Monday, September 2, 2013

Bali Mbangun Desa

Kota besar.... benar benar memberikan harapan, impian besar kepada banyak orang khususnya mereka yang tinggal di desa bahkan di pelosok kampung pun berbondong-bondong ingin mengadu nasib ke kota besar. Entah sampai kapan fenomena ini akan terus berlangsung di negeri Indonesia tercinta ini.

Kota besar yang sebenarnya secara luas daerahnya tidak besar itu akhirnya terisi oleh ribuan bahkan jutaan orang, akhirnya, macet melanda, polusi dimana-mana, kejahatan merajalela, pengangguran tidak terhindarkan karena sangat banyak orang desa hijrah ke kota tanpa skill apapun, alias hanya bonek  (bondo nekat), modal pas pasan, ijazah seadanya, sungguh memilukan.

Desa tidak menarik lagi, desa yang luas, lahan pertanian yang sangat potensial, berbagai potensi ternak yang sungguh sangat luar biasa, hasil tambang yang melimpah ruah, akhirnya tidak ada yang memaksimalkan. Di desa mayoritas hanya terdapat orang tua, kemudian akan muncul pertanyaan : mengapa desa kehilangan anak-anak nya ? kenapa desa hanya menjadi batu loncatan saja, kenapa desa sungguh-sungguh hanya sekedar dijadikan tujuan mudik saja ? kenapa orang-orang tidak tertarik meraih sukses dengan tetap tinggal di desa ?

Andai pemerataan pembangunan, pemerataan teknologi bisa dengan cepat masuk ke semua pelosok-pelosok desa di Indonesia, saya yakin, yang namanya urbanisasi bisa dikurangi. Salah besar kalau orang men cap bekerja di kota besar pasti sukses, tidak semuanya sukses, bukti sederhana, banyaknya orang yang tinggal di pinggir kali Ciliwung, di pemukiman kumuh, yang memang tidak beruntung karena nyata-nyatanya skill mereka terbatas sehingga tidak bisa mendapatkan penghidupan yang layak.

Apa yang akan terjadi kalau pemerintah dengan sangat serius, sungguh-sungguh, tidak korupsi, benar-benar mengabdi kepada rakyat kecil ? jawabannya adalah "KESEJAHTERAN". Pemerintah bisa menseriusi bidang pertanian, bidang peternakan, bidang perkebunan, bidang UKM kreatif, pembangunan padat karya, dll.

Baik saya akan coba ambil satu topik saja yaitu mengenai peternakan, spesifiknya mengenai ternak kambing. Kenapa kambing ? seperti kita ketahui bersama, kambing adalah hewan komoditi yang setiap saat dibutuhkan dan dikonsumsi masyarakat Indonesia, khususnya ketika Hari Raya Qurban. Dalam 1 desa rata-rata 50% warganya memelihara kambing, namun apa yang terjadi, apakah mereka sudah sejahtera ? pasti kita tahu semua jawabannya adalah belum.

Kenapa memelihara kambing belum bisa membuat masyarakat desa menjadi sejahtera ? simple jawabannya, diantaranya adalah :
  1. Tidak banyak masyarakat desa yang menseriusi memelihara kambing, seolah-olah hanya dijadikan hewan piaraan seperti ayam kampung saja dan karena melimpahnya pakan hijauan jadi sayang kalau tidak ada yang memanfaatkan
  2. Belum banyak contoh peternak kambing yang sudah sukses, karena tipikal orang desa adalah baru ikut bergerak kalau sudah ada yang sukses, itupun masih setengah hati melangkahnya.
  3. Kurangnya tenaga penyuluh lapangan dari pemerintah, sehingga penyuluh lapangan yang hanya beberapa orang, terpaksa melayani puluhan desa.
  4. Kurangnya arahan untuk pembentukan kelompok ternak kambing, sehingga menghambat informasi mengenai potensi usahanya, cara atau teknik ternak terbaru, link atau jalur penjualan-penjualan kambing dan pemanfaatan terpadu berbagai limbah peternakan kambing.
  5. Kurangnya informasi perkembangan teknik-teknik budidaya kambing yang baru yang diterima oleh para penduduk kampung. Sebenarnya banyak informasi informasi yang dasyat yang bisa di dapat melalui internet, namun apa daya... infrastruktur belum masuk kampung, kalaupun di kampung ada warnet... bisa dipastikan 90% akan diisi anak-anak kecil yang main game online. Coba kita bayangkan kalau semua peternak kambing tahu kalau jerami fermentasi dan fermentasi gedebog pisang bisa digunakan untuk pakan yang luar biasa, dijamin semua kambing akan gemuk-gemuk, dan tentu saja harganya mahal.
  6. Biasanya yang lebih sukses adalah pedagang kambing, bukan murni peternaknya, kenapa bisa terjadi seperti itu ? karena trading kambing di kalangan peternak kampung ya hanya di pasar hewan atau malah di samperin ama bakul kambing. 
Saya sangat berharap sekali ada uluran tangan yang tulus dari pemerintah, dari perusahaan BUMN, perusahaan swasta nasional yang dengan suka rela, mengalokasikan dananya, mengalokasikan CSR nya untuk peternak kambing di kampung di seluruh Indonesia. Tidak lupa juga disediakan berbagai tenaga penyuluhan ternak kambing yang lebih modern, dibuatkan pelatihan-pelatihan mengenai pengolahan daging kambing, disediakan pabrik-pabrik pengolahan daging kambing yang bisa diekspor atau minimal pemerintah Indonesia tidak perlu impor daging kambing. Semoga semua peternak kambing di kampung bisa sejahtera di tahun-tahun mendatang.


    No comments:

    Post a Comment