial untuk dibudidayakan.

Cara Ternak dan Budidaya Ikan Betok

Lalu bagaimana cara ternak atau cara budidaya ikan betok ini? Pertama yaitu dengan memijahkan ikan betok dengan cara seleksi, pada proses dari penseleksian ini biasanya induk ikan yang akan dipilih haruslah benar-benar siap untuk dilakukan pemijahan atau dengan kata lain telah matang gonad dan ikan jantan serta betinanya sebelum pemijahan diharuskan terlebih dahulu diletakkan di tempat yang terpisah satu sama lain, Ikan jantan biasanya memiliki tubuh yang lebih ramping dan memanjang daripada betina yang lebih gemuk dan melebar kesamping. Ikan jantan memilki warna tubuh yang cerah dan juga sirip punggungnya yang lebih panjang, sedangkan pada betina warna badannya terlihat lebih gelap dan sirip punggungnya lebih pendek.

Teknik Budidaya Yang Baik

Persyaratan untuk menyeleksi indukan adalah induk betina yang ideal adalah diatas dari 90 gram dan pada indukan jantan diatas 30 gram, ikan juga harus terlihat segar dan gerakannya lincah, induk betina mampu dalam menghasilkan telur dengan jumlah yang cukup banyak dan umur induk harus lebih dari 10 bulan. Teknik budidaya ikan betok pertama adalah mempersiapkan bak pembenihan, bak haruslah diisi dengan air sebanyak 2/3 dari kapasitas volume bak dan didiamkan selama 2-3 hari sebelum ikan betok dimasukkan kedalam kolam.

Sebaiknya pada kolam diberikan desinfektan dengan cara melarutkan garam dapur dan diberikan aerasi yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi dari kandungan oksigen di dalam air. Di dalam bak pembenihantersebut juga harus diberikan tanaman air seperti tanaman kiambang (silvia neatus) yang berguna untuk pelindung dari telur ataupun larva ikan betok nantinya. Selanjutnya adalah bak tersebut ditutup dengan plastic atau terpal yang bertujuan agar suhu didalam air dapat dipertahankan dan ikan puyu tidak bisa melompat keluar.

Pemeliharaan Larva

Kemudian, lakukanlah penyuntikan hormone ovaprim dengan dosis 0,4ml/ Kg indukan jantan ataupun betina. Selanjutnya saat penetasan dari telur ikan betok ini sebaiknya dipijahkan oleh indukan ikan di bak pemijahan yang sudah disiapkan sebelumnya dan diberikan aerasi yang berguna untuk menambah kadar oksigen yang terlarut dalam air. Telur ikan betok nantinya akan menetas selang waktu 10-12 jam.

Untuk masalah pemeliharaan larva yang perlu diperhatikan adalah saat larva yang baru tidaklah harus diberikan makanan tambahan dikarenakan masih memiliki cadangan makanan yang berasal dari kantong berwarna kuning di badan larva tersebut. Lalu setelah berumur sekitar 4 hari berulah diberikan pakan berupa suspene kuning telur selama sepuluh hari, barulah setelahnya baru bisa memberikan pakan pellet yang sudah dihaluskan. Setelah larva berumur 15 hari barulah larva bisa dipanen untuk didederkan.

Sumber :
http://agraris.adakata.com/pembenihan-ikan-betok/

Friday, January 24, 2014

Ikan Betok dan Potensi Budidayanya

Betok merupakan ikan asli perairan air tawar Indonesia. Ikan ini termasuk unik secara karakteristiknya yang berbeda dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan Betok memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen di udara. Hal ini dimungkinkan karena ikan ini memiliki organ tubuh bernama labirin yang memungkinkan hal tersebut. Selain itu, ikan betok memiliki kemampuan bertahan hidup manakala terjadi kekeringan dan ikan ini juga dapat bertahan hidup di daratan yakni dapat bertahan di daratan tanpa air lebih dari 12 jam. Oleh karenanya betok mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut dan pH yang rendah (asam). Betok juga memiliki kemampuan merayap di daratan dengan menggunakan tutup insangnya yang dapat dimegarkan dan dapat berlaku semacam kaki yang dapat berjalan.

Secara morfologi ikan betok memiliki ukuran tubuh kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.

Berdasarkan analisis kebiasaan makanan diketahui bahwa ikan betok mengkonsumsi delapan kelompok makanan yaitu insekta, ikan, crustasea, serasah, Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan organisme yang tidak teridentifikasi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan betok merupakan ikan omnivora dengan makanan utamanya adalah insekta. Hasil analisis luas relung dan tumpan tindih relung makanan menunjukkan bahwa ikan betok jantan lebih generalis dibandingkan dengan ikan betina sehingga persaingan terhadap makanan lebih potensial terjadi pada ikan betok betina.

Ikan betok banyak ditemui di perairan Indonesia. Biasanya ikan ini di alam dapat dijumpai di perairan berawa, sawah irigasi, sungai dan parit-parit. Ikan ini menyebar luas di perairan tawar Indonesia terutama di daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Ikan betok sendiri terdiri dari dua jenis yaitu jenis betok hijau dan betok kuning.

Ikan betok yang menyebar luas ini menyebabkan banyaknya nama lain berdasarkan daerahnya. Di Kalimantan terutama di daerah Banjar, dan pesisir Kalimantan Tengah menyebut ikan ini dengan nama ikan papuyu. Terdapat pula sebagian masyarakat yang menyebutnya dengan nama wadi papuyu. Sementara orang jawa mengenalnya dengan nama bethok atau bethik. Dalam bahasa inggrid ikan ini dikenal dengan nama climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya yang dapat memanjat ke daratan.

Ikan betok sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Harga pasaran ikan betook berada dikisaran yang cukup mahal yakni 20.000 – 40.000 per kilogramnya. Pemenuhan permintaan pasar akan ikan betook masih banyak mengandalkan dari alam. Melihat potensi pasarnya yang masih terbuka dan tidak mungkin terus mengandalkan hasil alam untuk pemenuhan pasar, tentu pembudidayaan adalah salah satu solusinya.

Proses pembudidayaan ikan betok tidaklah sulit karena ikan betok sebenarnya termasuk ikan pemakan segalanya atau omnivore dan kemampuannya yang dapat bertahan lama tanpa oksigen tidak seperti ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila dan lain-lain.

Budidaya ikan betok sendiri telah berhasil dikembangkan oleh Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Pengembangan budidaya ikan betook telah dimulai sejak tahun 1997 yang meliputi pembenihan, pendederan dan pembesaran di Kolam. Ikan betok yang sangat baik untuk dibudidayakan adalah jenis betook hijau. Perkembangan berat tubuhnya dapat mencapai 200 gram.

Berikut ini adalah salah satu metode proses pembudidayaan ikan betok mulai dari pembenihan sampai dengan pembesaran menggunakan wadah kolam, yaitu sebagai berikut :

Pembenihan
Induk hasil domestikasi dipelihara terpisah jantan dan betina dalam kolam permanen 1 x 1,5 x 1 m dengan ketinggian air 0,5 m dan kepadatan ikan 100 – 150 ekor per bak. Ukuran induk betina biasanya lebih besar dari induk jantan, sekitar 100 – 200 gram/ekor, sementara induk jantan 50 – 70 gram/ekor. Setiap hari induk diberi pakan pelet 3 – 5 % dari berat total populasi ikan dengan frekuensi pemberian 1 kali pada pagi hari. Setiap bulan sekali dilakukan pergantian air sebanyak 100 % dan pengamatan kematangan induk yang siap dipijahkan. Selama musim penghujan (Oktober – April) induk ikan papuyu betina mencapai kematangan gonad atau dapat dipijahkan kembali 2 bulan setelah induk tersebut dipijahkan.

Tahapan berikutnya adalah seleksi induk dan pemijahan (kawin). Pemijahan memanfaatkan hormon ovaprim untuk merangsang induk ikan agar cepat memijah. Dosis ovaprim 0,5 ml/kg berat induk, yang disuntikkan di bagian punggung induk jantan dan betina pada sore hari. Usai penyuntikan, induk jantan dan betina dicampur dalam satu akuarium dengan perbandingan 4 : 1.

Induk tersebut akan memijah dengan sendirinya pada tengah malam. Setelah memijah sekitar 3 – 4 jam, induk dipindahkan ke kolam induk dan telur ikan ditetaskan dalam akuarium. Induk dengan berat 100 gram mampu menghasilkan telur 36 ribu butir. Derajat pembuahan (fertilisasi) telur mencapai 90%. Telur papuyu akan menetas dalam waktu 20 – 24 jam pada suhu 26 – 28 derajat Celcius dengan derajat penetasan (hatching rate) mencapai 90%.

Larva papuyu yang baru menetas dipelihara di akuarium selama 3 hari tanpa diberi pakan tambahan. Setelah 3 hari, larva dipindahkan ke kolam pendederan yang telah disiapkan sebelumnya.

Pendederan dan Pembesaran
Persiapan kolam pendederan meliputi pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan dan pengisian air kolam. Kolam pendederan berupa kolam tanah atau jika terbuat dari semen maka bagian dasarnya dilapisi tanah setebal 5 – 10 cm. Pengapuran kolam dengan dosis 250 gram/m2 dan dosis pemupukan sebanyak 500 gram/m2. Tujuannya untuk menumbuhkan pakan alami (plankton).

Kolam kemudian diisi air setinggi 40 – 50 cm dan dibiarkan selama 4 – 5 hari untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah itu baru dilakukan penebaran larva pada pagi hari dengan padat tebar larva 100 – 500 ekor/m2. Selama pendederan, larva diberi pakan tambahan berupa pelet yang dihaluskan sebanyak 10 % dari berat total populasi ikan diberikan 2 kali, pagi dan sore hari. Pendederan selama 30 hari akan menghasilkan benih berukuran 1 – 3 cm dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) 30 – 50 %.

Perkembangan budidaya ikan betook saat ini tidak hanya berada di daerah Kalimantan. Berdasarkan laporan buku Statistik Perikanan Budidaya yang dikeluarkan oleh Ditjen Perikanan Budidaya, budidaya ikan ini terdapat pula di pulau Sumatera utama di Provinsi Jambi dan juga terdapat di pulau Sulawesi terutama di provinsi Sulawesi Selatan.

Total Produksi ikan betook secara nasional pada tahun 2010 mencapai 150 ton dengan sebaran produksi terbesar terdapat di pulau Kalimantan terutama Kalimantan Tengah. Budidaya ikan betook di Kalimantan tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Selatan. Pada tahun 2010 produksi ikan betook Kalimantan Menyumbangkan produksi nasional sekitar 60 persen dengan perincian yakni Kalimantan Barat sebesar 17 ton, Kalimantan Tengah sebesar 58 ton dan Kalimantan Selatan sebesar 11 ton. Provinsi di luar Kalimantan menyumbangkan total produksi ikan betook sebesar 40 persen dengan perincian yaitu Jambi sebesar 12 ton dan Sulawesi Selatan sebesar 48 ton.

Potensi pembudidayaan ikan betook sangat menjanjikan. Proses budidaya ikan betook tidak terlalu lama bahkan di Negara tetangga Malaysia ikan betook dapat dipelihara sampai ukuran konsumsi selama hanya 4 bulan. Selain itu proses budidaya ikan betook ini juga tidak susah atau rumit karena ikan ini dapat hidup dalam keadaan kondisi kandungan oksigen dan pH yang rendah. Harga di pasaran yang sangat tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya sangat tinggi sehingga margin keuntungannya sangat besar apalagi ikan betook termasuk ikan jenis omnivore yang memakan segalanya sehingga pengeluaran akan pakan dapat lebih diminimalkan.

Agar perkembangan ikan betook ini dapat seperti ikan air tawar lainnya, tentu perlu ditingkatkan pasar ikan betook ini agar tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat local di Kalimantan saja sehingga dengan begitu konsumsi ikan khususnya betook akan meningkat dan permintaan akan ikan ini juga meningkat. Selain itu juga perlu dikembangkan di daerah lain budidaya ikan betook yang sangat menjanjikan ini sehingga ikan betook lebih dikenal luas oleh masyarakat.

Sumber :
http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=611

Thursday, January 23, 2014

Peluang Usaha Budidaya Tanaman Rosela

Semakin populernya rosella sebagai alternatif pengobatan herbal yang terjangkau berimbas pada meningkatnya keubutuhan pasar terhadap tanaman berwarna cerah ini. Rosella memang kian digemari mengingat khasiatnya yang beragam untuk kesehatan. Produk herbal rosella terbilang laris, hal ini berbanding lurus dengan permintaan pasar. Jika Anda sedang mencari peluang bisnis, mungkin budidaya tanaman rosella bisa Anda geluti.

Langkah Membudidayakan Rosella

Rosella atau dalam istilah Latin dikenal dengan nama Hibiscus Sabdariffa L, tergolong tanaman yang mudah untuk tumbuh. Perawatannya juga tidak rumit dibandingkan tanaman lainnya. Jika Anda berniat membudidayakan rosella pada lahan tanah yang luas, maka pastikan tempat tersebut memiliki sistem pengairan serta akses sinar matahari yang baik.

Langkah pertama budidaya tanaman rosella dimulai dengan pemilihan bibit yang unggul. Untuk mengetahui kualitas bibit, sebelum disemai pada lahan, rendamlah bibit dalam wadah berisi air dengan jangka waktu 24 jam. Setelah itu, pilihlah bibit yang tenggelam di dasar wadah dan memiliki bentuk bulatan yang sempurna. Selanjutnya, Anda tinggal menyemai bibit di lahan yang telah Anda sediakan.

Setelah penanaman bibit selesai, selanjutnya Anda cukup merawat selayaknya tanaman lainnya. Pemupukan rosella dimulai sebelum bibitnya disemai. Lahan yang belum ditanami rosella harus dalam keadaan subur dan gembur. Untuk mendapatkan jenis tanah ini, Anda bisa menggunakan pupuk kandang. Pemupukan selanjutnya adalah pada saat tanaman rosella berumur 3 minggu serta pada usia 7 sampai 8 minggu. Pupuk yang biasanya digunakan adalah urea.

Varian Tanaman Rosella

Sebelum Anda memutuskan menanam rosella, perlu juga diketahui bahwa perawatan serta perlakuan terhadap tanaman rosella tidaklah sama. Misalnya varian rosella dengan bunga berwarna merah cenderung menyukai lahan yang ditumbuhi rerumputan. Pertumbuhannya optimal jika dibarengi tanaman lainnya. Lain halnya dengan jenis bunga rosella ungu. Varian ini tak bisa tumbuh dan berkembang optimal jika ada tanaman lain seperti rumput yang tumbuh di dekat batangnya.

Kalkulasi Keuntungan

Budidaya tanaman rosella oleh berbagai pihak dianggap jauh lebih menguntungkan dibandingkan tanaman sayur. Tanaman rosella sudah bisa dipanen antara 3 sampai 4 bulan dari masa semainya. Untuk setiap satu hektar lahan, dalam kondisi normal, bisa menghasilkan 2 hingga 3 ton bunga rosella yang masih dalam keadaan segar (berat sebelum pengeringan). Untuk harga sendiri, berkisar antara Rp.50.000 sampai Rp.100.000 per kilogram rosella dalam keadaan kering. Harga di pasaran ini ikut dipengaruhi mutu dari hasil panen.

Secara umum, budidaya tanaman rosella cukup menguntungkan. Terlebih pemeliharannya tidak membutuhkan keahliaan yang khusus. Peluang bisnis ini telah banyak dimanfaatkan oleh petani. Namun mengingat kebutuhan rosella yang terus meningkat di pasaran, agaknya peluang Anda untuk ikut terjun dalam bisnis rosella masih terbuka lebar.

Sumber :
http://tipspetani.blogspot.com/2013/03/peluang-usaha-budidaya-tanaman-rosella.html

Wednesday, January 22, 2014

Usaha Ternak Tikus Putih

Ada banyak usaha ternak kecil yang hasilnya cukup menjanjikan. Salah satunya adalah bisnis ternak mencit atau tikus. Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah sejak tahun 2007 saudaraku sudah memulainya. Awalnya hanya untuk iseng saja. Dia memelihara hanya untuk 'kelangenan' (kelangenan kok tikus...???).

Memelihara tikus ternyata sangat mudah. Makanannya apa saja dan mudah perawatannya. Setelah beberapa lama dipelihara, tikusnya mulai beranak pinak. Awalnya cuma lahir beberapa ekor 'cindil' (anak tikus). Lama kelamaan satu induk bisa melahirkan sampai 10 ekor cindil.
Lama kelamaan jumlah tikus putihnya semakin banyak. Tikus yang banyak ini mau di kemanakan...??? Kemudian dicoba untuk menawarkan pada beberapa toko yang menjual binatang-binatang hias. Ternyata laku. Satu tikus dihargai antara Rp. 3000 - 5000. Memang tidak mahal karena oleh pedagannya mau dijual lagi untuk pakan reptil. Harga tikus putih/mencit untuk pakan di pet shop bisa mencapai Rp. 8-10 rb/ekor.
Memelihara tikus sangat mudah sekali. Tikus putih hanya perlu ditempatkan di bak-bak plastik sederhana. Bak-bak ini bisa ditempatkan di rak-rak sederhana. Makanannya pun dari sisa-sisa dapur. Tidak perlu tambahan makanan macam-macam dan tidak perlu membeli.
Tikus beranak pinak dengan cepat. Tikus muda sekali melahirkan bisa 4 ekor cindil. Yang dewasa bisa sampai 10 ekor cindil sekali melahirkan. Kalau punya beberapa induk bisa dihasilkan ratusan cindil setiap bulannya. Sebagai contoh dalam sebulan bisa menjual 500 ekor saja, bearti omzetnya sudah rp. 2.5jt. Kalau mau lebih tinggal dikalikan saja.
Ternyata tikus putih alias mencit ini tidak hanya untuk pakan reptil saja. Tikus yang untuk pakan reptil adalah tikus putih biasa atau tikus afkiran. Tikus putih juga biasa digunakan untuk penelitian. Banyak mahasiswa STIKES atau mahasiswa Kedokteran dan Farmasi yang memanfaatkan tikus putih sebagai objek penelitian.
Harga tikus putih untuk penelitian tentu saja jauh lebih tinggi daripada tikus untuk pakan. Karena tikus-tikus untuk penelitian biasanya memerlukan persyaratan khusus. Misalnya: keseragaman galur, umur, dan bobot tubuh. Cara pemeliharaannya pun juga sedikit berbeda, lebih diperhatikan masalah kebersihan dan pakannya.

Permintaan tikus putih untuk penelitian ada spesifikasinya. Jenis tikus yang biasa untuk penelitian selain mencit (Mus musculus) adalah tikus putih besar (Rat) dari spesies Rattus norvegicus. Tetapi sekali lagi bukan sembarang Rattus norvegicus yang diminta untuk penelitian. Galur/strain Rattus norvegicus yang biasa diminta untuk penelitian dari galur Wistar dan Sprague Dawley (SD). Umunnya penelitian mahasiswa di Indonesia menggunakan galur Wistar.
Rattus norvegicus galur Wistar dikembangkan oleh Wistar Institute. Tikus putih ini adalah tikus Rattus norvegicus Albino (putih) yang matanya merah. Jadi sudah berbeda dengan 'tetuanya' yang liar. Warna asli Rattus norvegicus adalah coklat, atau sering juga disebut dengan tikus coklat (Brown Rat).

Harga tikus putih besar (Rat) untuk penelitian cukup tinggi. Harga Rat yang tidak memiliki surat keterangan galur/sertifikat bisa mencapai Rp. 30.000-40.000/ekor. Apabila disertai dengan surat keterangan galur, harganya bisa lebih tinggi lagi. Surat keterangan ini juga menjadi jaminan kualitas tikus untuk penelitian.

Bisnis tikut putih memang sangat mengiurkan, apalagi saat ini pasar masih terbuka sangat lebar. Pintar-pintar cari pasar, bisa dapat duit dari si Tikus Putih ini.

Tikus/mencit emas yang sangat unik dan langka. Warna bulunya kuning keemasan dan yang lebih istimewa lagi adalah warna matanya yang merah menyaladan warna bulunya yang mengkilat . Tikus ini adalah lambang kejayaan, kekayaan, dan keberuntungan.
Sumber :
http://forum.detik.com/usaha-ternak-tikus-putih-t189185.html

Tuesday, January 21, 2014

3 Jenis Ikan Discus Termahal

Apakah anda tahu jenis ikan discus termahal? Sebelum saya menjawab hal tersebut, saya akan mencoba menginformasikan kenapa ikan jenis ikan ini bisa sangat mahal. Ikan discus adalah ikan yang sangat terkenal di kalangan masyarakat dari tahun 1990an.

Ikan discus dijuluki sebagai rajanya ikan hias air tawar karena ikan ini sangat menarik untuk dilihat dari bentuk tubuh dan warnanya. Sifat dari induknya yang unik, perkembangbiakannya yang sulit diduga, pasar ekspor dan lokal yang luas, dan harga benih dan induk yang relatif mahal.

Ikan discus berasal dari hutan amzon yang kaya akan segala jenis spesies hewan dan tumbuhan. Ikan discus adalah salah satu jenis hewan yang memiliki banyak variasi. Sehingga peminat yang ingin memelihara ikan ini sangatlah banyak.

Bentuk tubuhnya yang unik tidak seperti kebanyakan ikan pada umumnya. Ikan discus terlihat begitu menawan apalagi dengan warna yang menghiasi tubuhnya. Terlihat begitu sempurna untuk di pelihara dalam aquarium, yang dapat menarik perhatian banyak orang.

Kita tahu bahwa jenis ikan koi dan ikan arwana dalam pasaran harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah, angka yang cukup tinggi dan mahal untuk sebuah ikan. Namun ikan discus tidak kalah mahalnya dengan ikan koi dan arwana, beberapa jenis menurut klasifikasinya dapat mencapai harga puluhan juta rupiah.

Berikut ini adalah beberapa Jenis Ikan discus termahal :
1. Albino Bulldog Chekerboard
2. Albino Bulldog Blue Diamond
3. Bulldog Leopard Snake

Albino Bulldog Chekerboard dan albino bulldog blue diamond adalah salah satu jenis klasifikasi ikan discus yang harganya dibanderol kisaran 12 juta rupiah untuk ukuran ikan sepanjang 2,5 inchi.

Sedangkan bulldog Leopard Snake adalah jenis klasifikasi ikan discus yang harganya mencapai kisaran 10 juta rupiah. Ikan-ikan tersebut diatas adalah hasil pengembangbiakan dari negara Malaysia.

Itulah beberapa jenis ikan discus termahal. Jika ukuran ikan yang masih kecil itu saja sudah mencapai kisaran harga semahal itu. Bagaimana jadinya bila ikan-ikan tersebut sudah mencapai ukuran yang besar ? Pasti harganya sangat luar biasa.

Harga yang sangat mahal untuk satu seekor ikan discus, jika dilihat dari segi perspektif kolektor sebenarnya adalah hal yang sangat wajar. Sebab untuk mendapatkan jenis spesies baru itu membutuhkan tenaga, pikiran dan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan hasil yang sempurna dan diinginkan.

Ikan discus membutuhkan waktu 1 tahun untuk bisa siap disilangkan. Sebagai contoh kita sebut saja peranakan pertama ini adalah ikan A. Jika kita ingin menyilangkan ikan A agar menjadi peranakan yang baru, maka kita harus menunggu satu tahun lagi.

Jika kita ingin membuat peranakan yang baru lagi, berarti kita harus menunggu 1 tahun lagi. Begitu pun seterusnya. Hal ini menunjukan, ikan discus bisa dikembangkan lagi untuk menghasilkan jenis ikan discus yang baru.

Usaha untuk melestarikan ikan discus mendapat respon positif dari pemerintah setempat. Ikan ini juga dikembangkan di beberapa Negara di dunia seperti Malaysia, singapura, kanada, fhilipina dan Australia melalui program pemerintah di masing-masing Negara.

Jika anda penggemar ikan atau kolektor ikan. Jenis ikan discus termahal apa yang ingin anda miliki sebagai koleksi?

Sumber :
http://www.proviantaudio.com/2014/01/jenis-ikan-discus-termahal.html

Monday, January 20, 2014

Penyakit Pada Ikan Discus

Ikan Discus merupakan salah satu ikan yang paling banyak digemari oleh penyuka ikan hias. Namun apakah anda tau penyakit ikan diskus ? Menurut pengalaman para hobiis dan para peternak umumnya penyakit ikan discus yaitu dikarenakan parasit / microorganisme layaknya di bawah ini :

1. Penyakit insang

Banyak peternak yang alami kegagalan dikarenakan serangan penyakit insang ini, discus yang diserang tidka tunjukkan tingkah laku yang mencurigakan, penyakit bisa diketahui bila kita jeli mengamati kegiatan pernafasan ikan, layaknya gerakan menutup insang serta mulut ikan. Ikan yang sehat dapat buka tutup insan serta mulutnya dengan ritme yang sama serta enjoy. Namun yangn terkena tanda-tanda penyakit ini, dapat tampak bernafas terengah-engah.

Penyembuhan yang biasa ampuh yaitu melarutkan formalin dengan dosis 4ml/100 lt serta dibairkan 24 jam. Tiap-tiap hari diganti air baru serta larutkan formalin diulang hingga 3 hari. Disamping itu juga larutkan garam dapur ( nnacl ) dengan dosis 500 g/100lt, air diberi aerasi yang kuat agar cepat larut. Serta paling akhir bila tetap membandel imbuhkan larutan pk, hanya mesti hati2 dikarenakan bila salah penyembuhan ikan bisa mati. Dosis 1g/175 lt ditambah aerasi kuat sepanjang 2 jam-an.

2. Penyakit NDD ( New Discus Disease )

Penyakit ini sangat ditakuti peternak discus dikarenakan amat gampang menular. Jika setetes air terkontaminasi maka penyakit ini segera menular. Karenanya tiap-tiap akuarium mesti memiliki perlaatan sendiri. Pemicunya yaitu ph air yang terlampau tinggi, banyak memiliki kandungan logam berat atau air kurang diinapkan.

Suhu air di bawah angka 28 celcius juga mengakibatkan daya tahan discus alami penurunan mencolok, disamping itu pakan alam juga dapat jadi pembawa microorganisma penyakit tersebut. Tanda-tanda penyakit ini terlihat dari tingkah discus yang layaknya stress, warna lantas gelap atau hitam, seluruh sirip serta ekor menguncup.

Dapat nampak selaput putih yang semakin menebal serta melebar keseluruh tubuh. Serta parahnya discus dapat kerap merebah didasar, disudut atau apalagi dipermukaan aquarium. Apabila tidak segera diobati discus tubuhnya aka membengkak serta berakhir dengan kematian.

Penyembuhan penyakit ini dengan melarutkan gabungan chlorampenicol (antibiotik) degan dosis 2 gram ditambah acriflavine (antiprotoza) dengan dosis 0, 3 gram serta garam dapur dengan dosis 5 sendok makan. seluruh obat dilarutkan dengan aerasi yang kuat serta didalam suhu 32 celcius. Jika ikan telah didalam stadium kronis baiknya air dikuiras keseluruhan tiap-tiap 3 hari sekali, sembari diberi obat gabungan layaknya tersebut di atas.

3. Mata berkabut ( cloudy eye )

Dikarenakan jamur yang menyerang mata. mata ikan dapat terlihat memutih layaknya tertutup selaput. lama kelamaan selaput itu semakin menebal serta mencukupi semua permukaan retina mata ikan. Jika dilewatkan pupil mata ikan dapat mngecil serta discus dapat alami kebutaan.

Penyembuhan : larutkan gabungan chlorampenicol dengan dosis 1.5 gram /100 lt air dengan acriflavine dosis 0, 3 gram/100 lt sepanjang 5 - 7 hari.

4. Berak putih

Gejalanya ikan tunjukkan turunnya nafsu makan. setelah itu usus discus akna terinfeksi oleh bakteri flagelata spironucleus. Efek parahnya pencernaan discus terganggu hingga tubuhnya jadi kurus, serta apabila dilewatkan perutnya dapat membuncit, kotorannya dapat berwarna putih layaknya pita memanjang serta jadi terputus putus.

Penyembuhan penyakit ini mengonsumsi waktu lama, jikalau pulih ikan discus dapat jadi mandul. Penyembuhan larutkan metronidazole dosis 2 gram/100 lt,. dengan suhu air stabil 32 celcius.

Sumber :
http://www.zonaikan.com/2013/07/penyakit-pada-ikan-discus.html

Sunday, January 19, 2014

10 Tips Memilih Ikan Discus

Ikan discus sebagai rajanya ikan air tawar menarik banyak akuaris maupun orang awam untuk memeliharanya. Selain bentuk, warna, dan coraknya yang menarik, harganya yang mahalpun menjadi salah satu daya tarik untuk memeliharanya. Namun memelihara terutama untuk memilih calon bibit yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Untuk mendapatkan discus yang baik tentulah harus mendapatkan bibit yang baik. Oleh karena itu seorang hobies terutama pemula harus jeli dalam memilih ikan. Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh pemula adalah kurangnya pengetahuan mengenai kualitas discus yang baik. Banyaknya jenis discus, terutama nama-nama yang berlainan untuk satu jenis discus ikut membuat pemula ini semakin bingung.

Berikut tips untuk memilih discus yang baik, diantaranya;

1. Warna kulit yang cerah, tidak berselaput ataupun mengeluarkan lendir yang berlebihan. Warna kulit yang mengkilap/hitam menandakan kondisi discus yang tidak sehat. Garis hitam vertical/stress bar yang sangat menyolok/tegas menandakan discus dalam kondisi stress yang berat. Jumlah garis ini berbeda-beda menurut varian ikan. Biasanya berjumlah antara 7-18 bar. Stress bar ini tidak menentukan sakit tidaknya seekor discus, tetapi sebagai parameter kondisi discus akibat kaget, atau kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi discus. Banyak jenis discus yang menunjukkan stress-bar nya dengan jelas.

2. Sisik pada ikan yang bersih dan tidak terkelupas, tidak berbintik putih dan berlendir terlalu banyak. Sirip ikan haruslah terlihat bersih dan lengkap. Sirip yang sobek, rusak, berjamur menandakan ikan tidak sehat. Biasanya pada sirip ikan sering terserang fin rot. Sirip yang tidak cacat dan seimbang akan membuat bentuk discus bulat dan indah dipandang.

3. Warna mata yang bening, tidak berselaput ataupun berbintik putih. Bola mata yang tidak terlalu mencolok keluar seperti ban radial. Mata demikian disebut pop eye yang disebabkan kondisi air yang jelek, dan ikan terjangkit intestinal bakteri. Ukuran mata yang terlalu besar pada ikan yang berukuran kecil menandakan ikan tersebut terhambat pertumbuhannya atau biasa disebut bantet/ kontet. Selain itu mata yang hitam dapat diakibatkan oleh penyakit internal dan terlalu lama terkena kontaminasi obat-obatan dalam jangka lama.

4. Bentuk tubuh ikan discus yang ideal, tidak kurus yang nampak dari ketebalan dahi/ jidat discus. Discus yang tidak cacat fisik, biasanya terlihat dari depan/ muka dimana sisi kiri dan kanan terlihat sama. Mulut ataupun bagian tubuh lainnya tidak ada yang lebih ke kiri/ ke kanan.

5. Cara bernafas yang berirama teratur, dimana kedua insang membuka dan menutup bersamaan, tanpa ada yang lebih besar membukaya ataupun bernafas hanya dengan satu insang. Biasanya ikan yang bernafas dengan satu insang terjangkit Gill Fluke Dactylogyrus atau kutu insang. Tutup insang rata menutupi insang, tidak pendek dan tidak menganga terbuka. Juga harus diperhatikan nafas yang snagat cepat, yang dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen naum dalam jangka panjang akan merusak fungsi insang.

6. Discus yang sehat umumnya tidak takut terhadap manusia yang melihatnya. Discus yang baik dan sehat biasanya akan segera mendekat dengan cepat, mengira akan diberi makan. Selain itu discus yang sehat umumnya tidak menyendiri, tertapi berbaur dengan teman-temannya.

7. Umumnya discus yang sehat, gaya berenangnya tenang, tidak tersendat-sendat. Discus yang suka menggesekkan bagian tubuhnya ke alat-alat atau benda sekitarnya, umumnya terserang parasit. Hal ini mungkin karena rasa gatal yang ditimbulkan akibat gigitan kutu ataupun jamur/ bakteri pada kulit maupun insang. Discus yang sehat umumnya berenang dengan tenang, dasi/pectoral fin – sirip depan bawah perut diturunkan sehingga terlihat gagah pada saat berenang.

8. Jangan mudah tertipu dengan warna. Warna merah membara pada mata dan warna yang menyolok, terutama pada discus kecil & remaja (antara 2-3 inci), bukan jaminan untuk mendapatkan discus yang baik. Pada saat ini ada sebagian kalangan yang menggunakan hormon untuk memaksakan keluarnya warna ikan, yang bertujuan untuk memudahkan penjualan dan meningkatkan daya tarik ikan. Warna ini tidak akan bertahan lama (kurang lebih 2 minggu – 1 bulan). Pemakaian hormon dapat mengakibatkan gagalnya pemijahan atau anakan yang dihasilkan sedikit dan biasanya tidak sehat.

9. Batik atau pattern ikan biasanya akan timbul mulai 2 inci ke atas dan bertahap. Berhati-hatilah jika membeli discus yang sudah keluar batik sejak ukuran kecil, karena kemungkinan adanya pemberian hormon untuk mengeluarkan batik ini agar terlihat indah. Adalah wajar batik yang keluar hanya setengah atau kurang pada ukuran 2 inci, namun terkadang kualitas discus yang rendah mengakibatkan batiknya tidak keluar secara sempurna hingga full satu badan.

10. Usahakan membeli ikan paling tidak ukuran 2 inci, karena pada ukuran inilah ciri-ciri ikan sehat dan baik dapat dilihat dibandingkan ukuran yang lebih kecil. Hindari untuk membeli burayak walaupun harganya murah, terutama jika anda seorang pemula. Jangan tergiur dengan keuntungan karena memelihara burayak tidak mudah.

Selain tips di atas, yang harus diterima oleh pemula adalah cacat fisik seperti mata besar sebelah, pertumbuhan fin tidak sempurna, dahi menonjol, bagian kepala meruncing dll. Kemudian yang terpenting adalah lakukan adaptasi secara perlahan sesudah tiba dirumah dan lakukan karantina pada setiap ikan yang dibeli.

Sumber :
http://www.zonaikan.com/2012/06/10-tips-memilih-ikan-discus.html

Saturday, January 18, 2014

Proses Pembenihan Udang Galah

Ciri-ciri Biologis

Sebagaimana jenis hewan lain yang termasuk dalam famili Palamonidae, udang galah mempunyai badan yang terdiri atas bagian kepala dan dada (cephalotorax), badan (abdomen), dan ekor (uropoda). Kulit keras membungkus area cephalotorax dengan rostrum atau tonjolan karapas bergerigi yang terletak di area kepala. Rostrum pada bagian atas berjumlah 11-13 buah dan bagian bawah berjumlah 8-14 buah.

Udang jantan mempunyai kaki jalan yang tumbuh dengan ukuran yang cukup besar dan panjang. Panjang pasangan kaki tersebut bisa mencapai 1,5 kali panjang badan udang galah itu sendiri. Pasangan kaki jalan ini bisa digunakan sebagai pembanding antara udang galah betina dan jantan karena ukuran kaki jalan udang galah betina relatif lebih pendek dan kecil.

Seleksi Induk Udang Galah

Untuk mendapatkan hasil benih udang galah dengan kualitas tinggi, pemijahan harus dilakukan dengan induk yang berkualitas pula. Induk udang galah sebaiknya dipilih dengan beberapa persyaratan. Induk dipilih dengan umur antara 8-20 bulan. Induk betina dipilih dengan ukuran minimal 40 gram sementara induk jantan dipilih dengan ukuran minimal 50 gram.

Induk pembenihan udah galah harus dipilih dari udang galah yang sudah matang telur paling tidak dua kali dengan jumlah telur yang dihasilkan cukup banyak. Udang galah yang cocok dijadikan indukan adalah udang galah dengan badan yang bersih dan bebas dari berbagai kotoran termasuk parasit. Indukan juga sebaiknya dipilih dari udang dengan tipe pertumbuhan yang cepat.

Perawatan Indukan

Induk jantan dan betina dalam proses perawatan induk harus dipelihara di tempat terpisah. Tempat pemeliharaan udang galah indukan berupa bak atau kolam perawatan yang terbuat dari beton dengan kedalaman 80-100 cm. Kepadatan udang galah dalam setiap meter perseginya hanya empat ekor. Pada tahap ini, pemberian pakan berupa pelet dilakukan sebanyak 5% dari berat udang galah. Pelet yang dipilih mengandung 30% protein.

Pemijahan

Udang galah secara alami siap memijah sepanjang tahun dan biasanya terjadi pada malam hari. Udang galah yang siap pijah terlihat dari warna merah oranye gonad yang menyebar ke seluruh bagian hingga bagian cephalotorax. Pemijahan biasanya diawali dengan pergantian kulit pada udang galah betina. Proses perkawinan induk baru dimulai saat udang galah betina sudah kembali ke keadaan semula.

Proses pemijahan dilakukan dalam kolam pemijahan dari tanah, bak beton, serat kaca, maupun akuarium dengan kepadatan empat ekor setiap meter perseginya dengan komposisi jantan dan betina 1:3. Proses pemijahan biasanya terjadi selama 21 tahun dan selama proses ini, pelet yang mengandung 30% protein diberikan empat kali sehari berat sejumlah 5% dari berat udang galah.

Penetasan

Proses penyortiran induk dilakuan dengan memilih induk yang memiliki telur berwarna abu-abu dan kemudian diberi perlakuan dengan merendam induk tersebut ke dalam larutan Methylene Blue dengan ukuran 1,5 mg per liter selama 25 menit. Dalam proses penetasan telur udang galah, kolam penetasan dan pemeliharaan diisi dengan air payau dengan salinitas 3-5 ppt. Untuk setiap bak dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 meter persegi, 25 ekor induk dimasukkan. Agar kulitas air terjaga, makanan yang diberikan berupa potongan kecil kentang, ubi, atau singkong. Telur akan menetas setelah 6-12 jam dengan suhu yang dijaga pada 28-30°C.

Perawatan Larva

Larva udang galah dipelihara dalam bak bulat. Ukuran pakan harus disesuaikan dengan ukuran mulut larva. Pada hari ketiga setelah menetas, Nauplii artemia diberikan sebagai pakan setiap tiga jam. Pada fase ini, salinitas air dijaga pada level 10-12 ppt dan 25-50% air diganti setiap harinya. Sebelumnya, media ini harus dibersihkan dengan disiphon.

Larva tersebut akan berkembang menjadi juvenil atau juwana. Pada fase ini, salinitas air diturunkan hingga 0 ppt secara bertahap. Setelah menjadi juwana, udang galah bisa dipindahkan dari kakaban ke kolam pembesaran.

Sumber :
http://agraris.adakata.com/pembenihan-udang-galah/

Friday, January 17, 2014

Pemijahan Ikan Komet

Induk ikan komet yang dapat dipijahkan baiknya dipelihara didalam area yang terpisah pada jantan serta betina supaya perkembangan induk ikan opimal serta tidak berlangsung perkawinan yang tidak diidamkan. Seleksi induk ikan komet bisa dikerjakan dengan lihat ciri – ciri seperti berikut :

Induk jantan
• Pada sirip dada ada bintik-bintik bulat menonjol serta bila diraba merasa kasar.
• Induk yang sudah masak bila diurut pelan kearah lubang genital dapat keluar cairan berwarna putih.

Induk betina
• Pada sirip dada ada bintik-bintik serta merasa halus bila diraba.
• Pada induk yang sudah masak, perut merasa lembek serta lubang genital kemerahan merahann bila diurut, keluar cairan kuning bening.

Disamping itu, induk ikan komet yang siap untuk lakukan pemijahan bisa ditandai karenanya ada perilaku dari ke-2 induk tersebut. perilaku yang diperlihatkan yaitu saling kejar – kejaran. di mana, induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina, karenanya ada perilaku seperti ini maka bisa diibaratkan bahwa induk ikan komet tersebut siap untuk dipijahkan (anonim, 2011).

Pemijahan
Sesungguhnya pemijahan ikan komet bisa berlangsung sepanjang tahun. serta tidak bergantung pada musim. tetapi, di habitat aslinya, ikan ini memijah pada awal musim hujan, dikarenakan ada rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. dengan alami, pemijahan berlangsung pada sedang malam hingga akhir fajar. menyambut memijah, induk-induk ikan komet aktif melacak area yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. substrat inilah yang kedepannya dapat dipakai sebagai area melekat telur sekalian menolong perangsangan saat berlangsung pemijahan ( anonim, 2011 ).

Penetasan
Penetasan pada pemijahan ikan komet bisa dikerjakan di media pemijahan serta bisa dikerjakan ganti air media pemijahan sejumlah ¼ sisi dari keseluruhan air pemijahan. Mutu air yang baik untuk penetasan telur ikan komet yaitu suhu optimal 27-29 derajat celcius, oksigen 5-6 ppm, ph 6,5 - 7,0 dengan kecerahan yang bersih. Penetasan telur ini juga bisa ditambahkan dengan heater untuk mengoptimalkan suhu ( lingga, p., serta heru s., 2003 ).

Perubahan telur
Perkembangan serta perubahan diawali dengan peleburan ovum ( sel telur ) dengan spermatozoa ( sel sperma ), serta dihasilkan zigot. zigot dapat bermitosis terus-menerus.

fase-fase perubahan zigot melewati sebagian step, yakni :

a. Stadium morula
Pada perubahan awal, zigot membelah jadi 2, lantas 4, 8, dan sebagainya membentuk satu bentuk seperti buah murbei yang dimaksud morula. morula memiliki kandungan banyak sel hasil mitosis yang berkumpul jadi satu kesatuan.

b. Stadium blastula
Dari morula jadi blastula. didalam step ini tetap berjalan sistem pemisahan sel hingga terbentuk satu rongga di bagian sedang yang dimaksud blastosol.

c. Stadium gastrula
Dari blastula jadi gastrula. didalam step ini berlangsung pembentukan lubang lekukan ( blastopor ) yang memiliki dua susunan. setelah itu, beberapa sel sisi permukaan susunan ektoderm alami pelekukan ke didalam ( invaginasi ). beberapa sel tersebut isi area pada ektoderm serta endoderm membentuk susunan mesoderm.

d. Organogenesis ( pembentukan organ )
Pada step ini berlangsung diferensiasi ( perubahan beberapa sel membentuk susunan serta fungsi spesial ) dari :
1 ) ektoderm jadi kulit, sistem saraf, hidung ( alat-alat indra ), anus, kelenjar-kelenjar kulit, serta mulut.
2 ) mesoderm jadi tulang, otot, ginjal, jantung, pembuluh darah, serta alat kelamin.
3 ) endoderm jadi kelenjar-kelenjar yang memiliki jalinan dengan alat pencernaan, paru-paru, serta alat-alat pencernaan. sesudah organogenesis selesai, setelah itu penyempurnaan embrio jadi fetus yang sudah siap dilahirkan ( larva ikan ) ( gusrina, 2008 ).

Pemeliharaan larva
Larva ikan komet memiliki kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan untuk larva. kantong kuning telur tersebut dapat habis kurun waktu 2-4 hari. Larva ikan ini berbentuk melekat serta bergerak vertikal. ukuran larva pada 0,5- 0,6 mm serta bobotnya pada 18-20 mg. Larva beralih jadi kebul ( larva stadia akhir ) kurun waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas membutuhkan pasokan makanan dari luar untuk mendukung kehidupannya. pakan alami kebul terlebih datang dari zooplankton, seperti rotifera, moina, serta daphnia. keperluan pakan alami untuk kebul didalam 1 hari lebih kurang 60-70% dari bobotnya ( anonim, 2011 ).

Sumber :
http://aquariumhias.blogspot.com/2013/08/pemijahan-ikan-komet.html