Ikan patin cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35 hingga 40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan patin tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk membesarkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan patin.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
Manfaat Budidaya ikan patin.
Ikan patin dapat di ambil manfaatnya sebagai berikut :
1. Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2. Sebagai ikan hias.
Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan Patin
* Tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan patin adalah jenis tanah liat / lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang / dinding kolam.
* Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
* Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
* Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin mesti bersih, tidak terlalu keruh serta tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun atau minyak / limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
* Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
* Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.
Cara Budidaya Ikan Patin
1. Persiapan Sarana dan Peralatan.
a. Pembuatan Kolam Budidaya Ikan Patin
* Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air serta bebas dari banjir. Dimensi kolam adalah 16M X 4M X 1M = 64M2.
* Kolam tersebut dapat menampung 1000 hingga 1500 ekor ikan patin.
* Pipa dipasang di sisi kolam sebagai saluran pembuangan, agar kolam tidak kepenuhan dan tumpah.
* Setelah kolam diisi dengan air, campurkan air kolam dengan kapur yang telah dilarutkan sebanyak ± 2kg secara merata. Agar kadar keasaman air sesuai dengan habitat asli ikan patin.
b. Pembuatan Pabrik dan Mesin Pembuat Pakan.
Bila budidaya ikan patin kita sudah lumayan besar, hendaklah membuat sendiri pakan dengan menggunakan mesin Domping (mesin pelet). Pabrik dibuat dengan ukuran 4MX4M, mesin ini akan membuat campuran pakan yang kita olah memjadi berbentuk pelet sehingga mudah dalam pemberian pakannya.
2. Penyiapan Bibit
Bibit ikan patin bisa dibeli dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten setempat atau dari para peternak ikan patin lainnya.
3. Memelihara dan Membesarkan ikan patin.
Tahap awal yang dilakukan dalam memelihara dan membesarkan ikan patin adalah dibuatkan tempat khusus di kolam yang telah tersedia seluas ±1M2 dengan bahan terbuat dari jala-jala kecil atau dalam aquarium. Kemudian masukan bibit ikan patin tersebut kedalam kolam kecil atau aquarium tersebut.
Bibit yang didapatkan belum bisa makan Pakan Butan / Voer, sehingga harus diberikan pakan khusus berupa serbuk halus yang didapat dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, balai vet atau di tempat pembenihan pada saat pembelian bibit ikan patin. Pemberian pakan serbuk khusus ini berlangsung selama 2 minggu, sampai bibit sudah bisa memakan Pakan Buatan / Voer.
Sesudah bibit ikan patin bisa memakan Pakan Buatan / Voer, barulah bibit ikan patin tersebut bisa dilepaskan kekolam besar yang telah tersedia.
Pemberian Pakan dilakukan 2 Kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari bobot / berat bibit peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam kolam. Hal ini dapat diketahuai dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara sebaagai sampel.
4. Panen
Ikan patin sudah bisa dipanen sesudah berumur 6 bulan dengan berat mencapai 600 - 700 gr/ekor.
a. Penangkapan.
Penangkapan ikan dengan menggunakan Jaring Bagang.
b. Pembersihan.
Sesudah ikan patin dipanen secara keseluruhan, ikan kemudian dibersihkan. Setelah dibersihkan ikan patin siap di Jual Kepasaran.
Hama Dan Penyakit Ikan Patin
A. Hama
Dalam membesarkan ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama dalam membesarkan ikan patin di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembaran jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budidaya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
B. Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1) Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
a. Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
b. Penyakit jamur
Penyakit jamur umumnya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur pada ikan patin adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.
c. Penyakit bakteri
Penyakit yang disebaban oleh bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan patin yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain: (1) Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit, (2) Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12–24 jam, atau (3) merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2) Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
* Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
* Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
* Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
* Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
* Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
Sumber Review
Dinas Kelautan Dan Perikanan RI
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu
Wikipedia.org
http://ukmkecil.com/budidaya-ternak/budidaya-ikan-patin
No comments:
Post a Comment