Saturday, February 1, 2014

Mengenal Ikan Baung

Ikan Baung masih kerabat dengan ikan lele, nama marganya Hemibagrus yang berasal dari bahasa latin Hemi yag berarti “setengah” atau “separuh” dan bagrus, yang diambil dari pelafalan Muzarab bagre atas perkataan Yunani pagros, yakni nama sejenis ikan laut. Ikan yang menyebar luas di India, Cina selatan dan Asia Tenggara ini juga dikenal dengan banyak nama daerah seperti : ikan duri, baong, baon (Melayu), bawon (Betawi) senggal atau singgah (Sunda), tagih atau tageh (Jawa), niken, siken, tiken bato (Kalteng) dll.

Morfologi
Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan sepasang di lubang pernafasan; sedangkan panjang sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip punggung yang kira-kira sama dengan sirip dubur. Sirip ekor berpinggiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwama coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih ke arah bagian bawah.

Ikan baung memiliki ciri fisik berkumis atau sungut yang mencapai mata. Badan ikan baung tidak bersisik dan mempunyai sirip dada serta sirip lemak berukuran besar. Ikan baung memiliki bentuk mulut melengkung. Warna tubuh ikan baung coklat kehijauan. Habitat alami dari ikan baung adalah dasar perairan air tawar. Ikan ini bersifat omnivora.

Penyebaran
Distribusi ekologis ikan baung, selain di perairan tawar, sungai, dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya ditemukan di daerah banjir. Ikan baung berhasil hidup dalam kolam yang dasarnya berupa pasir dan batuan. Di Jawa Barat, ikan baung banyak ditemukan di sungai Cidurian dan Jasinga Bogor yang airnya cukup dangkal (45 cm) dengan kecerahan 100%. Ikan baung suka menggerombol di dasar perairan dan membuat sarang berupa lubang di dasar perairan yang lunak dengan aliran air yang tenang. Ikan baung menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan tidak aktif keluar sarang sebelum hari petang. Setelah hari gelap, ikan baung akan keluar dengan cepat untuk mencari mangsa, tetapi tetap berada di sekitar sarang dan segera akan masuk ke sarang bila ada gangguan. Distribusi geografis ikan baung, selain di perairan Indonesia, juga terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan Thailand.

Pola Pertumbuhan
Pola pertumbuhan ikan baung adalah allometrik (b > 3). Pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik (b = 3), di mana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan.

Ukuran ikan baung berhubungan dengan agresivitasnya dalam mencari makan dan kematangan gonad. Karena harga b di atas 3, maka pertumbuhan berat ikan baung cenderung lebih cepat daripada pertumbuhan panjang badan. Dengan demikian, faktor makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan baung semakin banyak mendapat makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu, ikan baung berukuran besar cenderung lebih agresif mencari makan sehingga pertumbuhannya berpola allometrik.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hampir 77 % ikan baung betina mengandung telur sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pola pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina) berpola allometrik. Pada waktu musim memijah, pola pertumbuhan ikan baung betina bisa berbeda dengan ikan baung jantan.

Jenis Kelamin
Jenis kelamin ikan baung dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan membelah perut dan memeriksa gonadnya dan dengan mengamati ciri-ciri morfologis. Gonad ikan baung betina dan ikan baung jantan terletak di rongga perut bagian dorsal intestin. Gonad ikan baung barn dapat diperiksa setelah ikan baung tersebut berukuran 90g atau kira-kira panjangnya 20cm. Oleh karena itu, ikan baung yang lebih kecil dari ukuran tersebut dapat dibedakan dengan mengamati lobang genital (genital pore).

Pada ikan baung jantan, lobang genital agak memanjang dan terdapat bagian yang meruncing ke arah caudal. Alat ini merupakan alat bantu untuk mentransfer sperma. Sedangkan pada ikan betina, lobang genitalnya berbentuk bulat. Lobang genital ini akan berwama kemerah-merahan jika ikan baung betina tersebut telah mengandung telur pada TKG V. Kromosom berjumlah 23 pasang yang terdiri atas 2 pasang kromosom metasentrik, 6 pasang kromosom akrosentrik, dan 15 pasang kromosom telosentrik.

Kebiasaan Makan
Baung bersifat noktural. Artinya, aktivitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dll) lebih banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, baung termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan carnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil. Pakan baung antara lain ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, molusca, dan rumput.

Meskipun makanan kesukaannya adalah udang, ikan kecil, siput dan berbagai jenis serangga. Pada pemancingan ikan baung di sungai umpan pemancing biasanya adalah campuran berbagai macam bahan hewani yang dibusukkan.

Untuk memancing ikan Baung biasanya di daerah Sumatera Selatan terdapat umpan yang disebut “kucur” yang merupakan campuran dari usus ayam, isi perut ikan dan telur itik dicampur dan dibusukkan sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat dan dapat menarik penciuman ikan di dalam air. Saking hebatnya aroma ikan ini banyak juga pemancing yang cukup terganggu dengan aromanya. Umpan kucur untuk ikan Baung terbukti sering berhasil, bahkan juga aneka ikan lain juga berhasil di tangkap.

Sumber :
http://www.iftfishing.com/fishing/fishypedia/ikan-baung/

No comments:

Post a Comment