Wednesday, September 18, 2013

TEKNIK BUDIDAYA / BETERNAK IKAN NILA PADA KOLAM TANAH

Ikan Nila merupakan ikan air tawar sumber protein hewani yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat kita. Banyak cerita sukses dan keberhasilan dari petani ikan Nila.  Memelihara ikan Nila untuk produksi ikan punya keunggulan tersendiri.  Ikan Nila relatif tahan penyakit dan masa produksinya juga cukup cepat.  Ikan nila merupakan ikan yang bersifat omnivora (pemakan segala), tetapi cenderung sebagai herbivora, karena ikan nila lebih suka memakan fitoplankton dan berbagai jenis tumbuhan air, oleh karena itu ikan nila seringkali dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air. Salah satu keunggulan adalah mudahnya memasarkan ikan nila kita karena sangat diminati konsumen. Berikut ini kita akan bahas cara budidaya Nila pada kolam tanah.
 a. Desain Kolam Tanah untuk Nila
Kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan nila adalah kolam tanah dengan jenis tanah bertekstur liat atau liat berpasir.  Kedalaman kolam sebaiknya berkisar antara 0,5-1 m.  Kedalaman ini berperan dalam menentukan tingkat kesuburan kolam dimana kedalaman kolam berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang berperan pada proses fotosintesis tumbuhan dalam air, sehingga menyebabkan tersedianya makanan alami bagi ikan di dalam kolam. Pada kolam sebaiknya memiliki saluran pemasukan (inlet) dan pengeluaran air (outlet)  agar mudah mengatur sirkulasi air di kolam.

Setelah kolam digali maka perlu perlakuan khusus sebelum diisi dengan air. 
  1. Kolam dikeringkan dan dijemur selama 4-7 hari atau sampai tanah dasar kolam retak-retak. Hal ini berguna untuk membasmi hama dan bibit-bibit penyakit.
  2. Pemberian kapur ( dolomit ) pada kolam dengan dosis 10-25 gr/m2. Tujuannya adalah untuk membasmi bibit-bibit penyakit yang masih terdapat di dasar kolam dan meningkatkan pH air.
  3. Pemupukan kolam. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang maupun pupuk buatan. Hal ini perlu karena sifat ikan nila yang menyukai pakan plankton. Pupuk kandang paling baik diberikan pada awal persiapan kolam dengan dosis 250 gr/m3. Setelah kolam diisi air selanjutnya diberikan pupuk anorganik berupa urea dan TSP dengan dosis masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.
  4. Pengisian air kolam. Sumber air dapat berasal dari sungai, danau, mata air atau air sumur. Untuk pengisian pertama, kolam diisi air hingga ketinggian 5-10 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari. Hal ini berguna untuk tumbuhnya makanan alami di kolam. Selanjutnya di kolam diisi penuh dan dilanjutkan dengan pemupukan menggunakan pupuk buatan.
b. Penebaran Benih ikan Nila
Siapkan ember untuk perendaman benih ikan sebelum di tebar
Isi air ke dalam ember secukupnya ( usahakn air dari kolam )
Rendamlah benih ikan Nila merah selama 15 menit untuk adaptasi dengan air kolam yang baru
Untuk padat penebaran yang dianjurkan berkisar 15-20 ekor/m2. Tergantung dengan ukuran benih. Sebelum ditebar benih disucihamakan terlebih dahulu dengan direndam pada larutan Kalium Permanat (PK) atau malachite green atau garam dapur selama 1-2 hari. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat penebaran, dilakukan aklimatisasi yaitu dengan cara memasukkan kantong benih ke dalam kolam sehingga air kolam masuk ke wadah benih sedikit demi sedikit, lalu secara perlahan-lahan benih dikeluarkan.

c. Pemberian Pakan.
Jenis pakan yang baik berupa pelet yang mengandung 25% protein. Selain itu juga dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus, ampas tahu atau bahan makanan lain yang mudah diperoleh. Pemberian pakan per hari harus, yaitu sebanyak 3-5% dari berat tubuh ikan.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:
1. Protein 20-30%;
2. Lemak 70% (maksimal.);
3. Karbohidrat 63 - 73%.
4. Pakan dari daun tanaman : Kaliandra, Kalikina atau kecubung, Kipat, Kihujan 

d. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan pada 3-6 bulan pemeliharaan. Hal ini tergantung pada : Kesuburan kolam, Ukuran ikan yang diharapkan, Teknik pemeliharaan. Biasanya untuk ukuran 500-600 gr/ekor pemanenan dapat dilakukan selama kurang lebih 6 bulan pemeliharaan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan pengeringan air hingga tersisa di kemalir (parit kolam) yang untuk selanjutnya dapat ditangkap dengan diseser.


No comments:

Post a Comment